eighteen

572 64 2
                                    

Bara mengernyit, merasa bingung dengan tingkah Reon yang mendadak menjadi pendiam. Biasanya cowok itu selalu usil dan banyak tingkah.

"Lo kenapa, dah?" kata Elvano, mewakili rasa penasaran dirinya.

Reon mengangkat kepalanya, lalu menggeleng. Kemudian kembali menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"Galau?" Elvano mencoba menerka. "Lagi berantem sama adek gue, ya?"

"Tapi kok perasaan Adara fine-fine aja deh. Kagak galau dia-nya."

Reon tidak merespon perkataan Elvano, sebaliknya dia malah berdiri dari bangkunya.

"Bye, teman-teman." ujarnya dengan suara lesu. Bahkan Gavin yang berada disamping Bara sejak tadi memperhatikannya dengan alis terangkat.

"Tanda-tanda gejala awal orang yang sebentar lagi hilang kewarasan." Gavin menggumam.

***

Daren bersiul-siul, berjalan dengan santai sambil menebarkan pesonanya.

Berdecak adalah hal yang Gama lakukan sekarang. Dia tak tahu kenapa dia menjadikan dua orang yang hobi pamer tampang sebagai temannya.

Kali ini Beltran tidak ikut dengan mereka, dia lebih tertarik untuk pergi kekelas Nasha atau mengekori Nasha sampai kekantin. Setiap kali Gama dan Daren meledek karena tahap pdkt-nya bersifat agak memaksa, maka setiap itu juga Beltran selalu mengatakan bahwa dia dan Binasha sudah berpacaran. Entah itu halu atau kenyataan, Gama tidak tahu. Sulit untuk membedakannya apalagi mengingat sikap over-pd Beltran yang memungkinkan lelaki itu membuat cerita palsu untuk menyelamatkan harga dirinya.

"Eh, itu kan Bang Reon. Ngapain dia?" Daren mengintai dari kejauhan.

"Samperin, ah. Yok, Gam!" Seru Daren.

"Hoy, Bang!" Daren menepuk punggung Reon keras-keras.

Reon hanya menoleh sekilas, kemudian kembali melesu. Hal itu mengundang rasa penasaran Daren dan Gama.

"Kenapa dah?"

Reon menghela nafasnya sebentar. "Alice ngchat gue"

Manik Daren membesar, merasa tertarik dengan cerita Reon sedangkan Gama ikut mendengar saja karena kurang tahu dengan perempuan yang Reon sebutkan.

"Terus, terus"

"Lo tahu, kan, Alice orangnya gimana. Gue ngerasa dia bakal nekat dateng kesini. Gue cuma takut, kedatangan dia jadi ancaman bagi hubungan gue sama Adara "

Daren sukses terdiam. Dia bergelut dengan logikanya yang memikirkan segala kemungkinan yang lewat dikepalanya.

" Kalau Alice dateng kesini, berarti.... "

"... Amely juga? " sambungnya dengan wajah sukar didefinisikan.

***

Elvano merangkul Gavin, mengajaknya ke taman sekolah bagian depan dimana biasanya ramai sekali siswa-siswi disana, entah sedang membaca buku, bergosip ria, bahkan berpacaran.

Bara tidak ikut sebab lelaki itu tertidur dibalik benaman tangannya, sementara Reon asyik menyendiri ditaman belakang sekolah yang terkenal sepi.

Melihat tiga perempuan yang asyik ngobrol membuat Elvano memutuskan untuk menghampiri mereka—lebih tepatnya Alin saja—sedangkan Gavin mengikuti dari belakang.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now