thirty nine

500 51 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

ENAM belas jam berlalu, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda pergerakan kecil atau kesadaran dari Queen.

Keluarga kecilnya berada dalam satu ruangan memandang Queen yang terbaring lemah tidak berdaya dengan penuh harapan. Berharap Queen tetap kuat dan dapat bertahan.

Hingga waktu terus berputar, kini sudah 40 jam wanita itu terbaring diatas brangkar.

Beltran menatap Mommy sedih. Diruangan itu hanya ada dia. Bara, Alin, dan juga Daddy sedang makan dikantin rumah sakit. Beltran telah selesai makan, mereka sengaja bergantian untuk menjaga Queen.

Dia mengambil tangan Mommy dan mengelusnya halus, "Mommy, ini aku..."

"Aku kangen Mommy, cepet bangun ya, aku mohon" Matanya berkaca-kaca melihat Mommynya.

"Mommy ingetkan kalo Mommy pernah janji nggak akan pernah tinggalin aku?" Beltran menggenggam erat tangan Mommy, "Mommy inget kan, Mom?"

"Aku tau Mommy wanita kuat, jadi tolong lawan semua rasa sakit Mommy, untuk kali ini aja, Mom."

"Aku.....nggak mau kehilangan Mommy," lanjutnya lirih.

"Aku belum siap,"

Beltran mencium tangan Mommy dalam genggaman tangannya. "Aku sayang, Mommy" dia berbisik.

Matanya sudah memerah, seperti ingin menangis namun dia tahan. Dia hanyalah seorang anak manja yang selalu bergantung kepada orang tuanya, terlebih Mommy. Apa jadi dirinya bila Mommy meninggalkannya?

Suara knop pintu diputar dari luar disambut oleh penampakan Daddy dan saudaranya memasuki ruangan Queen.

Beltran tiba-tiba melayangkan tatapan tajamnya pada Alin, beranjak untuk menghampiri perempuan itu.

"Ini semua gara-gara lo tau nggak?!"

Alin terkejut ketika Beltran membentaknya dengan suara tinggi. Melihat Beltran yang menatapnya marah terlebih dengan matanya yang merah, jujur, itu membuat Alin takut meski Beltran sebenarnya adalah adiknya.

"Beltran, jaga bicaramu!" tegur Daddy.

"Daddy mau belain dia?" Beltran menatap Daddynya, "kalo Daddy belain dia cuma karena mau menangin hatinya mending ga usah, terserah dia mau nolak keluarga kita atau nggak itu urusan dia. Keluarga kita tanpa dia juga bukan masalah. Selama ini kita hidup tanpa dia fine, fine aja"

"Beltran, Daddy nggak mau denger kamu ngomong seperti ini lagi!" Peringat Bryan.

"Kenapa?! Emang awal masalahnya itu dia kok. Sok sok an nolak keluarga kita, lagaknya merasa paling tersakiti, giliran disalahin nggak terima."

Alin diam karena merasa ini semua memang kesalahannya, tetapi bukankah Beltran sudah melewati batasannya?

Bukan sepenuhnya salahnya juga jika dia pernah salah mengira bahwa keluarga mereka membuangnya, bayangkan saja jika kalian berada diposisi sulit seperti dirinya saat itu, apakah mudah bagi kalian untuk berpikir positif?

"Jangan ribut disini, nggak kasian Mommy? " Bara menimpali.

Beltran menatap Alin sinis, "kalo Mommy nggak bangun sampai 8 jam kedepan, gue nyalahin lo kalo terjadi apa-apa sama Mommy!"

"Cukup, Beltran. Ini bukan salah Alin, Daddy udah bilang ini semua karena takdir."

"Takdir itu juga ada perantaranya, Dad. Nggak semua kesalahan bisa kita tolerir dengan alasan takdir. Kalo seseorang ketahuan membunuh, orang itu akan tetap dihukum sebagaimana semestinya, bukan dibiarkan dengan alasan memang sudah takdir korban untuk menghadap kematian. "

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now