thirty one

348 46 3
                                    

Dikelas sepuluh, tiga orang bercengkrama, dua diantaranya duduk diatas meja dengan kaki terangkat sebelah sementara satu duduk dibangku berhadapan dengan mereka.

"Gam, lo deketin Trisya?" Daren mengangkat satu alisnya, melirik Gama curiga.

"Apa sih, nggak."

Beltran ikut memicingkan matanya, melihat Gama yang lebih rendah darinya. "Bohong lu."

"Udah lah, mundur aja. Saingan lo banyak. Trisya pilih-pilih banget soal cowo" Ujar Daren sebab berteman dekat dengan gadis itu.

"Bukan berarti lo nggak ganteng, tapi lo  kaku, datar, dingin. Lo bukan tipe-nya. Mana yang deketin dia banyak kakel, ganteng-ganteng lagi buset." sambung Daren.

Beltran mengernyit. "Sori nih, tapi bukannya dia agak gatel ya?"

"Yang itu gue nggak bisa jelasin. Mau bilang nggak tapi iya, mau bilang iya tapi enggak juga. Dia itu kayak penganggum visual, penganggum cogan-cogan kayak kita. Tapi kalo pacaran, kayaknya dia nggak dulu deh."

"Oh gitu. Tapi gue akuin sih, dia cantik. Gimana yah, cantiknya itu beda dari cewe lain. Gue susah jelasinnya, tapi kalo dijejerin sama cewe-cewe paling cantik sedunia pun, dia kayak bersinar sendiri. Banyak sih yang lebih cantik dari dia, tapi cantiknya dia itu kayak beda aja, nggak ngebosenin." jelas Beltran,"gue kalo belum cinta sama Nasha kayaknya bakal jadi salah satu yang ngejer-ngejer dia."

"Gue sih," Daren menyambung, "sama juga."

Sedangkan Gama hanya bungkam. Dia setuju dengan Beltran mengenai Trisya. Perempuan itu memiliki aura tersendiri. Tapi dia kurang menyukai bagian lanjutan kalimat Beltran dan juga Daren yang ikut menyambung.

"Ah, dah lah woi. Gue mau kekelas Nasha dulu, gue belum liat dia dari tadi pagi." Beltran bergegas turun dari meja.

"Tungguin gue, sekalian mau nyamperin Zila!" Pekik Daren mengikuti Beltran.

Sesampai dikelas mereka berdua, Daren segera menghampiri Zila. Namun, Beltran tidak melihat kehadiran Binasha disana. Oleh karena itu, dia menghampiri Zila yang merupakan teman dekat Nasha.

"Nasha kok nggak ada?"

"Dia nitipin ini buat lo" Zila menyodorkan sebuah amplop berisi surat yang mungkin dapat menjawab pertanyaan Beltran tentang dimana gadis-nya.

"Oh iya, mending dibaca pas lo lagi sendiri aja." ujar Zila membuat Beltran langsung segera pergi menuju tempat sepi.

Membuka amplop yang berisi secarik kertas lalu membacanya.

To Mine, Beltran Daniel Zeth.

Kamu nyariin aku dikelas? aku nggak masuk sekolah hari ini, sampai seterusnya.

Maaf, aku nggak sempet kasih tau kamu. Tadinya aku mau bilang, tapi aku sadar aku hanya lah pengecut yang nggak akan pernah bisa ngehadepin kamu buat salam perpisahan. Aku nggak kuat.

kamu berhak marah, kamu boleh kok benci aku. Aku nggak masalah, memang aku yang salah.

Aku pergi jauh, pindah disekolah yang jauh. Mungkin kita nggak akan pernah ketemu lagi, atau mungkin akan. Oleh karena itu, aku nggak bisa jalani hubungan jarak jauh.

Aku bakal ketemu orang-orang baru, dan dengan jarak yang terbentang diantara kita membuat aku takut kalau aku tiba-tiba jatuh cinta sama orang baru. Aku takut ngehianatin kamu atau bahkan sebaliknya, aku juga takut kamu ngehianatin aku.

Bukannya aku nggak percaya kamu, tapi yang namanya perasaan itu nggak bisa kita kendalikan. Dia datang secara alami dan aku takut. Aku takut menjadi pihak yang disakiti atau bahkan menyakiti. Aku nggak mau itu terjadi, makanya aku buat surat ini untuk bilang bahwa hubungan kita cukup sampai disini. Mari kita akhiri semua ini.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now