eight

1K 77 16
                                    

"SAMLEKOM BARAA" Reon berteriak keras membuat Elvano yang berada disampingnya sampai menutup telinga.

"Nggak pakek teriak bisa kan, njing? Nggak takut itu pita suara putus apa?! heran deh gue ama lo!"

Reon menggeleng dengan santainya. "Santuy, gue punya cadangan"

"Buset. Bisa-bisanya Adara mau sama lo padahal otak lo blank"

"Gini-gini gue tuh ganteng, anjir!" Ujar Reon, kemudian kembali berteriak memanggil Bara, "WOY, BARA! KAKI GUE PEGEL ANJIR BERDIRI DARI TADI! BUKAIN KEK PINTUNYA!"

Ceklek.

"Berisik amat lo pada! Ganggu orang lagi asyik nonton aja!" Bukan Bara yang keluar, melainkan Beltran dengan raut wajah kesalnya.

Reon menatap dengan tatapan menyelidik serta senyum penuh arti. "Ngaku lo. Abis nonton pilem biru kan?"

"Mending sana bersihin dulu isi otak lo, baru boleh masuk ke rumah gue. Rumah gue cuma bisa dimasuki sama orang suci" Beltran mendengus. Karena teriakan Reon tadi, Beltran jadi terganggu dan kehilangan fokus menonton acara TV favoritenya, yaitu kartun benda laut porifera yang digambarkan sebagai spons cuci piring yang tinggal didasar laut.

"Nggak sopan lo sama abang, dek!"

"Gak peduli, nyet!"

Reon mengusap dadanya.

"Bang Elvano masuk aja, khusus yang namanya Reon dipersilahkan untuk pulang! Anda terlalu kotor! Rumah gue udah dipasang pelindung jin setan, jadi orang kayak lo bisa hangus terbakar kalo masuk rumah gue."

"Anjeng, lo kira gue setan?!" Reon mendengus.

"Lah, bukan ya? Gue kira iya. Soalnya ngeliat dari tingkah lo, kayaknya lo masih sejenis sama mereka"

"Buset, ini bocah! Mana sih abang lo? Gue teriak nih!"

"Teriak aja" Beltran melipat kedua tangannya.

"WOY BARA! MANA SIH LO AH! KOK GAK MUNCUL-MUNCUL SIH NJIR? INI ADEK LO BTW NGESELIN BANGET SUMPAH. GUE BAWA KE KANDANG ULAR BOLEH LAH KAYAKNYA"

Sementara Beltran langsung pucat pasi. "Ah, lo mah licik amat sih, bang! Ngancemnya nggak lucu, ganti yang lain aja kenapa?!"

Reon tersenyum setelah mengingat ia punya kartu as yang mampu membuat Beltran tunduk mengingat bocah itu phobia dengan makhluk melata yang satu itu.

"Siapa suruh lo banyak tingkah. Ular dirumah gue banyak ngomong-ngomong"

Beltran gelagapan. "Rumah gue nggak papa kok dimasukin pendosa kayak lo, nggak papa, ikhlas gue, masuk aja"

"Gitu kek daritadi! " Decak Reon.

"Gavinnya panggilin dulu lah sana" Ujar Elvano menyuruh Reon.

"Lo nyuruh gue?" Tanya Reon dengan mata membulat tak percaya.

"Ya iya, emang siapa lagi? Rumahnya deket kali, disamping noh! "

"Iya tau gue. Males aja"

"Bang Gapin dah didalem. Buruan masuk cepet, gue mau tutup pintu" Ujar Beltran tidak sabaran.

"Iya, nyet, sabar"

Mereka masuk dan berjalan menuju kamar Bara, kebetulan orang tua Bara juga sedang tidak ada di rumah. Oleh karena itu, Reon berani berteriak dengan keras diluar rumah.

Mereka langsung melengos masuk, dan menghempaskan tubuh di kasur milik Bara yang sudah ada Gavin diatasnya.

"Berisik amat sih lo pakek teriak-teriak segala! Dikira ini hutan apa? Untung airpods ini menyelamatkan telinga gue" Gavin mencerca begitu melirik Reon.

"Ya abisnya kelamaan sih njir. Bukain pintunya doang padahal"

"Bara nya mana btw?" Tanya Elvano heran karena tak melihat Bara disana.

Bertepatan dengan pintu kamar mandi yang terbuka menampilkan Bara dengan lilitan handuk di pinggangnya. Baru selesai mandi.

"Pantesan dipanggil kagak nongol keluar, malahan si kadal pungut yang nongol. Lagi mandi ternyata, btw udah keluar berapa kali tuh?" Ujar Reon kepo membuat Gavin dan Elvano sontak menoyor jidatnya.

"Otak lo kotor." Bara mendesis sambil memilih pakaian yang akan ia kenakan.

"Kalian bahas apa, bro? Gue alim, jadi kagak ngerti" Sahut Elvano.

"Ngakunya alim, giliran pilm bokep nonton paling depan " Semprot Gavin pongah.

" Bokep itu sejenis benda apa dah? Nggak pernah denger gue. Otak gue masih suci." Celutuk Elvano

"Muka lo nggak mendukung jadi cowok alim, muka mesum lo lebih mendominasi soalnya"

"Ngomongin diri sendiri lo?" Gavin menimpal membuat Reon berdecih.

Bara merebahkan tubuhnya di sofa tanpa mempedulikan kericuhan teman-temannya. Rambutnya yang basah berjatuhan menutupi keningnya. Lelaki itu hanya mengenakan boxer dengan kaus hitam.

Membuka ponselnya, melirik foto Agatha disana. Foto yang dia dapatkan dari Alin. Sesuatu didalam dadanya bergejolak sehingga detaknya lebih cepat dua kali lipat.

Bara tidak tahu sejak kapan perasaan itu dimulai. Dia juga tidak berencana untuk mengungkapkannya. Untuk saat ini, perempuan bukanlah yang dia cari.

Suara ribut dari teman-temannya seakan melemparnya kembali ke dunia nyata, ia melirik Beltran yang entah kapan tiba-tiba sudah berada dikamarnya sambil tersenyum-senyum sendiri menatap langit-langit, Elvano yang mendekap erat stik PS didalam pelukannya, serta Reon dan Gavin yang sedang memperebutkan stik PS yang satunya lagi.

Bara mendengus pelan, Kenapa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang yang minim kewarasan?

***

TBC

(Agatha)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Agatha)

FOLLOW IG :
(at) byfiraa_ (pake underscore)
(at) firaad27

JANGAN LUPA BACA CERITA REONADARA:CHANGED AND DIFFERENT

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now