fourteen

611 61 6
                                    

"ABANG baru pulang ya, nak? kok agak lama, sayang, pulangnya?" Queen menyambut Bara dengan senyum hangat sekaligus dengan kening berlipat.

"Nganter temen pulang terus disuruh mampir sama Mamanya," Jawab Bara seadanya.

"Temen cewe apa cowo?"

"Cewek."

Bara membuka tali sepatunya dan terjeda tatkala tak sengaja menoleh dan mendapati Mommy tengah tersenyum penuh arti kearahnya.

"Cuma temen." Perjelas Bara sambil kembali membuka tali kedua sepatunya.

"Alinza ya namanya?" Queen tersenyum, merasa senang menggoda Bara. Sedangkan, Bara terdiam.

"How do you know?" Bara hanya merasa bingung darimana Mommy tau nama Alinza.

"Oh, berarti bener." Queen menyimpulkan.

"Nggak, bukan." Bara membantah, karena dia memang bukan sehabis mengantar pulang Alin, melainkan Agatha.

"Cie. Anak Mommy udah besar," Queen tertawa sambil mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. "Adik kamu yang bilang ke Mommy kalau katanya kamu suka Alinza. Nggak usah malu-malu buat bilang semuanya sama Mommy."

"Hmm," Queen memberi jeda, "Dan kalau bisa, kamu ajak dia main kesini dong kapan-kapan. Mommy tunggu ya"

"Mom,"

Belum sempat Bara melanjutkan bicaranya, Queen lebih dulu menyela. "Shut up and don't try to trick me. I'm so happy that you started falling in love. Mommy, mau ketemuan sama tante Alisya dan dua Mama kamu, bye darling"

Dua Mama yang Queen maksud adalah, Caitlin—Mommy Gavin Gaisa—dan juga Michelle—Mommy Daren Daishy. Sebelum Queen pergi, dia sempat meninggalkan satu kecupan di kening Bara yang berakhir dengan suara kesal Bara yang menyerunya.

"Mom!!" Bara jadi jengkel sedangkan Queen tertawa puas.

Bara menghela napas. Sebenarnya dia agak merasa malu diperlakukan layaknya anak TK-SD yang mesti diberi kecupan sebelum ditinggalkan orangtua, sangat berbeda dengan Beltran yang memang sangat manja terutama pada Mommy.

Lelaki itu naik kekamarnya, mengganti seragamnya dengan pakaian yang agak santai. Berbaring dikasurnya sehingga pintu kamar yang dibuka secara tiba-tiba menyita perhatiannya.

Beltran berdiri disana, menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menyengir lebar. "Bang, pinjem duit dong, hehe"

"Judi lagi?" Bara mendengus. Pasalnya Beltran seringkali meminta uang tambahan lebih pada Mommy diam-diam tanpa sepengetahuan Daddy dan terkadang juga meminta pada Daddy tanpa sepengetahuan Mommy.

Sebenarnya tidak jadi masalah jika Beltran menggunakan uangnya untuk hal yang lebih bermanfaat, namun berhubung lelaki itu malah asik foya-foya menikmati kesenangan duniawi yang malah akhirnya merugikan dirinya sendiri itu justru merupakan sebuah masalah.

"Bukan judi sih, lebih tepatnya taruhan. Pinjem aja duit lo dulu, nanti gue ganti kok"

"Apa bedanya?"

"Jelas bedalah. Taruhan ya taruhan, judi ya dosa."

"Both same."

Beltran menghela napas lelah. "Up to you lah!"

"Ngapain sih?"

"Ngapain apanya?"

"Judi."

"Oh" Beltran menyahut, " Nggak papa, cuma bosan dan gabut aja. Sebagai anak Mom and Dad yang tampan, baik, dan soleh, sekali-kali gue juga mau jadi anak yang berguna. Misalnya, bantu ngabisin duit mereka hehehe."

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now