four

1.4K 120 3
                                    

Bara Danial Zeth❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bara Danial Zeth❤️

***

MELIHAT seseorang yang dikenalinya sedang duduk dibangku taman sambil membaca sebuah novel ditangannya, Bara memutuskan untuk menghampiri.

Duduk disebelah Alin yang ternyata sudah menyadari kehadirannya sebelum bokongnya benar-benar mendarat ditempat duduk.

"Apa ada hal tentang Agatha lagi yang pengen Kak Bara ketahui?" Alin bertanya, karena cukup heran atas kehadiran Bara yang mendatanginya.

Bara menggeleng.

Alin tidak ambil pusing, dia melanjutkan aktivitas membacanya. Bara memperhatikan gadis itu cukup lama, sebenarnya dia kurang yakin jika Elvano pernah bertemu dengan Alin ketika diclub. Pasalnya Alin sama seperti cewek IPA kebanyakan, walaupun bukan gadis cupu, namun dia terlihat seperti anak baik-baik dan polos. Tetapi Bara juga tidak bisa menganggap Elvano berbohong. Elvano bilang dia tidak mabuk, dan posisinya dia menolong Alin yang sedang dalam kondisi mabuk.

Bara memijat pangkal hidungnya, jika dipikir-pikir kenapa juga dia harus repot-repot memikirkan siapa yang harus dia percayakan diantara keduanya? Bukankah biasanya Bara tidak peduli akan hal semacam itu?

Entahlah, biarkan saja. Itu adalah kehidupan privasi seseorang. Dia tak pernah mengenal Alin lebih dekat, maka dari itu dia tak pernah tahu bagaimana saja sifat Alin. Namun sepertinya, perempuan itu tidak seperti yang dikira, karena awalnya Bara sempat berpikir Alin adalah gadis lugu jika dilihat dari penampilannya namun ketika mengenalinya, pikiran itu lenyap entah kemana. Sosok lugu dari Alin itu sama sekali tidak ada.

Tapi Bara mengakui, Alin adalah perempuan anggun dan berkelas. Pribadinya yang elegant mewajarkan dirinya menjadi yang paling cantik disekolah.

Bara berangkat dari duduknya ketika mendapat pesan dari Reon untuk menyusul ke rooftop.

"Kemana?" Tanya Alin berbasa-basi.

"Rooftop." Jawab Bara, kemudian dia pergi dan berpaspasan dengan Agatha, Alexa, Adara—teman-teman Alin—yang hendak menghampiri perempuan itu.

Bara melirik Agatha sekilas dan ternyata perempuan itu juga melirik kearahnya. Kemudian melengos pergi seakan-akan dia benar-benar tidak tahu dengan Agatha.

***

Sesampai dikelas Daren tersenyum sumringah. "Gimana mainan gue? Lucu, kan?"

"B aja, tapi boleh juga. Kalo lo gak mau bisa kasih gue. Sekali-kali nggak papa sama cewek lugu."

"Enak aja lo, cewek kayak dia menarik, bray. Tuh, kebetulan Zila punya temen. Tapi agak judes, cocok tuh buat lo."

"Oke, oke. Gue cek ntar," Beltran menggosok tangannya tak sabar.

Gama hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua temannya. Daripada ikut-ikutan kelakuan sesat temannya yang merupakan tukang php professional, seorang Gama Albarefky lebih suka memanjat pohon dibelakang kelas dan berbaring didahan menikmati angin, atau hanya sekedar bermain game mobile legends yang mampu menguras emosinya

***

Queen masuk ke-kantor Bryan dengan buru-buru. Dia mendapat telepon dari Monika—seketaris Bryan bahwa Bryan sakit dan tidak dapat melanjutkan pekerjaan. Ingin pulang tetapi Bryan tidak dapat menyetir dalam keadaam seperti ini karena akan lebih beresiko.

Queen membuka pintu ruangan Bryan dan melihat Monika tengah mencoba memijit tengkuk Bryan sementara lelaki itu memegang sebuah kantong plastik untuk menampung sesuatu yang dikeluarkan dari isi perutnya.

Melihat kedatangan Queen, Monika langsung menjauh. Dilihat dari wajahnya, Monika sama sekali tidak suka atas keberadaan Queen. Dia menelepon Queen karena terpaksa atas perintah Bryan sendiri.

Queen mengambil alih aktivitas Monika, dia membantu memijit tengkuk suaminya untuk memuntahkan isi perutnya.

"Tuh kan, aku udah bilang kamu nggak usah kerja dulu. Ini kan akibat dari keras kepala kamu. Makanya kalo dibilang itu nurut." Ucapan bernada khawatir itu membuat Bryan tersenyum simpul.

"Ayo kita kerumah sakit" Queen membantu Bryan berdiri.

"Nggak usah. Cuma pusing biasa kok" Ucap Bryan.

"Pusing gimana maksud kamu? Kamu muntah lho barusan?" Queen menatapnya tak habis pikir, "Udah nurut aja!"

Dia membantu memapah Bryan untuk turun ke bawah. Para karyawan menundukkan kepala sedikit untuk menghormati Bryan ketika lewat.

Bryan berdeham. "Sayang, aku bisa jalan sendiri"

"Udah, nggak usah sok kuat!" Queen mendesis membuat Bryan menghela nafasnya pasrah.

***

"Gimana? Nggak ada yang serius kan?" Tanya Queen khawatir pada Brisya yang merupakan Tante Bryan yang berprofesi sebagai dokter dirumah sakit keluarga mereka.

Meskipun statusnya dengan Bryan adalah keponakan, nyatanya Brisya Laudree tidak setua itu. Dia hanya berjarak setahun lebih tua dibanding Bryan. Maka dari itu, Bryan lebih memilih memanggil nama dibanding 'Tante' karena Brisya sendiri pun juga tak mau dipanggil dengan panggilan tersebut.

"Tenang aja, nggak ada yang serius kok. Cuma demam biasa" Ujar Brisya lalu menoleh pada Bryan, bersiap untuk mengomeli keponakannya, "Lain kali harus nurut sama istri, jangan ngeyel. Jangan sok kuat. Tubuh nggak bisa dipaksa bekerja 24 jam. Ada saatnya tubuh juga perlu istirahat. Kerjaan kamu dikurangi jangan kerja terlalu keras, kamu kan CEO, masih bisa suruh seketaris kamu atau karyawan lain kan buat ngerjain?"

"Iyaa" Bryan mulai merasa lelah mendengar omelan-omelan dua wanita itu.

***

TBC

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now