thirty six

405 39 4
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

DARI kejauhan, Bara memandang seorang perempuan yang baru saja ia temui kemarin.

Perempuan itu menyadari keberadaannya, segera dia pergi menjauh dari pandangan Bara.

"Alin!!"

Perempuan itu tidak berhenti meski Bara terus menerus memanggilnya dari belakang sampai kemudian Bara berhasil menyusul langkahnya dan meraih pergelangan tangannya.

"Lepasin, Kak! Gue nggak mau Agatha salah paham!" Alin menghempas tangan Bara hingga pegangannya terlepas.

"Gue?" Bara mengernyit ketika Alin mengubah gaya bicaranya.

"Jangan bilang lo gini gara-gara kemarin?"

Alin merotasikan bolamatanya, lalu hendak pergi dari sana. Namun, lagi-lagi Bara mencekal lengannya walau tidak kuat.

"Apaan sih?!"

"Maaf,"

Alin menaikan sebelah alisnya, "buat apaan?"

"Maaf telat nyadarin kalo lo saudara gue"

"Gue bukan saudara lo, anggap aja gitu." Alin hendak kembali ingin pergi hingga ucapan Bara menghentikkan langkahnya.

"Kok lo tega sih sama Mommy?"

Perempuan itu berbalik, "Mommy? Siapa? Gue nggak punya tuh. Punyanya Mama"

"Alinza!"

Perempuan itu melirik belakang Bara, lalu menunjuk dengan dagunya, "tuh urusin Agatha, dia cemburu kayaknya."

Sontak Bara menoleh ke-belakang melihat keberadaan Agatha. Tahu bahwa Bara mendapati kehadirannya, Agatha segera pergi dari sana.

Bara kembali menoleh pada Alin yang telah menjauh. Berdecak, hal yang dia lakukan.

Sial! Siapa yang harus dia kejar?

Merasa terlalu lama membuang waktu untuk berpikir, pada akhirnya dia mengejar Alin.

***

Alin berdecak kesal. Dia baru saja lolos dari Bara yang terus mengejar-ngejarnya selama istirahat. Itu membuatnya dipandang buruk oleh beberapa siswa.

Seharusnya Bara dapat berpikir kalau dia sudah memiliki pacar. Melihat bagaimana Bara yang terus menerus mendekatinya membuat orang-orang yang tidak tahu kebenarannya akan salah paham. Dan pada akhirnya dia lah yang akan dicap buruk disini.

Ini masuk waktunya istirahat kedua. Untuk menghindari Bara, dia perlu untuk tidak berkeliaran. Tidak kekantin, ke taman sekolah, atau dikelas sekalipun.

Dia hanya memilih tempat sepi yang kemungkinan Bara tidak dapat menemukannya. Dia duduk santai dibelakang kelas sepuluh.

Tidak ada pemandangan indah selain pagar pembatas sekolah dan pohon didepannya.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now