36 - Penculikan

33 9 8
                                    

Tim medis dan keamanan bergegas menuju tempat kejadian perkara. Mereka tidak mau menunda-nunda menyelamatkan nyawa seseorang yang berada dalam bahaya. Kaila sebagai pelapor pun ikut bergegas bersama mereka, agar menjadi pemandu arah tempat kejadian tersebut terjadi.

Sampai di suatu lokasi, langkah Kaila terhenti, sehingga membuat tim medis dan keamanan juga ikut terhenti langkahnya. Mereka mengatur napas yang semula terengah-engah karena berlari, kecuali Kaila. Perempuan itu lekas mengamati keadaan sekitar, raut wajahnya kian pucat akibat rasa khawatir yang semakin mencuat.

"Mengapa kita berhenti?" tanya Danial—ketua keamanan.

"Tadi, Syauqiya ada di sini ... di sini dia-" jawab Kaila dengan nada suara yang terdengar panik dan ingin menangis.

Semua orang ikut melihat ke sekitar, tetapi mereka tidak menemukan raga Syauqiya.

"Ke mana dia? Seharusnya aku jangan pergi tadi," ucap Kaila sambil mengusap wajahnya.

"Kita berpencar mencari anak itu. Dan untuk kamu Seril, kamu temani Kaila di sini, tenangin dia, dia shock banget tuh," intruksi Danial.

Mereka pun menuruti apa yang dikatakan Danial. Segera mereka berpencar ke arah yang berbeda-beda. Mereka juga harus menemukan gubuk di sekitar sana, karena barangkali, Syauqiya dibawa ke sana oleh penduduk yang tinggal di hutan ini.

"Syauqiya!"

"Syauqiya!"

Orang-orang terus berteriak, memanggil-manggil namanya. Namun, tak kunjung ada sahutan.

Waktu terus berlalu, sampai senja menghampiri langit yang menunjukkan kalau tak lama lagi akan berubah gelap. Tidak ada yang menemukan Syauqiya, pun gubuk tempat tinggal warga di daerah tersebut. Mereka semua sudah hampir putus asa.

"Apakah dia diterkam binatang buas?"

Danial geleng-geleng. Sebagai pemimpin keamanan, ia tidak mau terlalu cepat mengambil keputusan. Kalaupun memang Syauqiya diterkam binatang buas, ia harus mendapatkan buktinya terlebih dahulu. Ia harus menemukan jejak di sekitar hutan itu.

"Mana Syauqiya?!" tanya Kaila dengan suara lantang dan juga air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Danial tidak langsung menggubris pertanyaan Kaila. Ia berjalan di sekitar sana untuk menemukan sebuah bukti. Matanya kemudian terfokus pada rerumputan di sekitar sana, dan ia menemukan sebuah benda kecil di sana.

"Ini potongan tubuh robot," lirih Danial.

Danial mengamati bagian robot tersebut. Kemudian, ia mengambil kaca pembesar dari kantung jaketnya saat menemukan ada tulisan yang sangat kecil di salah satu tepi bagian robot itu. "Tecno Zen 2080?"

...

Di malam hari yang bertabur bintang, Halim baru saja pulang dari Planet Prosper. Ia tiba di ruang tidurnya. Lalu, ia pun membuka pintu kamarnya untuk menemui ibunya yang biasanya sudah pulang bekerja. "Mam-"

"Halim!" Wajah Raiqa begitu panik. Kecemasan di matanya begitu terlihat jelas oleh indera penglihatan Halim.

Halim memegang satu pundak ibunya dan tersenyum tipis. "Kenapa, Mah? Tenang dulu."

"Gak bisa!"

"Emangnya ada apa, Mah?"

"Syauqiya ... Syauqiya dia-"

Seulas senyum yang semula terukir di wajah Halim seketika pupus saat ibunya yang tengah panik itu mengatakan nama Syauqiya. Rasa cemas sontak saja mengisi relung hatinya. Raut wajahnya kini berubah serius. "Syauqiya kenapa, Mah?"

"Dia hilang dari acara kamping Pecinta Sains."

Dada Halim semakin merasa sesak. Tempo detak jantung Halim semakin cepat, pompaannya bak pacuan kuda di lintas balapan. Kali ini, kekhawatiran yang ia rasakan lebih besar dari apa yang ia rasa sebelumnya.

"Ketua tim keamanan menemukan potongan robot, dan dia bilang, Syauqiya bisa jadi telah diculik oleh ...," Raiqa merasa tidak kuasa untuk mengatakan kelanjutannya. Ia menduga kalau Halim akan sangat-sangat marah dan kecewa pada keputusan Syauqiya hari itu.

"Oleh siapa, Mah? Cepat katakan!" pinta Halim.

Raiqa diam sambil meneteskan air matanya.

"Jangan-jangan ini ulah Tecno Zen! Pasti si muka dua itu mengelabui Syauqiya! Aku gak akan biarkan ini semua!"

Emosi yang telah menguasai hati Halim, membawanya segera pergi dari hadapan ibunya. Melihat hal tersebut, Raiqa tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda ingin melarang. Sepertinya ia sekarang telah berpihak kepada anaknya, serta mendukung apa pun yang telah menjadi keputusan Halim.

...

Seorang pria tengah menyeruput sajian kopi hangat yang telah ia pesan sebelumnya. Ia tidak duduk di restoran miliknya, ia duduk di kafe bernama Kopiesti karena ingin menikmati suasana berbeda. Sedang asik-asiknya menikmati kopi, ada suara notifikasi dari gawainya. Lekas ia membalas pesan dari Halim yang menanyai keberadaannya.

"Tumben sekali, anak ini menanyakan diriku," ucapnya gembira.

Ia menduga, kalau Halim akan menerima permintaan maaf dirinya dan menjalin hubungan pertemanan yang baik.

Kebetulan, dekat tempatnya. Sebentar lagi, saya ada di hadapanmu!

Dia mengerutkan dahinya. Entah, tanda seru yang Halim maksud di sini itu sebagai ungkapan ekspresi marah atau justru gembira? Akan tetapi, jika ia marah kepadanya, itu karena alasan apa?

Brak!!

Axel terlonjak kaget saat ada seseorang dengan emosinya menggebrak meja tanpa permisi. Jantungnya berpacu cepat karena kejutan yang baru saja diberikan oleh ... Halim? Dia menatap pria di hadapannya dengan tatapan bingung. Pasalnya, Halim terlihat sangat emosi, sampai-sampai ia tidak menjaga citranya di hadapan orang lain. Lebih anehnya, saat ada orang yang menegur, memaki, dan membercandainya, Halim terlihat abai pada semua itu.

"Ada yang perlu kita bicarakankah?" tanya Axel.

Halim menarik kerah kemeja Axel. "Anda tidak usah pura-pura! Mana Syauqiya, hah?!"

"Syauqiya? Apa maksud dari tuduhan ini?" tanya Axel sambil melepaskan tangan Halim dari kerahnya.

"Jangan pura-pura, Anda telah menculik Syauqiya! Cepat, kembalikan dia!"

"APA! Uqi diculik?!"

"Jangan belaga gak tau apa-apa ya, Lo!"

"Tunggu, tunggu ... kamu menuduh saya yang menculik Uqi? Enggak mungkin, Lim! Saya tidak akan menyakiti sahabat saya."

"Bullshit! Buktinya, panitia kamping menemukan potongan robot produksi TZ saat Syauqiya hilang."

Axel membulatkan matanya. "A-apa?!!"

***

Eroi Musulmani [Revisi Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang