42 - Dua Pengkhianat itu ...

47 9 14
                                    

Ada wajah-wajah yang berseri tatkala melihat pemandangan di depannya begitu asri. Kendatipun alamnya terjaga, bukan berarti tidak ada teknologi. Justru, teknologi di sini lebih canggih daripada di bumi.

Senyuman takjub berubah menjadi senyuman licik. Ambisi dan hasrat yang begitu menggebu untuk menguasai alam ini mulai mereka rasakan. Dilihat dari raut wajahnya, mereka merasa tidak sabar, untuk segera menjajah wilayah ini. Menguasai dua dunia di planet yang berbeda.

Alat perpindahan dimensi berlogo Tecno Zen mendarat di tanah humus, wilayah planet Prosper. Droid yang menjadi penjaga di kawasan tersebut, lekas mengabari pihak penjaga kamera cctv, melalui matanya yang terhubung dengan kamera pengawas.

Setelah diketahui musuh tengah mengancam, mereka pun lebih memperketat penjagaan. Para agen serta robot-robot canggih siap siaga di depan markas untuk melawan musuh bubuyatan yang tamak dan congkak itu.

Sedangkan di dalam penjara alat perpindahan dimensi TZ, anak muda yang berjumlah empat orang itu sedang berusaha untuk membuka borgol di tangan mereka. Mereka tidak bisa diam saja, mereka akan ikut andil untuk menyelamatkan Prosper dari tangan-tangan jahat pewaris dendam Axello Zen.

"Green Hearth."

"Blue Hearth."

Halim dan Eliza memanggil hearth-nya untuk keluar dari balik saku baju mereka. Sehingga, setelah alat itu merasa dipanggil pemiliknya, alat itu pun keluar dari balik saku dan langsung menempel di depan dada kiri pemiliknya. Setelah itu, borgol mereka berdua terbuka. Eliza pun membantu Syauqiya untuk lepas dari borgolnya, dan Halim membantu Axel untuk lepas dari borgolnya.

"Aku akan melakukan reiki dulu, Qi. Agar kondisimu lekas membaik."

Eliza pun menaruh tangannya di luka tembakan Syauqiya. Tak lupa ia mengucap doa, karena bagaimana pun, Sang Penguasa Alam-lah yang dapat memberikan kesembuhan.

"Maaf, apa Anda siap lawan keluarga Anda sendiri? Kalau misalnya tidak sanggup, Anda bisa diam saja," saran Halim yang sedang berusaha membuka pintu kurungan tersebut.

"Don't worry, i can do it," balas Axel yakin.

Halim tersenyum mendengarnya.

Seusai dari sana, mereka pun mencari jalan untuk membawa kembali hearth milik Syauqiya. Mereka berjalan menyusuri koridor demi koridor, hingga mereka berada tepat di ruang pengendali mesin.

Namun.

Mereka tak langsung masuk ke sana, karena di sana ada dua orang yang tengah mengobrol.

"Agen biru?" lirih Syauqiya saat melihat orang yang tengah mengobrol dengan salah satu kawanan TZ.

Sontak mereka saling melempar pandang satu sama lain. Mata mereka terbelalak bukan main. Ini benar-benar fatal sekali, agen itu harus segera dimusnahkan agar tidak terjadi kerusakan yang semakin parah.

"Saya akan selalu ada di pihak kalian, Glen. Jika dulu saya dan papah membantu kalian untuk pergi, maka sekarang saya akan membantu kalian untuk berhasil menguasai planet ini."

"Thanks, Anum. Pokoknya setelah beres urusan ini, kita akan menikah."

"Menikah?!" Kompak mereka berempat bersuara keras saat mendengar percakapan yang terasa kurang logis.

Anum dan Glen bersidekap sembari tersenyum miring setelah mendengar suara itu.

Syauqiya, Halim, dan Axel langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dengan menampakkan wajah kecewa dan amarah yang sangat-sangat membara. Mereka tidak habis pikir, Anum, perempuan yang dikenal dengan sikap ramahnya adalah seorang pengkhianat rendahan. Dia berkedok. Bermuka dua. Dia seorang yang gila harta, tahta, dan cinta.

Eroi Musulmani [Revisi Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang