3 - Ancaman?

83 18 12
                                    

Tangan yang sejak tadi menengadah memohon kepada Sang Pencipta seusai mendirikan salat fajar, kini telah selesai. Ia pun bergegas merapikan alat salatnya, karena setelah ini ia harus bekerja.

Jadwal kuliahnya hanya empat hari dalam seminggu, sisa harinya yang ada ia manfaatkan untuk bekerja di sebuah tempat penitipan anak. Bukan sebagai pengasuh yang mengharuskan ia bermain permainan kuno, seperti puzzle, rubik, congklak, catur, atau permainan-permainan lainnya, yang memang sengaja dipergunakan di zaman sekarang, karena selain sebagai ajang pelestarian budaya, juga memiliki manfaat yang bagus untuk melatih motorik anak. Jadi, anak-anak tidak terlalu terpaku dan bergantung pada gawai melulu.

Okay, kembali ke topik. Syauqiya tidak bekerja di bagian itu. Namun, ia adalah guru kursus bagi anak-anak di tempat penitipan itu. Kursus dalam bidang sains. Agar anak-anak juga terlatih untuk terampil dan kreatif.

Dalam tiga hari, Syauqiya mengajar pada masing-masing harinya satu kelas. Di sana, ada kelompok A, B, C, dan D. Kelompok A terdiri dari usia 5 bulan sampai 2 tahun, ini tentu saja bukan ranah mengajarnya, ia mengajar di kelompok B C D. Kelompok B terdiri dari usia 3 sampai 4 tahun, sudah belajar sains dari hal yang paling dasar dan mudah. Kelompok C terdiri dari usia 5 tahun, dan kelompok D terdiri dari usia 6 tahun.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Syauqiya membuka pintu tersebut.

Seketika sambutan pagi yang begitu indah, berupa senyuman yang begitu manis dari robot kesayangannya yang bernama Ramlah itu menyapanya. Dia adalah robot yang berperawakan manusia, cantik, dan juga menutup aurat. Itu adalah robot pemberian dari Khalil, ayahnya, saat Syauqiya mendapatkan juara lomba olimpiade sains saat kelas 11.

Robot Ramlah ini pula, menjadi sangat khas dan membuat Syauqiya nyaman. Dikarenakan suara Ramlah ini persis sekali dengan suara ibunya.

"Syauqiya, aku sudah beres-beres rumah."

"Waah, terima kasih banyak Ramlah. Good Job!" puji Syauqiya sambil menepuk bahu kanan Ramlah.

"Sarapan kesukaan kamu juga sudah siap. Nasi goreng plus telur mata sapi, pake tomat, pake timun, pake sedikit parutan keju," terang Ramlah sembari menunjukkan hologram di tangannya yang menunjukkan rupa yang rupawan dari makanan yang disebutkannya itu.

"Makasih banyak," balas Syauqiya sembari berhambur memeluk robot kesayangannya itu. Tak lama, ia pun melepas kembali pelukannya, "Jadi gak sabar mau makan."

"Ayo, cepat makan saja. Isi paginya dengan sarapan, biar berenergi. Jangan harapan terus."

"Bisa aja nih Ramlah." Syauqiya terkekeh mendengar motivasi dari Ramlah. "Ya udah, aku makan ya. Kamu jangan lupa charge diri kamu, biar berenergi juga."

"Baik!" balas Ramlah dengan semangat 45.

Syauqiya berada di penghujung anak tangga, karena tidak sabar untuk segera menyantap nasi goreng lezat. Ia pun memencet tombol yang ada di pegangan tangga, sehingga berubahlah anak tangga yang ada menjadi sebuah perosotan. Ia pun meluncur dari sana dan tiba di ruang makan.

Aroma nasi goreng sangat jelas melambai-lambai kepadanya. Masakan Ramlah memang selalu juara, tampilan, aroma, rasa, perfect. Tidak heran, karena Ramlah adalah robot yang sudah diprogram dengan sangat rapi dan baik.

Tak mau menunggu cacing melakukan demonstrasi di perutnya, Syauqiya pun lekas duduk di depan piring nasi goreng tersebut dan melahapnya setelah sebelumnya ia membaca kalimat basmalah.

...

"Halim, hari ini kamu bisa—" Raiqa tidak melanjutkan perkataannya setibanya di kamar putra semata wayangnya itu. "Kamu mau pergi hari ini?"

"Iya, enggak lama kok, Mah. Mamah tadi mau apa?"

Raiqa yang sudah rapi dengan pakaian kantornya yang terlihat syar'i dan elegan pun tersenyum lebar. Bersyukur, memiliki putra yang tidak apatis kepada ibunya. "Kalau bisa, kamu nanti ke restoran, cek perkembangan di restoran, soalnya Mamah mau pergi ke WriteStar. Terus abis di sana, Mamah mau ke Lim."

WriteStar adalah perusahaan milik Raiqa, yang di mana perusahaan tersebut merupakan perusahaan platform menulis yang menghasilkan uang.

Sedangkan Lim, adalah pabrik cemilan milik Raiqa, yang di mana nama pabrik tersebut diambil dari nama Halim. Almarhum ayahnya Halim mendirikan perusahaan tersebut saat Halim berusia satu tahun.

"Siap, Mah! Nanti Halim ke sana."

"Sama sekalian, ya. Bawa makanan buat Syauqiya dari resto."

"Siap Bu Ratuu ...."

....

Sama halnya seperti di rumah Raiqa, di rumah Syauqiya pun terdapat mesin pencuci piring.

Set

Sama seperti kejadian di rumah Halim, ia merasa ada sesuatu yang lewat di jendela. Ia yang merupakan tipe orang yang penasaran, langsung melihat keadaan dari balik jendela.

"Apa yang terjadi ini?"

Tiba-tiba ...

Cuss!

Cahaya hijau yang sangat menyilaukan datang di depan matanya. Spontan saja Syauqiya langsung menutupi kedua matanya dengan lengannya.

Beberapa detik kemudian, cahaya silau tersebut meredup. Mungkin 'benda' itu menghilang dari hadapannya. Syauqiya pun perlahan memberanikan diri untuk menatap depan jendela lagi.

Deg!

Rupanya 'benda' itu masih ada di depannya. Bentuknya bagaimana, ia tidak tahu. 'Benda' itu dapat mengatur intensitas cahayanya dengan baik, bisa sangat menyilaukan, bisa juga tidak menyilaukan tapi masih menutupi bentuk aslinya.

Syauqiya meraba permukaan kaca jendela tersebut perlahan sembari berpikir, 'benda apakah itu?'. Belum sempat Syauqiya mencerna semuanya lebih dalam, ia mendapatkan kejutan lagi ....

Dem!

"Aaaaa!"

Syauqiya terhempas dari posisinya ke sofa yang jaraknya tak jauh dari lokasi dapur dan tempat makan berada. Namun, tetap saja, meskipun dari segi ruangan memang tidak jauh, tapi untuk kejadian tersebut, tubuh Syauqiya sampai terlempar ke sana, adalah jarak yang cukup jauh. Itu artinya, benda tersebut, yang walaupun terlihat kecil di depan matanya, memiliki kekuatan yang sangat besar.

Prak!

Bahkan, piring yang ada di atas mesin pencuci piring pun jatuh dan pecah.

Syauqiya memegangi punggung dan pinggangnya yang terbentur dengan sofa. "Sshh ...," ringisnya. "R-Ra-Ram—" Syauqiya tidak jadi memanggil robot kesayangannya itu, mengingat kalau sekarang Ramlah pasti sedang melakukan pengisian daya. Dia tidak akan mendengar apa pun jika sedang isi daya.

Syauqiya menghela napas berat. "Apa semua ini sebenarnya?"

***

Eroi Musulmani [Revisi Version]Where stories live. Discover now