37 - Ditendang

23 8 0
                                    

"Dasar, wajah berkedok!"

Bugh!

Halim langsung memukul wajah mulus Axel, di saat Axel sedang mencerna perkataan yang sebelumnya Halim lontarkan. Pukulan atlet karate sabuk hitam itu mampu meninggalkan luka lebam yang sangat perih dirasa oleh Axel.

"Lo jangan main kasar begini!" Axel terbakar emosi, ia yang sebelumnya tidak berniat untuk membalas sikap kasar Halim, jadi membalasnya.

Mereka berkelahi dengan sengit di sana. Orang-orang yang semula menikmati suasana malam sembari mengopi dalam suasana damai, kini malah merasakan ketegangan. Semua pengunjung berdiri menatap perkelahian sengit yang baru saja menghancurkan satu meja dan dua kursi kafe.

Bahkan, di antara mereka ada yang memasang kamera, memotret dan merekam peristiwa itu.

"Ngaku! Di mana Qiya?" tanya Halim sambil menahan kedua tangan Axel yang akan menonjoknya.

"Sudah saya bilang, saya tidak tahu!"

Halim terus saja tidak menerima apa yang Axel katakan. Sehingga, perkelahian terus berlanjut dan menghancurkan satu meja lagi.

Pemilik kafe yang melihat kedua bedebah itu, lantas berkacak pinggang dan geleng-geleng. Lekas ia memanggil robot satpam, sehingga Halim dan Axel diusir dari kafe dengan cara di lempar ke bahu jalan.

"Kalian tidak tahu saya siapa, hah?! Seenaknya saja melempar!" pekik Axel sambil meringis.

Namun, robot-robot itu tidak menghiraukan Axel. Mereka langsung menutup pintu kafe rapat-rapat, serta membuang muka dari tatapan Halim dan Axel yang tengah kesal.

"Saya tahu Anda siapa, pewaris tahta Tecno Zen," balas Halim sambil berdiri dan menepuk-nepuk bagian belakang celananya yang kotor. "Makanya, saya tidak percaya ketika Anda mengatakan, kalau Anda tidak tahu keberadaan Syauqiya."

"Emosian. Enggak percayaan. Tukang nuduh lagi," gerutu Axel yang ikut berdiri.

"Apa?!" Halim seperti mendengar ada cacian yang keluar dari mulut Axel.

"Kalau Anda tidak percaya sama saya, saya bawa Anda ke rumah dan juga kantor untuk memastikan itu semua."

"Hm."

...

Sayup-sayup cahaya memantul ke retinanya. Ia mengerjap berulang kali agar bisa menatap pemandangan di depannya dengan baik. Ia lekas mengerut saat pemandangan yang ia lihat pertama kali begitu asing. Terlebih lagi, ia merasa seperti sedang berada di dalam kurungan sempit.

"Ini?!"

Ia langsung ingat pemandangan terakhir yang ia lihat sebelum pingsan di hutan. "Tecno Zen? Axel ...? Dia ...." Syauqiya mengepalkan tangannya dengan penuh emosi. Ia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang ia alami ini. Orang yang baru saja ia beri kepercayaan, mengkhianatinya?!

"Uh!" Syauqiya mengeluh saat rasa sakit di punggungnya begitu meradang. Luka yang ia dapati akibat tembakan tadi masih belum mengering. Mereka pasti mau membunuhnya secara perlahan dengan membiarkannya merasakan rasa sakit ini.

Ia melihat ke arah lain, matanya sontak membulat. "Green Hearth!" Benda itu berada dalam sebuah kotak transparan dan juga tertutup di salah satu meja kecil yang cukup tinggi.

Rasa khawatir di dalam dada Syauqiya semakin menjadi-jadi. Identitas yang seharusnya ia tutupi dari orang-orang, bisa diketahui oleh mereka yang sangat memusuhi organisasi yang telah dibangun Zain Al-Barkah. Bagaimana nasibnya selanjutnya? Apakah nyawanya juga akan hilang seperti orang tuanya kala itu?

Eroi Musulmani [Revisi Version]Where stories live. Discover now