10 - Asal Usul

49 15 1
                                    

Satu buku jari mengklik sebuah video yang terdapat dalam file rahasia Eroi Musulmani. Di mana, video tersebut merupakan video asli dari kejadian di masa lampau, yang di dalamnya dibubuhi dengan keterangan dan juga narasi.

"Kita semua harus segera meninggalkan tempat ini!" intruksi Jalaludin yang baru saja tiba di laboratorium CM (Cendekiawan Muslim). "Ayo, cepat! Kerahkan semua orang untuk segera masuk ke mesin dimensi kita. Menurutku, itu lebih baik."

Semua orang menatap heran ke arah Jalaludin, mereka tidak mengerti mengapa raut wajah Jalal yang sejak pagi gembira, kini berubah jadi gelisah dan diliputi oleh kekhawatiran?

"Apa yang terjadi, Jalal?" Zain selaku kepala CM angkat suara. "Kenapa kamu tiba-tiba begini?"

"Kita dikelabui, Zain!"

Lantas Jalaludin pun menceritakan sebab mengapa ia bisa sepanik itu sekarang ini.

Pada pagi hari, Zain memerintahkan Jalaludin untuk mengabari para klien-nya—yang akan membantu mem-publish hasil kerja keras CM ke khalayak—untuk datang pada malam harinya, agar mereka bisa melihat terlebih dahulu bagaimana perawakan mesin perpindahan dimensi yang telah tim CM rakit.

Jalaludin pun tiba di depan ruang rapat, yang di mana bagian resepsionis mengabarkan kalau para pemimpin perusahaan sedang ada di ruangan tersebut. Mereka tidak sedang rapat serius, justru mereka terlihat sedang berbicara santai, kebetulan pintu ruangan tersebut sedikit terbuka.

Sebelum Jalaludin masuk, ia mendengar obrolan mereka terlebih dahulu.

"Sebentar lagi, mesin itu akan jatuh ke tangan kita," ucap Axello Zen.

"Dan ... mereka akan jatuh juga di tangan kita," tambah rekan Axello Zen.

Di sana ada tiga orang yang tengah berbincang. Mereka lantas tertawa bersama. Seolah-olah dunia seutuhnya, ah bukan hanya dunia, tapi alam semesta akan segera mereka kuasai.

"Kita akan akui, bahwa mesin tersebut kitalah yang membuatnya. CM tidak akan mendapat hak ciptanya."

Jalaludin mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Ia terbakar oleh emosi yang membara di hatinya. Ia tidak bisa menerima kelicikan ketiga elite global tersebut. Ia harus menghentikan mereka bagaimana pun caranya. Atau ... ia harus melakukan sesuatu agar mereka tidak akan pernah dapat memiliki hasil kerja keras tim CM.

"Karena itulah, Zain, aku ingin kita semua pergi dari Bumi ini saja. Mereka semua serakah dan buta dengan kecintaan kepada dunia!"

Lalu, video pun berpindah dari lokasi markas CM, menjadi sebuah tayangan televisi berupa berita terkini yang mengabarkan, bahwa terjadi kebakaran yang sangat hebat di lokasi tersebut. Kemudian, berita pun menunjukkan kepada khalayak, kalau Axello Zen dan antek-anteknya sedang di evakuasi dari tempat tersebut.

Di sana terlihat jelas, ada luka sabetan di tangan dan wajah Axello Zen.

"Mereka ... uhuk, berkhianat," lirih Zen sebelum ia pingsan.

Syauqiya menutup mulutnya, ia sangat terkejut melihat apa yang ditayangkan di video tersebut. Kobaran apinya benar-benar dahsyat, dan luka Axello Zen nyata adanya.

"Ada apa sebelumnya?"

Video pun beralih lagi ke scene yang lain. Seusai berkemas, orang dewasa yang berjumlah sepuluh orang, empat remaja, ditambah enam anak kecil, serta lima paruh baya memasuki alat perpindahan dimensi. Benda itu berbentuk tabung dengan dua jendela di sudut kanan dan kiri pintu. Ukuran ruangan seukuran bilik kamar kecil dengan dua lantai. Lantai pertama tempat pengendalian mesin dan lantai kedua adalah tempat santai. Di mana di lantai kedua tersebut terdapat kursi, sofa, buku dan semacamnya.

"Kita harus membakar tempat ini, sebelum kita pergi. Sebagai tanda, bahwa amarah kita kepada mereka begitu besar," ucap Zain sembari mengoperasikan sesuatu di layar hologram.

"Biar aku yang melakukannya," balas Jalaludin.

Jalaludin pun melakukan aksinya, membakar kawasan tersebut dengan panah yang akan mengeluarkan api ketika anak panahnya mendarat di sasaran.

Saat api terlihat berkobar, Jalaludin pun bergegas menuju pintu mesin. Namun, saat ia hendak melangkah ke dalam, suara tembakan yang di arahkan ke langit terdengar dengan jelas.

"Kalian tidak akan bisa kabur dari sini," ucap Axello Zen yang datang ke sana bersama dengan 10 bodyguard-nya.

Sepuluh antek-antek Zen menodongkan senjata api itu ke arah Jalaludin.

Jalaludin tersenyum miring. "Benar, kalian tidak akan bisa menyakiti ataupun merampas apa pun dari sini. Kalian harus melangkahi mayatku."

Set set set

"Awas!"

Senjata tajam keluar dari mesin tersebut.

"Jalaludin! Jangan macam-macam, ayo cepat masuk sekarang!" perintah Zain. Dia yang mengoperasikan mesin tersebut sehingga menyerang mereka dengan anak panah tajam.

Walhasil, para musuh pun menghindar setelah melihat panah-panah melesat. Mereka semua berhasil menghindar, tidak tertancap anak panah, walaupun beberapa di antaranya ada yang terkena sabetan. Terutama, Axello Zen, darah segar mengalir di pipi dan tangannya.

"HEY!!" teriak Axello Zen.

Jalaludin menuruti permintaan Zain. Ia masuk dan lekas menutup pintunya.

"Aku akan segera mengoperasikannya," ujar Zain yang kemudian mengklik tombol okay.

"Kita akan berangkat dalam 5 ...," suara mesin terdengar.

Suara tembakan terdengar lagi dari luar. Sepertinya, antek-antek Zen menembaki bagian luar mesin tersebut.

"4 ... 3 ...."

"Aku akan membalas apa yang kalian lakukan!" Axello Zen berteriak lagi.

"2 ... 1."

Cusss!

Cahaya yang begitu menyilaukan menerpa pandangan mata Axello Zen dan antek-anteknya. Kekuatan yang begitu besar pun dirasakan oleh mereka, sampai mereka terhempas dari posisi mereka.

"Ooh ... jadi karena itulah, mereka semua terlihat tidak berdaya ketika diliput oleh kamera. Axello Zen hebat sekali memutar balikkan fakta," tutur Syauqiya seusai menyaksikan asal-usul mereka bisa tiba di Planet Prosper pada tahun 2025 dan bertahan hingga sekarang, 2080.

Di bawah video tersebut ada catatan. Itu semua bukan rekayasa ataupun film. Itu di ambil dari cctv dan mikro-camera, lalu kami edit menjadi video yang seperti itu. Ini untuk meyakinkan agen Eroi Musulmani, kalau semua yang diceritakan kami secara lisan, memang benar adanya.

"Baiklah, Bu Riqqah, aku percaya," gumam Syauqiya.

"Ramlah akan menjaga rahasia tersebut dengan baik," timpal Ramlah yang sejak tadi menemani Syauqiya di kamarnya.

"Terima kasih banyak Ramlah. Dan terima kasih banyak untuk semuanya, kamu pengertian sekali. Love you ...," balas Syauqiya sembari berhambur memeluk Ramlah.

"Love you too, Qiya."

Sebatang kara, tak terasa begitu menyeramkan bagi Syauqiya, karena ia memiliki Ramlah yang setia bersamanya. Bagaimana pun keadaannya.

***

Eroi Musulmani [Revisi Version]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant