[S2] Bagian 52 : Mimpi

2K 241 56
                                    

Jingga.




Lagi lagi. Ini udah kesekian kalinya aku mimpi Ayah selingkuh sama perempuan lain. Tapi rasanya .. hari itu kenapa jadi semakin nyata buatku. Aku yakin malam itu aku ngelihat Ayah dan wanita lain saling bercumbu satu sama lain. Dan rasa sakit itu jadi semakin nyata buatku.

Malam ini, aku banjir keringat di tengah malam.

Mimpi itu berlanjut. Tapi rasanya seperti nyata.

Rangkaian tayangan itu bagaikan potongan puzzle buatku, ada banyak tanda tanya melayang di atas kepalaku. Terakhir kali sebelum Ayah menghampiri keberadaanku. Aku memeluk seorang lelaki berpostur badan tegap dan cukup besar sehingga mengkungkungi bagian tubuhku sepenuhnya.

Akhh.. bagian itu yang paling menyakitkan.

Saat aku melihat Ayah, tapi Ayah sudah tidak melihatku. Aku menangis di peluk pria itu. Rasanya sangat nyaman, juga tenang.

Tapi saat aku melihat wajahnya, mencoba menggapai sorot matanya. Semuanya lenyap.

Aku jatuh. Masuk ke dalam jurang yang dalam dan terperangkap di dasarnya.

Aku menghampiri kamar Mas Daffin. Dia belum tidur, tapi .. dia berbincang sama Ayah. Di tengah malam begini di ruang tamu. Apa yang mereka bicarakan?

Mima. Aku langsung pergi ke kamar Mima. Mima sedang tertidur disana dengan lelap. Aku ingin sekali tidur di sebelah Mima, aku mau Mima peluk aku dan menyanyikan lagu yang biasanya Mima nyanyikan untukku sewaktu kecil.

"Mima.. aku mau tidur disini Mima."

Aku langsung masuk ke dalam selimutnya. Aku memeluk pinggang Mima sangat erat. Rasanya nyaman sekali berada di pelukan Mima. Mima membalas pelukku tanpa sadar. Aku tersenyum dan semakin melelapkan tubuhku disana. Aku berharap setelah tidur bersama Mima, perasaanku jadi lebih tenang.

Tubuhku seperti terangkat. Lebih tepatnya ada yang mengangkat. Saat aku mencoba mengintip, itu Ayah yang membawaku pergi dari kamar Mima. Memang menyebalkan, padahal aku mau tidur sama Mima.

Saat Ayah membaringkanku di ranjang, aku membuka mata sedikit. Saat Ayah merapatkan selimut ke seluruh tubuhku. Aku menarik tangannya. Aku menggumam pelan memanggil Ayah.

"Kenapa adek enggak lanjut tidur?" Ayah membelai beberapa helai rambutku. Aku menangkap sorot matanya. Aku mencoba membuka diri sama Ayah. Agar Ayah tau, apa yang aku rasakan dan kalaupun Ayah selingkuh dengan perempuan lain, semoga Ayah diberikan kesadaran, karena disini ada keluarga yang selalu menyayangi Ayah.

Aku menjangkau tubuh Ayah. Aku peluk Ayah. Aku melingkari lehernya dengan erat. Aku bilang sama Ayah kalau aku sayang banget sama Ayah. Ayah cuma senyum sambil usap usap punggungku. Ayah bilang Ayah juga sayang banget sama Jingga. Hati aku jadi tenang. Aku percaya kalo Ayah orang baik. Ayah ga akan nyakitin kita semua.

"Ayah jangan sakitin Mima,"lirihku pelan.

Ayah menatapku dalam. "Siapa yang mau sakitin Mimanya kita semua?" Jawab Ayah.

"Please.. Ayah, Jingga, Mas Daffin, sama Mima itu sayang sekali sama Ayah." Aku meyakinkan lagi karena entah mengapa semua mimpi itu rasanya nyata. Hatiku masih sakit mengingat kejadian itu. Entah ada atau tidak.

"Jingga stop. Jingga lihat Ayah."

Ayah menangkup daguku. Aku menatap Ayah lebih dalam.

"Jingga lupain semuanya, Jingga hapus ingatan yang menyakitkan itu, sekalipun itu mimpi. Jingga nggak boleh terusik sama mimpi yang beluk tentu benar adanya."

"Jingga juga nggak boleh bawa mimpi itu masuk ke kehidupan nyata kita. Mimpi hanya bunga tidur semata. Jingga gak boleh masuk ke alam mimpi kamu lebih dalam, ya? Ayah selalu sayang sama Mimanya Jingga."

SIR | DoyoungOnde as histórias ganham vida. Descobre agora