[S2] Bagian 68 - Best Condition

1.5K 177 21
                                    

Punten, tadi lagi nulis kepublish tiba tiba, saking semangatnya ngetik mungkin😭




Jingga's.

Hari ini hari ke tujuh, aku tinggal dengan Om Jefry. Sebenarnya aku kangen sama Mima, sama Mas Daffin. Aku juga kangen sama Ayah. Tapi kata Om Jefry, dia udah kasih tau Mima kalau aku tinggal sama Om Jefry. Sebenarnya aku nggak kenal sama Om ini sebelumnya, tapi kayaknya dia orang baik. Nggak tau, feeling aja sih sampai - sampai aku jadi betah ada disini.

Hari ke hari, aku semakin membaik. Emosi ku mulai reda, tangisku udah nggak terlalu sering lagi, terus kata Om Jefry kalau Jingga udah dimasakin sesuatu yang berbau cokelat, Jingga bahagia banget, sampai lupa kalau Jingga lagi sedih.

Tau nggak? Om Jefry sampai stok cokelat batangan banyak banget. Katanya mau coba coba menu lain dengan menggunakan cokelat, biar Jingga betah tinggal disana dan nggak sedih lagi. Kadang - kadang Om Jefry bikin cake cokelat, pisang goreng cokelat, pancake, roti bakar cokelat, hmm apalagi ya? Oh ya dia bilang katanya mau bikin ramen pakai cokelat. Ya spontan langsung aku umpetin lah cokelatnya. Mana enak sih ramen pake cokelat. Kalian kebayang nggak rasa cokelat sama kuah asin, manis, gurih. Ihh nggak banget.

Tapi kemaren aku juga buat resep. Namanya bakwan cokelat.

"Jingga, ngapain kamu campurin cokelat sama wortel sama kol juga?  nanti yang mau makan siapa?"

Ya aku jawab aja. "Om Jefry lah. Kan aku yang masak,"

Om Jefry langsung diem dong pas aku lagi masak bakwan cokelat. Padahal dia gak tau aja, kalau wortel itu bukan sembarang wortel, itu sebenarnya permen rasa jeruk yang aku masukin di adonan bakwan cokelatnya. Kalau kolnya aku masukin parutan keju aja biar kelihatan samar samar kayak kol. Karen warnanya jadi kelihatan cokelat, jadinya dia nggak tau deh aku bikin apaan.

Tapi pas dia mau cobain masakan aku, dia sambil merem merem cobainnya.

"Ini nomor ambulansnya," Om Jeffry menyuguhkan kertas yang isinya nomer telepon ambulans.

"Kalau saya kenapa - kenapa, tolong telpon kesitu ya."

"Iya Om. Tapi kayaknya nomor yang ini aja deh." Balasku saat aku menunjukan layar hpku ke Om Jefry.

"Jingga, ini kenapa nomor ambulan yang RSJ sih?"

"Loh, habisnya om ini ada ada aja. Makanan aku tuh nggak ada yang beracun. Om aja belum cobain."

"Kalo nggak ada nyawa lagi, pinjem nyawa kucing aja deh." Celetuk Om Jefry.

"Om lucu deh. Mana mau dia pinjemin nyawanya buat Om.. punya kucing aja enggak."

Om Jefry mengerutkan kedua alisnya bersamaan.

"Kamu bener juga."

Pas dia makan gigitan pertama, aroma kuat dari cokelatnya sempet ketahan lima detik di mulutnya dan nggak dia apa apain. Pas dia gerakin mulutnya perlahan, dia langsung membelalakan matanya ke arahku. Kayak nggak percaya sama hasil dari masakan yang dibuat.

"Jangan nilai dari covernya!"

"Don't judge the book by the cover, right?"

"Iya saya tau." Dehem Om Jefry. Sekarang dia malah nambah sampe potongan ketiga. Doyan atau doyan Om?

Jadi sebenarnya ini tuh kayak dorayaki bentuknya. Aku pakai semua alat alat yang ada di dapurnya Om Jefry. Alat masaknya lengkap banget, sampe sampe yang nggak ada di rumahku ada di rumah Om Jefry. Ini tuh sebenarnya apartement atau dapur hotel sih? Serba ada.

"Jingga." Panggil Om Jefry pelan.

"Kamu nggak mau pulang?"

Aku yang tadinya masih beres beres di dapur langsung balik ke kamar terus duduk di atas ranjang. Aku nggak punya handphone saat ini, nggak ada alat komunikasi, cuma ada handphone milik Om Jefry dan aku sungkan buat pinjem barang itu.

SIR | DoyoungWhere stories live. Discover now