[S2] Bagian 60 - Poison

1.4K 225 132
                                    

"Ini obatnya" Ucap seorang perempuan kurus, tinggi dan postur tubuhnya condong ke depan.

"Thank you Rel!" Tutur Shara. Diambilnya bubuk halus dari tangan Sherrel dan dia berikan pada Shara.

"Iyaps. Gue dapetin itu gak gratis, tapi gue nggak tau reaksinya gimana. Setiap orang beda beda kasih reaksinya."

"Dia sakit, mau mati kayaknya. Sekali tenggak juga udah koit kok."

Bagai tak habis pikir dengan isi kepalanya Shara, Sharrel sebenarnya tak mau mengulik lebih dalam dengan apa yang terjadi antara Shara dan laki laki yang selalu dia bicarakan pada setiap perbincangan malamnya.

"Doyoung ya Doyoung, Athalla ya Athalla, jangan lo samain lah, ya walaupun mereka mirip mirip dikit sih."

Shara duduk pada sebuah kursi di depan balkon kaca apartement Sherrel. Saat mendengar nama Athalla disebutkan, Shara hening, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibirnya. Dia ingin sekali keluar dari bayang - bayang masa lalunya bersama Athalla, sang mantan kekasih, tapi apadaya .. Athalla selalu memiliki ruang di dalam hati Shara. Walaupun saat ini dia nggak bisa bersama Athalla, usahanya nggak sia sia. Athalla memang nggak bisa bersamanya, tapi keberadaan Doyoung bisa menggantikan sosok Athalla disampingnya.

"Kalo Athalla nggak bisa bersama gue, seenggaknya Doyoung harus jadi milik gue."

Sharrel mengernyitkan dahi. "Gimana caranya? Kalo lo ketahuan ngeracunin istrinya ya sama aja boong dong. Istrinya mati, lo dipenjara?"

Shara menarik kerah tangan bajunya sampai siku dan menanggalkan satu jarinya ke dahi. "Ya kan gue punya akal, gue nggak mungkin dipenjara sia sia. Gue tau anak perempuan mereka nggak suka sama gue, gue bakal jebak Jingga dalam situasi ini, gue bakalan buat dia seolah ngeracunin ibunya sendiri. Setelah Kejora dan Jingga gue buang, gue bakal bikin Daffin mau anggap gue sebagai pengganti Ibunya." Tegas Shara. Bikin Sharrel pusing tujuh keliling. Merasa berdosa pasti, tapi apa boleh buat. Sharrel nggak kenal keluarga Doyoung dan gak memiliki rasa simpatik terhadap keluarga mereka.

"Motivasi lo begini ke mereka apa sih Shar? Buat dapetin Doyoung doang? Ya nggak usah kejam gitu sampe mau ngeracunin segala. Lo pepet aja Doyoung terus bikin lepas dia dari istrinya. Kan selesai?" Akhirnya Sharrel mulai angkat bicara.

"Ngapain gue belajar lama lama ilmu psikolog kalau nggak bisa pinter kayak sekarang."

"Gue tau Doyoung." Hentaknya, seolah dia memang betul betul menguasai kepribadian lelaki itu.

"Dia nggak bakal berhenti buat cinta sama istrinya, kalau istrinya belum mati."

"Dan sekarang dia ada di titik terendah. gue dengan gampang bisa geser posisi istrinya."

"Kejora juga nggak tau apa apa kan tentang malam itu? Malam yang bikin gue serasa memiliki Doyoung seutuhnya."

Sharrel merubah air mukanya heran, dan bertanya. "Maksud lo?"

"Maksud gue.." lirih Shara, berhati - hati.

"Gue mau bilang, kalo sebenernya kita udah tidur bareng saat itu."









****






Merayakan pesta yang terlambat bagi beberapa kerabat dekat. Doyoung berjanji mengajak rekan rekan terdekatnya untuk makan malam di rumah mereka. Semua anggota keluarga berhak membawa satu atau lebih tamu untuk meramaikan acara tersebut. Sekaligus merayakan rasa bahagia Doyoung kalau Kejora sebentar lagi akan pulih total dan kembali sehat seperti biasanya.

"Aku janji, malam ini kita akan bicara. Shara bisa menjelaskan semuanya, aku sama sekali nggak ada niat buruk seperti apa yang kamu bilang."

"Tapi kalau yang aku lihat benar, aku akan lebih kecewa Mas sama kamu, tolong jangan rusak semua kepercayaan aku. Aku udah nahan dari lama mas untuk bilang ini sama kamu, tapi aku rasa.. kamu suami aku, dan diantara kita nggak perlu ada kebohongan."

SIR | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang