Chapter Dua Puluh Empat

3.9K 569 44
                                    

Aileen menggeram kasar, kakinya melangkah lebar-lebar sambil sesekali menghentak kesal. Pertemuan dengan pria aneh silan tadi benar-benar berhasil memancing emosinya, walau berhasil mengusir banci tersebut tapi emosi yang sudah tersulut naik membuat Aileen masih dapat merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya.

Perjalanan mengantar Meysha pagi ini terasa sangat panjang, apa lagi mendadak ada jalan yang sedang diperbaiki sehingga membuat dia harus memutar ke lorong sebelah.

Untunglah rumah minimalis yang dia tempati sudah terlihat di depan mata. Aileen harap sampai di rumah dapat sedikit menghilangkan kekesalan yang sudah menumpuk dalam dirinya saat ini.

Ketika kakinya memasuki belokan rumahnya Aileen mengeriyit saat melihat seseorang sedang mengintip ragu dari jalanan samping. Sosok itu tidak begitu asing walau penampilannya sedikit ditutupi dengan topi dan kaca mata hitam.

"Imel?" Aileen berseru tanpa dia kendalikan.

Wanita yang awalnya mencoba bersembunyi di balik tembok pagar berbelok mematap Aileen dan langsung ternganga.

Aileen pun ikut terkejut, dia tidak menyangka tersangka utama yang menyebabkan dirinya hampir menjadi gelandangan sekarang berdiri di depan rumahnya. Dengan langkah yang lebih lebar Aileen berlari menghampiri wanita itu yang tidak sempat untuk kabur.

"Mau kemana lo?!" Aileen mencekam tangan Imel kuat-kuat, membuat wanita itu meringis kesakitan.

"Jangan kabur lo yah!"

"Leen, sakit. Ampun Leen, ampun... gue minta maaf please lepasin tangan gue, sakit goblok," sahutnya yang justru memancing emosi Aileen.

"Goblok?! Sialan lo yah! Lo jual rumah gue!!!" Aileen menjerit tepat di depan wajah Imel, membuat wanita itu memejamkan matanya karena ketakutan.

"Leen, sumpah maafin gue, gue khilaf. Gue kesini karena merasa bersalah, lepasin dulu tangan gue. Janji nggak akan kabur."

Aileen mendengkus sinis. "Nggak, masuk lo! Gue akan lapor polisi setelah ini."

"Leen... please gue mohon jangan! Gue pulang karena gue udah dapet uang buat balikin uang lo! Please jangan laporin polisi. Gue punya alasan," mohonnya.

"Berapa yang lo bawa?" Aileen bertanya penasaran.

"Dua Milyar, sesuai dengan jumlah penjulan rumah lo," jawabnya.

Mata Aileen melotot lebar. "Lo jual rumah gue 2M?!"

Imel mengangguk, "Lokasinya strategis, tempatnya juga bagus wajarlah laku harga segitu."

"Sial, jadi siniin duit gue!"

"Jangan, gue mau beli rumah ini lagi. Lo pasti kesulitan karena gue, makanya gue mau beli rumah ini lagi dan kasiin ke lo. Gue cuma pinjem kok selama ini."

Dengan sebal Aileen mendepak kepala wanita di hadapannya tersebut kuat-kuat, membuatnya menjerit kencang namun enggan membalas karena tahu kesalahannya.

"Lo sialan emang, minjem rumah hampir setahun! Gila lo! Emang lo nggak mikirin nasib gue sama Meysha setelah lo jual semua ini?!"

Imel langsung berlutut di hadapan Aileen dan memeluk kaki sahabatnya itu dengan sungguh-sungguh. "Maafin gue Leen, gue bener-bener khilaf sampe nggak mikir apa-apa lagi waktu itu. Bokap gue kelilit hutang Leen dan mereka ngancem buat bunuh Bokap gue kalau nggak dibayar bulan itu juga. Gue salah Leen, maafin gue!"

Aileen menghela nafasnya keras-keras. Sepertinya Tuhan lagi menguji kesabaranya hari ini. Di mulai dari pertemuan bersama pria sinting bernama Yasha lalu dilanjutkan bertemu sahabatnya yang sudah menjadi buronan hampir setahun. Benar-benar dua pertemuan penuh emosi.

A Gay at HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang