Chapter Delapan

3.6K 591 47
                                    

"Leen, jaket aku yang warna biru blink-blink itu kemana yah?"

Aileen menoleh ke arah dalam kamar Nevan yang gerasak-gerusuk sejak dua puluh menit yang lalu dan menemukan isi kamar itu berantakan, semua pakaian pria itu berserakan di lantai dan di atas kasur, sementara pemilik kamar ini sedang berkacak pinggang di tengah-tengah ruangan, menatap bingung tumpukan bajunya sendiri.

"Astagaa, kenapa ini?" tanya Aileen sambil menatap horor ke arah Nevan dan bajunya bergantian.

Pria itu meringis dan baru Aileen sadari Nevan ternyata masih memakai boksernya tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh bagian atasnya, rambut pria itu juga masih cukup basah menandakan dia baru menyelesaikan mandinya.

"Aku cari jaket biru blink-blink punya aku, yang karet tangan sama lehernya warna hitam itu," jelas Nevan sambil kembali melihat ke dalam lemari yang sudah kosong melompong.

"Kemarin kamu bilang ketinggalan di tempat kerja kan?" Aileen balas bertanya dengan heran. Dia ingat jelas minggu lalu Nevan menggerutu kalau jaketnya ketinggalan. Pria itu bahkan berniat langsung kembali ke tempt kerja untuk mengambilnya namun Aileen halangi karena hari sudah larut malam waktu itu.

Aileen kira Nevan akan membawa jaketnya pulang keesokan harinya namun sampai saat ini dia belum menemukan jaket itu bertumpuk di mesin cuci.

Seolah tersadar dari kepikunannya Nevan langsung menepuk jidat keras, lalu menghela nafas ketika menyadari kekacauan apa yang sudah dia buat di kamarnya ini.

"Udah kamu pakek jaket lain dulu hari ini, nanti biar aku yang beresin kamar kamu," ucap Aileen dengan sedikit merengut.

Nevan langsung nyengir berterimakasih, tanpa banyak berpikir dia langsung mengambil jaket kulit hitam yang ada di atas kasurnya serta kaos berwarna senada yang langsung dia pakai dengan cepat.

Aileen berjalan menjauh, menduduki dirinya kembali ke sofabed di depan televisi. Sekarang dia lagi suka menonton drama korea terbaru yang menyusung tema perselingkuhan, dramanya cukup seru sehingga sulit dilewatkan.

"Meysha mana?" Nevan langsung keluar dari kamarnya dengan keadaan yang lebih rapi.

Dia sudah mengenakan pakaian lengkap serta riasan wajah seperti biasanya. Sebenarnya riasan itu hanya berupa celak di matanya saja, namun tetap saja sedikit menonjol kalau mengingat penampilan Nevan yang begitu sederhana kalau ada di rumah.

Aileen mengamati penampilan pria itu sore ini. Tampilan serba hitam, dengan celana jeans yang pas di kakinya ditambah baju kaos yang dipadukan dengan jaket kulit berwarna hitam dengan aksen kancing yang cukup banyak. Nevan terlihat keren seperti biasanya, apa lagi kalau pria itu mau menghapus celak di matanya itu, sayang sepertinya itu adalah hal yang mustahil.

Sejak pembicaraan mereka dua bulan yang lalu hubungan Aileen dan Nevan jadi jauh lebih baik. Mereka berusaha menyesuaikan diri masing-masing. Aileen mencoba memahami pekerjaan Nevan walau berusaha untuk tidak terlalu ikut campur sementara Nevan juga ikut memahami kesibukan Aileen serta lebih mengintenskan interaksi dan percakapan mereka.

Sampai saat ini mereka bisa berteman dengan baik sesuai kesepakatan awal, diiringi dengan kehadiran Meysha sebagai penengah sekaligus lem perekat yang memudahkan mereka untuk terus berinteraksi.

"Tidur, kayaknya kecapekan karena main di sekolah," jawabnya.

Meysha juga sudah mulai bersekolah di TK sejak dua minggu yang lalu. Gadis kecil itu sangat bersemangat di hari pertamanya sampai meminta Nevan dan Aileen untuk mengantarnya bersamaan. Hal yang sulit Aileen lupakan karena kedatangan Nevan malah menimbulkan salah paham kecil karena guru dan orang tua yang lain mengira pria itu adalah Ayah Meysha.

A Gay at HomeWhere stories live. Discover now