Chapter Dua Puluh Lima

2.1K 341 40
                                    

"Haha! Mati lo nggak diakui!" Imel tertawa terbahak-bahak sambil memukul meja makan di hadapannya. Matanya sampai berair dan nafasnya jadi mulai ngos-ngosan.

"Diem lo!" Sentak Aileen kesal. Wanita itu mendengus sebal sementara dadanya masih bergemuruh dengan kencang.

Sialan memang Nevan, walau Aileen akui tidak ada yang salah dengan ucapan pria itu tapi penyangkalannya tentang hubungan mereka membutnya sakit hati. Mereka memang bukan lagi anak ABG yang harus memiliki tanggal jadian untuk meresmikan hubungan mereka tapi bagi dua orang dewasa yang sanggup berbagi liur, sudah cukup untuk bisa disebut sebagai sepasang kekasih.

Bukannya kekasih itu sama saja dengan pacar? Kalau dia bukan pacarnya Nevan lalu apa hubungan mereka selama ini?! Wah pria itu memang patut dihajar sampai babak belur.

"Jadi gimana sih lo bisa kenal sama tuh orang? Sampe diizinin tinggal di sini segala, padahalkan kalian 'nggak pacaran'."

Imel sengaja menekan suara pada kalimat terakhirnya, membuat Aileen makin menggeram kesal.

Setelah penyangkalan pria itu masalahnya dengan Imel terlihat tidak terlalu penting lagi. Dia bahkan merasakan harus membagi sedikit ceritanya untuk mengeluarkan unek-unek di dalam hatinya yang memuncah. Mau bagaimanapun Imel adalah satu-satunya orang yang mengenalnya lebih dari apapun, bahkan sebelum wanita itu menipunya Aileen selalu menganggap Imel sebagai penyelamat hidupnya dan salah satu support system yang sangat membantu selama dia terpuruk beberapa tahun lalu.

"Kesel gue sama dia!" Aileen ikut mendudukan diri di samping Imel yang memulai sarapannya yang terlambat. Wanita itu memakan roti tawar yang selalu tersedia di rumah Aileen.

"Gara-gara nggak diakuin tadi? Emang kalian udah ngapain aja sih? Mungkin lo yang baper," sahutnya.

Aileen mendengkus. "Kami bahkan udah ciuman sambil telanjang, bego!"

Imel langsung tersedak hebat, wanita itu bahkan harus menepuk-nepuk dadanya kencang. "Serius lo?! Terus kebablasan nggak?"

"Nggak! Dia sadar disaat yang paling tepat," jawab Aileen.

Imel ternganga. "Wah gila bisa sadar juga tuh cowok! Jangan-jangan dia nggak normal tuh! Susah banget tau sadar saat lagi panas-panasnya."

Ucapan Imel membuat Aileen kontan menelan air liur. Dia menatap wanita itu sesaat, namun Imel masih nampak asik dengan snack di hadapannya. Aileen menghela nafas, sebaik apapun hubungannya dengan Imel atau siapapun di luat sana dia tidak pernah berhak menceritakan aib Nevan pada mereka. Biarlah ini jadi rahasianya sendiri.

"Dia punya cewek lain nggak?" tanya Imel.

Aileen mendengus sebal, bayangan pria gemulai yang tadi menghadang jalannya kembali terlintas. Wah sepertinya dia mengalami banyak masalah hari ini.

"Ada mantannya yang masih belum move on," jawabnya.

Imel langsung membalikan badan dengan raut wajah semangat. "Serius lo? Terus gimana?"

"Yaaa, kami sempet ketemu gitu sama mantannya, terus dia kayak histeris gitu. Dan tadi mantannya itu mencegat gue di jalan cuma buat ngomong bahwa Nevan itu punya dia!"

"Wahh, parah tuh cewek! Nggak tau malu banget!"

Aileen meringis, rasanya kasihan juga kalau Imel terus salah sangka begini.

"Gitulah, nggak tau juga gue. Yang jelas gue bukan ceweknya!" Dan ucapan itu kontan membuat tawa Imel menderai dengan kencang.

"Puas lo?" Aileen menatap Imel dengan sinis, waita itu terlihat sangat bahagia atas penderitaannya.

Imel menjawabnya dengan anggukan tanpa keraguan. Ditelannya sisa roti yang ada di tangannya sebelum menatap Aileen dengan raut wajah yang lebih serius.

"Gue serius mau minta maaf sama lo, gara-gara gue rumah lo terjual dan lo terjebak  sama cowok itu," ucapnya pelan.

Helaan nafas Aileen terhembus berat, dia balas menatap sahabatnya itu yang telah lama tidak ditemukan. Tidak bisa Aileen pungkiri kalau dia merindukan Imel selama ini, satu-satunya tempat ia berkeluh kesah atas hidupnya yang malang.

"Gue maafin," ujarnya tulus. "Tapi lo beneran bakal ganti uang gue kan?"

Imel mengangguk. "Gue udah siapin 2M sesuai harga rumah ini dulu, tapi kayaknya cowok itu ngga mau jual sama gue. Besok gue bakal ke bank buat transfer ke elo uangnya."

"Elo beneran jual diri?" tanya Aileen takut-takut yang dibalas Imel dengan geplakan di kepala Aileen.

"Nggak lah! Gila, cukup lo yang rusak jangan ajak-ajak gue."

Berengsek! Aileen ingin membalas namun sadar bahwa permasalahan akan lebih panjang kalau mereka kembali adu kekuatan di sini. Jadi sebagai orang waras dia memilih untuk diam dan mengacuhkan kalimat barusan.

"Terus dapet dimana uang sebanyak itu?"

"Jual rumah bokap, lo tau kan bokap gue dulu sok iye banget ikut investasi-insvestasi segala, taunya dia ditipu dan kelilit hutang hampir 2M. Kita sekeluarga panik dan ngga tau mau apa karena semua harta bokap udah habis di investasinya itu, sementara rumah kita yang super gede itu masih atas nama Kakek gue dan belum sah diwariskan sama siapa aja saudara bokap gue, jadi disaat situasi sulit itu gue nekat jual rumah lo. Maaf ya."

Rasa kesal kembali hadir di dalam diri Aileen, tak habis pikir karena kesalahan keluarganya  justru Aileen yang Imel korbankan.

"Lo ngga mikirin hidup gue dan Mesyha apa? Lo tau ngga kalau kami ngga ketemu Nevan kami bisa jadi gelandangan di luar sana! Gila lo!"

Imel menunduk. "Maafin gue Leen, gue tau gue jahat banget. Gila banget atau apapun itu sebutannya. Posisi gue bener-bener terdesak saat itu. Gue dan keluarga gue juga langsung keluar kota abis ngebayar hutang pakek uang lo. Kami nemuin sodara Papa dan diskusi buat pembagian harta waris Kakek yang jelas biar bisa ngebalikin semua kekacawan ini, tapi nyatanya prosesnya berjalan alot..."

"Agen propertynya bilang pemiliknya bakal pindah awal tahun, gue pikir masalah waris gue akan selesai sebelum itu dan gue bisa ngebatalin akad jual belinya dengan balikin uangnya tapi ternyata gue salah, proses menuju kata sepakat sama keluarga bokap gue tarnyata baru selesai sekarang. Gue bener-bener minta maaf sama lo, gue pantes lo hukum kok. Bahkan lo boleh ngelaporin gue kepenjara setelah ini, kalau lo tega..."

Aileen mendengus, dia tau ucapan terakhir Imel itu jelas adalah jenis playing victim yang nyata. Imel pasti yakin kalau dia tidak akan tega melaporkan sahabatnya itu ke polisi.

"Yaudalah udah terlanjur, gue mau duit gue yang jelas," sahut Aileen ketus.

Imel tersenyum senang. "Siap, makasih my bestie, gue doain lo cepet diakuin jadi pacar mas itu."

Kampret!

***

Halooo gaes aku tahu udah lebih dari setaun cerita ini seperti hubungan Aileen dan Nevan, pleaseee maapin aku.

2021 tuh salah satu tahun tersibuk dalam hidup aku karena aku pindah kerja di luar kota. Pertama kalinya hidup merantau selama 24 tahun kehidupan sedikit buat kaget. Jadi sepanjang tahun kemarin aku sibuk beradaptasi dan menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang emang baru banget buat aku.

Setahun juga aku ngga sempet nulis cerita ini. Mungkin dah pada lupa sama ceritanya. Sama kayak aku yang bahkan baca ulang dulu kisah mereka buat lanjut nulis hehe.

Semoga pembaca Aileen Nevan mau mampir lagi kecerita ini ya, semoga bisa kembali menghidupkan dunia orange ku.

Terimakasihh

A Gay at HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang