Chapter Sebelas

3K 589 34
                                    

"Lo gila! Ini beneran lo kan, Van? Jadi kemaren serius soal anak lo yang sakit itu?! Anak lo?!" Teriakan menggemah di seberang telfon genggam yang Nevan pegang, beriringan dengan dasah nafasnya yang terdengar lelah dan kebingungan.

Nevan berniat menghubungi Keanu, sahabat sekaligus partner kerjanya di VeNus namun baru sepatah kalimat yang dia keluarkan untuk meminta izin libur hari ini sahabatnya langsung menyerocos tanpa ampun, sepertinya Tonny sudah memberikan informasi hangat yang didapatkannya semalam dan Keanu tak menunggu lama untuk mengonfirmasi hal tersebut kepada Nevan secara langsung.

"Ini nggak seperti yang lo bayangin," sanggah Nevan cepat, namun lengkingan suara Keanu malah makin terdengar kencang.

"Gue bahkan nggak bisa bayangin apa-apa sekarang!" teriak pria itu lantang.

Nevan menghela nafas, kalau saja dia tidak mengenal Keanu sejak lima belas tahun lalu Nevan pasti sudah mengira Kenau memiliki perasaan pribadi padanya, sikapnya ini bisa diartikan sebagai rasa cemburu, namun kehadiran istri cantik Keanu yang jelas-jelas pria itu cintai membuat Nevan yakin segala prilaku Keanu ini hanya luapan dari rasa penasaran dan keterkejutan yang ada dalam diri pria itu.

"Gue nggak bisa jelasin sekarang, tapi emang gue nggak bisa masuk hari ini karena mau ngurus anak kecil yang lagi dirawat di rumah sakit."

"Anak lo?" tanya Keanu dengan penekanan kuat.

Nevan menghela nafas. "Bukan anak kandung, tapi sudah gue anggep kayak anak gue sendiri!" jawabnya pada akhirnya.

Helaan nafas lega langsung terdengar dari sebrang sambungan telfon tersebut, membuat Nevan yakin Keanu sudah berhasil menenangkan perasaannya.

"Gue kira lo tobat atau kena jebak," sahutnya pelan dengan nada penuh rasa syukur. "Okelah, kalau lo emang nggak bisa masuk kerja nggak masalah, tempat ini tetep menghasilkan banyak uang walau lo nggak dateng," ujarnya yang langsung mendapat makian dari Nevan.

Keanu tertawa. "Nanti lo cerita yah sama gue, penasaran abis nih hati gue karena tiba-tiba Tonny ngelapor kalau lo udah punya anak. Setau gue pacar lo itu nggak bisa bunting kan?"

Nevan mendengus kesal ejakan Keanu takkan pernah usai walau semesta sudah hampir kiamat. "Berisik lo, dan gue udah nggak punya pacar!" tegasnya.

"Nanti juga balikan lagi, udah deh gue mau ngecek stok minuman dulu. Gara-gara lo kerjaan gue nambah nih, sana urus aja anak lo itu."

Nevan langsung mematikan sambungan telfonnya dan mendengus dengan perasaan luar biasa kesal. Dia lupa bagaimana sahabatnya bisa berubah menjadi super menyebalkan hanya dalam waktu beberapa detik, terbukti setelah menelfon pria itu perasan Nevan langsung kacau, apa lagi ketika Keanu dengan santai mengungkit hubungannya, membuat perasaanya mendadak jadi kurang nyaman.

Suara pintu yang terbuka membuat Nevan kontan meoleh. Aileen baru keluar dari ruang rawat Meysha sambil menatapnya dengan ekspresi bertanya.

"Udah telfonnya?" tanya wanita itu sambil mengamati telfon genggam yang menggantung di tangan Nevan.

Pria itu mengangguk. "Kenapa keluar?  Mesyha nggak apa-apa kan?"

Senyum di bibir Aileen terbit, "nggak ada masalah. Aku cuma laper, pengen beli cemilan dulu di kantin."

"Oh, kalau begitu ayo aku temenin. Aku juga kayaknya butuh kopi sama makanan kecil... tapi, Meysha gimana?"

"Meysha tidur, kita beli aja makanannya nanti makannya di kamar."

Nevan mengangguk setuju lalu melangkahkan kaki bersama Aileen ke kantin rumah dakit dengan keheningan disetiap langkahnya.

***

A Gay at HomeWhere stories live. Discover now