Chapter Delapan Belas

3.6K 610 91
                                    

"Papa nggak kerja hari ini?" suara Meysha terdengar lebih bersemangat dari sebelumnya, gadis kecil itu bahkan sudah melupakan nasi goreng yang menjadi menu sarapan paginya hari ini.

"Iya, nanti senin depan baru masuk lagi," jawabnya.

"Kenapa libur?" Tanya Meysha dengan penasaran.

Nevan meringis, harusnya Meysha senang kan? Bukannya malah penasaran dan menanyakan alasannya mengambil cuti mendadak.

Jujur, Nevan tidak berniat cuti sama sekali. Bahkan selama ini dia tidak pernah mengambil jatah cuti tahunannya yang memang diberikan Keanu pada setiap karyawan di clubnya. Nevan hanya beberapa kali meminta izin untuk tidak bekerja, paling satu atau dua hari saat dia mendadak sakit atau ada urusan. Izinnya jadi lebih sering sekarang sejak dia sudah mengenal Meysha dan Aileen.

Tapi tadi malam Keanu memaksanya untuk mengambil cuti tahunan. Sahabatnya itu bahkan menyarankan Nevan untuk libur seminggu full yang langsung ditolaknya mentah-mentah. Mau ngapain?!

Nyatanya Keanu punya rencana sendiri terhadap Nevan dan memaksanya cuti adalah satu langkah penting yang harus dia lakukan untuk kelancaran rencana itu. Nevan hanya bisa menghala nafas pasrah karena dia tahu akan sulit menghalau Keanu kalau pria itu sudah punya ide gila dan siap menjalankannya.

"Cuti aja biar bisa lama-lama sama Meysha di rumah."Jawaban itu kontan membuat Meysha bahagia luar biasa, gadis kecil itu bahkan sudah melonjak kegirangan sambil berteriak heboh, membuat Nevan harus menutup telinganya sendiri yang sempat berdengung.

Sementara Aileen yang sibuk membuat susu dan kopi milik dua orang tersebut masih mendengarkan dengan seksama isi percakapan barusan. Aileen menghela nafasnya berat, liburnya Nevan berarti kehadiran pria itu yang konstan akan selalu stay di rumah. Artinya mereka akan lebih sering ketemu, hal yang sedikit menakutkan karena saat ini mereka bahkan masih belum bicara satu sama lain.

"Ma, susu Meysha mana?" teriak Meysha begitu nasi goreng miliknya sudah habis, sementara susu miliknya juga belum terlihat sama sekali.

Aileen bergegas memberikan segelas susu milik putrinya itu dan dengan malu-malu ikut meletakan cangkir berisi kopi panas di hadapan Nevan.

"Ma..kasih," ucap Nevan sama canggungnya lalu meminumnya.

"Ayo berangkat," ajak Nevan setelah susu dan kopi milik Meysha dan miliknya habis.

Meysha menggeleng. "Hari ini Meysha di jemput sama bus sekolah."

"Bus? Kenapa?"

"Hari ini temanya belajar di alam, Papa. Kita sekelas mau ketaman terus ngelukis sama-sama deh," jawab Meysha dengan semangat.

"Owhh.."

"Emang Mama nggak cerita, biasanya Mama kasih tau Papa terus," ujar Meysha santai namun memberikan efek kecanggungan yang luar biasa pada Aileen maupun Nevan.

Bagaimana mau kasih tau kalau sudah dua hari ini mereka memutuskan komunikasi dan saling mendiamkan satu sama lain.

"Eh, itu suara mobil di depan. Kayaknya Busnya udah dateng. Ayo Pa, Ma, anterin Meysha ke depan sama-sama."

Baik Aileen maupun Nevan menurut ketika tangan mereka ditarik Meysha dengan semangat. Mereka berdua mengantarkan gadis itu sampai ke dalam bus. Aileen sudah memastikan semua perlengkapan Meysha lengkap dan tidak ada yang ketinggalan.

"Ayo Meysha," Ibu Tiwi, selaku guru Meysha turun dari dalam bus kecil itu guna menyambut Meysha. Wanita muda di pertengahan umur dua puluh tahunan itu tersenyum lebar ketika menemukan Aileen dan Nevan keluar dari dalam rumah sambil mengekori Meysha.

A Gay at HomeWhere stories live. Discover now