Chapter Empat Belas

2.9K 560 23
                                    

Bunyi mesin mobil yang memasuki pekarangan rumah membuat Aileen langsung menegakan badannya dengan kaku. Jantungnya berdebar kencang tanpa mampu dia kendalikan. Dilihatnya jam di dinding ruang tengah tempat dia duduk dalam diam sudah menunjukan pukul sebelas lewat sepuluh menit, hampir tengah malam namun ini waktu paling cepat diamana Nevan memutuskan untuk pulang ke rumah.

Setelah mesin mobil dimatikan suara debuman pintupun terdengar, bahkan dengan samar Aileen dapat mendengar langkah kaki Nevan memasuki halaman rumah sebelum muncul di hadapannya dengan jelas. Sesaat Aileen mengamati lagi sosok pria yang kini berdiri di antara ruang tamu dan ruang keluarga. Postur tubuhnya yang tinggi tegap dan tidak terlalu berisi namun pas membuat kemeja lengan panjang yang pria itu gunakan melekat pas ditubuhnya.

Sesaat Aileen menyadari, Nevan tidak pernah lagi memakai jaket anehnya itu, jaket biru blink-blink atau jaket kulit hitam yang mengkilap. Sejauh ini Nevan terlihat sangat gagah dan 'tampan' dengan kemeja lengan panjang yang dia padukan bersama jeans hitam di kaki jenjangnya.

"Hi," sapa Nevan dengan nada suara gugup.

Aileen tersenyum canggung, entah mengapa suasana yang menyelimuti mereka berdua terasa tidak nyaman.

"Kamu belum tidur?" Tanya Nevan sambil melangkah mendekat, Aileen menyadari itu dan langsung mengambil posisi duduk paling ujung yang ada di sofa bed. Nevanpun melakukan hal yang sama pria itu juga menghempaskan dirinya di sudut yang berseberangan dengan Aileen.

"Emm... mau bicara apa?" Tanya Aileen setelah mereka diam untuk beberapa menit.

Nevan menatapnya sebentar lalu menghela nafas berat sebelum mengeluarkan suara. "Aku mau minta maaf," ujarnya. "Soal kejadian di rumah sakit kemarin. Aku minta maaf kalau membuat kamu tersinggung."

Aileen memperhatikan Nevan sejenak sebelum ikut menundukan kepalanya sambil memperhatikan kakinya sendiri.

"Aku juga. Maaf karena berekasi berlebihan," jawabnya.

Nevan tersenyum mendengar hal itu, lalu dengan sekali gerakan pria itu menggeser tubuhnya agar lebih mendekat ke Aileen.

"Aku mendapatkan sebuah masukan hari ini," ucap pria itu. "Temanku memberikan aku saran. Tapi aku harap kamu tidak marah karena aku cuma mau kita diskusi dengan kepala dingin malam ini."

Walau bingung dan ragu dengan ucapan Nevan namun Aileen masih mengangguk menanggapinya. "Saran tentang apa?" tanyanya penasaran.

"Soal keinginan untuk menjadi Ayah bagi Meysha, aku harus tegaskan lagi kalau aku serius soal itu. Aku tahu segala kosekuensi dan tanggung jawab yang harus aku pikul setelah aku mengatakannya."

Aileen ingin membantah namun dia menahan diri sampai Nevan berhasil menyelesaikan ucapannya. Mereka harus berdiskusi malam ini, bukan bertengkar seperti malam-malam sebelumnya.

"Tapi setelah mendengar kemarahan kamu kemarin aku sadar bahwa bukan hanya Meysha yang menjadi pertimbangan aku, tapi posisi kamu juga sebagai Ibunya Meysha." Nevan menatap Aileen dengan tatapan sendunya, membuat wanita itu kembali merasakan debaran aneh di dadanya.

"Lalu teman aku memberikan saran, katanya untuk menjadi Ayah Meysha setidaknya aku harus menjadikan kamu istri aku," lanjut Nevan tegas dan santai, seolah dia hanya menceritakan kejadian aneh di tempat kerjanya.

Aileen kontan menaikan sebelah alisnya, dia mengulangi kembali kata-kata Nevan di dalam kepalanya. Aileen bahkan menatap pria itu tidak yakin, takut telinganya menghianatinya kali ini. Bisa saja gelombang yang dia dengar berbeda dengan gelombang suara yang Nevan keluarkan sehingga menghasilkan kata yang berbeda. Nevan tidak mungkin mengatakan akan menjadikannya seorang istrikan? Yang artinya mereka harus menikah? Menikah!

A Gay at HomeWhere stories live. Discover now