Chapter Dua Belas

2.9K 550 32
                                    

"Aku mau kita bicara!" ucap Aileen ketika Meysha sudah tertidur nyenyak.

Nevan memandang wanita itu sesaat, lalu mengeriyit bingung ketika menyadari nada bicara Aileen terdengar sedikit lebih tinggi dari biasanya. Dia pernah mendengar nada yang serupa sebelum ini, yaitu tepat di malam Aileen tahu kebenaran tentang dirinya.

Dengan patuh Nevan mengekori Aileen ke luar dari kamar inap Meysha, dipandanginya bahu wanita itu yang terlihat ringkih namun seperti sedang menyimpan luapan rasa marah.

"Apa sih yang kamu lakukan tadi?!" hardiknya langsung tepat setelah pintu kamar inap Meysha tertutup.

Nevan mengeriyit, masih memperhatikan raut wajah Aileen yang kini mulai memerah. "Maksud kamu apa?" tanyanya dengan nada sabar.

Aileen menghebuskan nafasnya kasar, balas menatap Nevan tak habis pikir. Pria ini sungguh berada di luar jangkauannya. Aileen benar-benar tidak mengenal Nevan selama ini. Yang dia tahu pria ini adalah pria asing dengan orientasi menyimpang yang telah berbaik hati menampungnya bersama Meysha. Pekerjaan Nevan membuatnya bergidik ngeri,  segala presepsi yang terlintas di kepalanya tentang kehidupan pria itu membuat perutnya mendadak mual.

Kini dengan gagah berani Nevan malah menyodorkan diri secara sukarela untuk mendapat lebel sebagai ayah dari putri kecilnya. Dengan latar belakang kehidupan seperti itu jelas mampu membuat Aileen tersulut rasa marah.

Meskipun sejauh ini Aileen cukup merasakan kebaikan dan ketulusan dari pria ini, namun segalanya tak bisa menutupi jati diri Nevan yang sebenarnya.

Nevan memang pria yang lembut, dia juga telihat sangan manly dengan setiap stelan yang dia gunakan. Pria itu juga sangat tulus menyayangi Meysha, kesabaran dan pengertian yang Nevan berikan selama ini sudah cukup membuat Aileen yakin kalau Nevan adalah pria berhati malaikat.

Sejujurnya Aileen sangat berterimakasih atas bantuan Nevan selama ini, pria itu sudah mau menampungnya dan Meysha, mau bekerjasama dengan baik dan menyanyangi putrinya dengan tulus. Aileen sangat terbantu selama ini namun tidak pernah terpikirkan olehnya Nevan mau menjadi sosok ayah bagi Meysha. Sebuah hubungan yang luar biasa bermakna bagi kehidupan seseorang.

"Van, kenapa kamu bisa ngomong begitu sama Meysha? Kamu harusnya nggak bisa ngomong sembarangan sama Meysha! Dia akan selalu mengingat itu dan berpikir kalau kamu benar-benar ingin menjadi Ayahnya!"

Nevan menghela nafas pelan. "Aku nggak berbohong, Leen. Aku serius dengan yang apa aku ucapkan. Seperti yang aku bilang tadi Meysha bisa menjadikan aku sebagai ayahnya."

"Apa kamu tahu arti seorang ayah, ah?!" Tanya Aileen ketus dan dia langsung melihat perubahan ekspresi yang signifikan dari pria itu.

Nevan terdiam, menatap Aileen dengan pandangan nanar yang tak pernah diperlihatkan sebelumnya, membuat Aileen berpikir bahwa dia telah salah bicara.

"Sosok yang pelindung yang akan mengorbankan apapun untuk kebahagiaan anaknya..." jawab Nevan dengan suara lirih.

Aileen mengangguk, benar. Itulah jawaban yang tepat untuk mendeskripsikan sosok seorang ayah. Bagi Meysha menemukan seorang ayah yang tidak pernah dia dapatkan selama ini adalah memiliki penyanggah kuat dalam kehidupannya. Ketika 'Om Nevan' yang dia kenal berubah menjadi 'Papa Nevan' semuanya akan berubah di mata Meysha. Putri kecilnya itu akan menjadikan Nevan sosok yang dia butuhkan, sosok pelindung baginya, role model, hero dan masih banyak lagi. Meysha tentu akan menjadi anak yang baik untuk Nevan namun gadis kecil itu akan semakin mendesak keinginannya karena dia merasa 'Papa Nevan' mau melakukan apa saja karena Nevan adalah Papanya.

Aileen tidak akan bisa membiarkan hal itu terjadi, semakin besar rasa membutuhkan yang Meysha gantungkan kepada Nevan semakin besar pula rasa sayang gadis itu dan semakin sulit jika mereka nanti harus berpisah.

"Van, kamu nggak akan bisa jadi ayah Meysha," ujar Aileen dengan nada suara yang terdengar mulai bergetar. "Semuanya nggak semudah mengganti panggilan Om menjadi Papa, nggak sesimpel itu."

Nevan menarik nafasnya dalam. "Leen, aku rasa kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya menjadi ayah untuk Meysha.."

"Hanya?" Aileen menatap Nevan tak habis pikir. "Kamu bilang hanya?! Nevan, bagi Meysha menemukan seorang ayah adalah segalanya bagi hidupnya, sementara bagi kamu menjadi ayah hanya hal kecil? Hal yang tidak perlu kita ributkan?!"

Nevan memijat kepalanya, dia sudah salah bicara, salah besar, namun Aileen tak bisa mendengarkan penjelasan dalam kondisi seperti ini. Dengan yakin Nevan menarik tangan Aileen, mengenggamnya sesaat sebelum dia merasakan emosi yang meluap milik wanita itu mulai mereda.

Aileen sendiri tak lagi bersuara, genggaman tangan Nevan membuat perasaan aneh menjalar ke hati dan pikirannya. Tangan pria itu yang terasa hangat dan pas membuat perasaannya jadi kian menentu.

"Bisa kita bicarakan ini nanti? Saat suasana hati kamu sudah jauh lebih baik." Pria itu menatap Aileen dengan mata teduhnya, jempolnya memberikan usapan lembut di punggung tangan Aileen, yang justru membuat Aileen semakin kalut dengan perasaannya sendiri. Untuk kali pertama Aileen jadi benar-benar benci dengan pria ini.

***

"Widih, abis jaga anak muka lo jadi kusut begitu. Gimana kondisi anak lo, betewe?" Keanu duduk di samping Nevan dengan alis berkerut, nadanya suaranya terdengar sungguh bersimpati tapi ekspresi yang pria itu perlihatkan justru penuh ejekan.

Nevan mendengus sambil mengabaikan sahabatnya itu, diminumnya lagi segelas bir yang sudah hampir tandas dari gelas miliknya.

"Lo minum? Tumben? Ada masalah apa?" kini Keanu sudah benar-benar terlihat khawatir. Menemukan Nevan meminum alkohol di meja bar saat tamu masih sepi merupakan hal yang langkah, bahkan hampir tidak pernah terjadi.

Nevan tidak langsung menjawab, gelas yang ada di tangannya di putarnya perlahan, membuat isinya mengikuti arah putaran secara konstan. Di sampingnya Keanu masih setia menunggu jawaban Nevan, dia sudah paham sekali dengan karakter teman baiknya ini. Nevan yang tidak akan pernah mudah untuk mencurahkan segala isi hatinya, dibandingkan bicara dan mencari teman curhat Nevan lebih memilih diam sambil membentuk skenario di kepalanya sendiri, membuatnya memendam rasa sakit.

"Ada masalah sama anak lo yah?" Keanu masih terus berusaha, dia memang masih belum mendapatkan pencerahan soal 'anak Nevan' ini. Tapi bertingkah sok tahu di situasi saat ini adalah hal terbaik.

"Bukan," Nevan menggeleng pelan "ini soal Ibunya," jawabnya.

Oke, sekarang Nevan bicara tentang Ibu dari anaknya, gelar Ibu hanya akan dipegang oleh seorang wanita kan? pikir Keanu.

Keanu mengangguk khidmat, memberikan rasa simpati semaksimal mungkin walau kenyataan bibirnya sudah gatal ingin berkomentar.

"Ada apa dengan Ibu anak lo ini?" Tanya Keanu dengan sedikit memberikan penekanan pada kata Ibu yang dilontarkannya.

Nevan menghela nafas berat lalu terdiam lagi, membuat siapa saja yang menunggu penjelasannya merasa sangat tersiksa oleh rasa penasaran.

"Yaaa, jadi ibu ini.." Keanu mencoba memancing.

"Dia nggak mau gue jadi Ayahnya!"

"AH?"

***

A Gay at HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang