Chapter Dua Puluh Sembilan

860 144 16
                                    

Sebulan telah berlalu setelah Nevan mengetahui semua rahasia Aileen begitupun sebaliknya. Hubungan mereka berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan, kedekatan di antara Aileen dan Nevan juga semakin intim setiap harinya. Hal ini membuat keduanya sama-sama bahagia, walau ada setitik rasa bersalah di hati Nevan yang sampai saat ini tak bisa dia abaikan begitu saja.

Setelah Nevan mengetahui latar belakang Meysha yang sebenarnya, mau tak mau Nevan memandang Aileen dengan sisi yang berbeda. Rasa kagum dan juga bangga. Wanita itu mengalami banyak hal berat selama ini, tanggung jawab yang dia pegang sungguh bukanlah hal yang gampang dan kekaguman itu membuat Nevan tidak akan sanggup berlama-lama membelenggu Aileen dalam hubungan yang tak jelas.

Ya, Nevan berniat menikahi wanita itu.

Hubungan mereka yang sudah melebihi batas aturan masyarakat membuat Nevan tak bisa berlama-lama lagi dengan pertimbangan. Aileen bukan wanita yang segampang itu hanya untuk ditiduri, wanita itu punya kualitas dan harga diri yang tinggi. Aileen bukan wanita sembarangan yang suka keluar masuk clubnya dengan menggandeng pria-pria berbeda. Wanita itu adalah seorang gadis baik hati yang rela menukar hidupnya demi kebahagiaan anak kecil yang kini menganggapnya sebagai seorang Ibu. Nevan tak akan tega membiarkan Aileen tergantung dalam hubungan yang tak jelas seperti ini. Walau sejujurnya mereka juga telah mengetahui perasaan masing-masing namun tetap saja, mengikat Aileen dalam hubungan yang sah merupakan sebuah hal yang sudah wajib dia lakukan setelah apa yang mereka perbuat malam itu.

Memikirkannya lagi kadang membuat Nevan terkekeh geli. Jika hal ini dia lakukan beberapa tahun lalu Nevan pasti lebih memilih menggantung dirinya sendiri dibandingkan harus menikahi wanita dengan status memiliki seorang anak perempuan. Pernikahan saja tidak pernah ada dalam list hidupnya, apa lagi hidup bersama membangun keluarga yang bahagia dengan figur ayah, ibu dan anak kecil di dalam rumahnya. Semua itu sangat jauh dari apa yang dia bayangkan selama ini.

Namun Nevan yang sekarang malah merasa sangat ingin merealisasikan potret happy family yang ada di dalam benaknya ini. Memiliki keluarga yang bahagia dengan Aileen dan Meysha di dalamnya, bahkan mungkin mereka bisa menambah satu atau dua anggota keluarga lagi untuk meriuhkan suasana. Hal yang terdengar konyol namun mampu membuat hatinya menghangat.

"Mikirin apa sih?" Aileen tau-tau sudah berdiri di belakang Nevan, mengusap bahu pria itu sesaat sambil berbisik tak jauh dari telinganya.

Nevan reflek menoleh lalu tersenyum canggung, ketahuan sedang melamun oleh objek lamunan bukan hal yang menyenangkan.

"Lagi mikirin kamu," jawabnya jujur.

Alis Aileen terangkat, ekspresi penasaran yang dia tunjukan mempu memancing senyum tipis di wajah Nevan.

"Apa tuh? Mikir jorok ya?" tuduhnya.

Nevan kontan tertawa geli. "Kamu yang mikir jorok terus kali."

"Ihh, ngga yaa. Enak aja," tukas Aileen tak terima.

Nevan menarik Aileen mendekat, membuat wanita itu mendudukan diri tepat di samping Nevan dengan ekspresi wajah yang masih cemberut akibat gurauan pria itu barusan.

"Aku mau ajak kamu pergi malam ini," ujar Nevan.

Aileen menatapnya penuh minat. "Kemana? Meysha besok masih sekolah loh."

Mereka memang cukup sering makan malam di luar, mengunjungi beberapa resto terkenal hanya untuk mencicipi hidangan lezat dan suasana baru namun biasanya hal itu dilakukan saat weekend sehingga Mesyha tidak akan kelelahan saat bangun keesokan harinya.

Namun khusus haru ini Nevan punya rencana yang berbeda, dia hendak mengutarakan niat seriusnya pada Aileen dalam kondisi yang lebih layak, tidak hanya membicarakannya di dalam rumah dalam keadaan santai. Nevan berniat untuk memberikan suasana yang lebih layak dan romatis agar dapat wanita itu ingat selamanya.

A Gay at HomeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora