Chapter Dua Puluh Tiga

3.2K 584 54
                                    

"Meysha katanya ada yang mau dikasihin ke Papa," ujar Aileen ditengah kegiatannya menyiapkan makan malam mereka.

Nevan menoleh dengan semangat, menatap Meysha yang terlihat masih betah menunduk tanpa mau balas menatapnya.

"Ayo nak, itu Papa udah tunggu lho," pancing Aileen lebih lanjut.

Gadis kecil itu menoleh takut-takut, lalu mengelurkan buku gambar ukuran sedang yang sejak tadi dia sembunyukan di bawah meja makan.

Nevan mengamati semua itu dalam diam, sejak pagi Meysha tidak mau bicara dengannya dan malam ini nampaknya Aileen sudah menemukan cara agar mereka bisa berbaikan.

"Ini, Pa," gadis itu bersuara dengan pelan namun ucapannya mampu mengangkat beban dalam hati Nevan yang sejak tadi menghimpit menyakitkan.

"Apa ini, sayang?" tanya Nevan sambil mengamati buku gambar berisi berbagai coretan warna tersebut dengan penasaran. Pertanyaannya terjawab setelah Meysha membalik lembar selanjutnya dan menemukan potret kelurga yang sedang bergandengan tangan.

Mata Nevan kontan memanas, dia menganati gambar tersebut cukup lama sebelum tersenyum menatap Meysha. "Ini sipa?"

Gadis kecil itu semakin mendekatkan diri pada Nevan lalu menunjuk objek gambarnya satu persatu. "Ini Mama, pakai rok warna pink, ini Meysha, sama kayak Mama pakai rok pink. Nah ini Papa, pakai celana sama jaket biru manik-manik yang dulu."

Kontan tawa Nevan terhambur. Di terkekeh pelan sambil menyekah air matanya yang menumpuk di sudut mata. Ah, pertemuan pertama mereka. Dengan jaket biru blink yang dulu dikenakannya. Dia harus selalu mensyukuri semuanya karena hari itu adalah hari dimana dia berhasil menemukan sesuatu yang sangat berharga dalam perjalanan hidupnya. Sebuah keluarga.

"Boleh Papa peluk Meysha?" tanyanya penuh keraguan.

Gadis kecil itu mendongak lalu menatap Nevan sesaat. Ada ketakutan di mata kecilnya yang bersinar itu tapi di detik selanjutnya Meysha tersenyum lebar lalu mengangguk semangat.

"Boleh," jawabnya yang langsung membuat Nevan meraihnya dalam dekapan erat.

Tangis Nevan kini kembali tumpah, namun sekuat tenaga dia taham dengan cara menyembunyikan wajahnya di dekapan gadis kecil itu. Sementara di sisi lain Aileen memandang semuanya dalam diam, menikmati pertunjukan haru yang membut dadanya menghangat.

"Nah! Ayo makan kalau begitu. Meysha cuci tangan dulu..."

Suara Aileen memecah kesedihan mereka. Dengan perbedaan suasana yang signifikan keluarga kecil itu memulai makan malam penuh tawa yang kembali setelah awan mendung menaungi kegitan hari ini.

***

"Bekalnya jangan nggak dihabisin yah, enak lho tadi Mama buat risol keju kesukaan Meysha."

Gadis kecil itu mengangguk. Meysha segera melambaikan tangannya setelah sampai di depan gerbang sekolah dan bergegas meninggalkan Aileen yang masih setia mengamati putri kecilnya tersebut. Dia tersenyum kecil, menyaksikan langkah kaki Meysha yang berlari menuju pintu kelasnya dengan semangat.

Pagi ini dia kembali mengantar Meysha ke sekolah karena Nevan belum kembali dari bekerja. Pria itu sudah mengatakan akan pulang sedikit terlambat karena tempatnya bekerja sedang melakukan renovasi. Tentunya kegiatan renovasi hanya bisa dikerjakan di siang hari, jadi pria itu berkewajiban sedikit melakukan pengawasan sebelum kembali ke rumah.

Aileen tentu memaklumi hal tersebut. Lagi pula beberapa minggu kemarin Nevan sudah banyak membolos guna menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah.

A Gay at HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang