Chapter 10

541 52 6
                                    

DOLCE VITA PENSION, POCHEON GYEONGGI-SOUTH KOREA

"Jiyong."

Dara kaget menatap sosok seseorang yang berdiri didepan pintu sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
Disatu sisi Jiyong terlihat menakutkan namun disisi lain ia terlihat sangat tampan.

"Astaga apa yang kau pikirkan Dara?"

Dara segera menarik selimut menutupi pahanya, karena roknya sedikit terangkat. Ia tau arah mata Jiyong tertuju pada pahanya.

"Sial. Kenapa aku bisa lupa mengunci pintu?"

"Apa yang kau lihat?" Pekik Dara membuat Jiyong tersenyum, entah itu senyuman manis atau senyuman lembut tapi bagi Dara senyuman itu seperti senyum miring pria brengsek yang baru saja mendapat mangsanya.

Jiyong melangkah masuk kedalam kamar Dara, tatapan mata elangnya menghujam manik hazel Dara membuat Dara bergidik ngeri melihatnya, lalu Dara pun beringsut mundur ketika Jiyong mulai mendekatinya.

"Mau apa kau? Mentang mentang ini rumahmu, jangan kau pikir kau bisa memperlakukanku seenakmu." Teriak Dara membuat Jiyong mengerutkan dahinya menatap Dara datar.

"Memangnya kau pikir aku mau melakukan apa?" Tanya Jiyong duduk diatas ranjang, ia bingung melihat Dara yang perlahan mundur menjauh darinya.

"Kenapa kau menjauh? Kau takut padaku?" Tanya Jiyong lagi.

"‌Tidak, kenapa harus takut? Pergi sana kekamarmu." Ujar Dara menarik selimutnya hingga ke ujung dada ketika menyadari mata Jiyong mengarah pada dadanya.
Ia harus waspada, karena bosnya yang satu ini benar-benar sangat sulit ditebak.

"Kenapa jadi kau yang mengusirku? Ini rumah, rumahku?" Ujar Jiyong santai lalu merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

"Terus mau apa kau kemari?" Dara beranjak turun dari atas ranjang.

"Melihat calon istriku yang sexy. Sini mendekat babe." Ujar Jiyong mengerling nakal, menepuk ranjang disebelahnya, memberi isyarat agar Dara mendekat padanya.

Namun Dara tidak bergeming malah menatapnya kesal.

"Sudah berapa kali kukatakan padamu Jiyong. Aku bukan calon istrimu. Aku tidak menyukaimu sama sekali. Malah aku sangat membencimu." Pekik Dara membuat Jiyong refleks terbangun dan duduk menatap Dara.

"Kau membenciku? Memangnya apa yang aku lakukan padamu?"

Dara terdiam lalu ia menatap mata Jiyong, tatapan mata itu seakan menyiratkan sedikit rasa kecewa.

"Tidakkah kau sadar, semenjak kehadiranmu diperjodohan sialan itu hidupku menjadi kacau, eomma appa ku akan meninggalkanku, aku kehilangan apartement ku dan aku juga kehilangan Chaerin, sahabatku." Pekik Dara membuat Jiyong emosi.

"Jadi kau pikir itu semua terjadi karena aku?" Bentak Jiyong kuat membuat Dara tersentak.

Dara terdiam, ia menggigit bibirnya lalu menundukkan kepalanya karena saat ini ia benar benar takut menatap wajah Jiyong yang sangat menyeramkan saat ini.
Tampaknya pria itu benar-benar marah sekali.

"Apa aku salah bicara?"

"Seharusnya kau berfikir sebelum berbicara, kalau saja kau tidak jadi anak yang pembangkang, keras kepala, egois dan menurut pada orang tuamu, semuanya itu tidak akan terjadi. Jangan hanya menyalahkan orang lain tetapi itu jelas-jelas kesalahan mu sendiri. Seharusnya kau sadar diri sebelum menuduhku Nona." Ujar Jiyong dengan nada suara yang sedikit ditekan diakhir kalimatnya.

Sekujur tubuh Dara lemas, ia merosot jatuh dilantai. Lalu ia pun tersentak kaget, saat Jiyong membanting keras pintu kamarnya, air mata Dara menetes.
Ia merasakan sakit yang teramat dalam, kata kata Jiyong tepat menusuk ulu hatinya.

RIDE OR DIE  (DARAGON) COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang