Chapter 4

547 55 1
                                    

NINE ONE HANNAM, SEOUL-SOUTH KOREA

"Ayo keluar." Ajak Jiyong melirik Dara yang juga sedang meliriknya dengan ekspresi datar.

Dara hanya diam saja sejak keluar dari dalam club hingga kini mereka sampai di penthouse milik Jiyong. Ia sama sekali tidak membuka mulutnya.

Jiyong mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil karena tak merasakan ada pergerakan dari Dara.

"Apa kau berniat ingin disini saja sampai pagi hmm?" Ujar Jiyong melirik Dara tajam.

Dara menghela nafasnya panjang sebelum ia membuka mulutnya.

"Kenapa Tuan membawa saya kesini?"

"Habisnya dari tadi kau diam saja. Aku kan tidak tahu dimana tempat tinggalmu." Ujar Jiyong tak kalah ketus dari Dara.

"Dengar Tuan, dari tadi saya diam karena menunggu anda minta maaf..."

Jiyong memajukan wajahnya membuat Dara berhenti berbicara dan seketika mundur sembari membelalakkan kedua bola matanya.

"Tuan, jangan mendekat." Ucap Dara sambil menahan dada Jiyong.

Jiyong tersenyum kecil, entah kenapa ia tiba-tiba menyukai ekspresi Dara saat ini. Sungguh menggemaskan.

"Kenapa aku harus minta maaf? Seingatku aku tidak pernah berbuat kesalahan padamu." Ucap Jiyong menatap Dara lekat.

Dara memutar bola matanya malas.

"Tidak pernah? Terus diclub tadi apa? Tuan dengan lancang mencium saya. Bukan hanya sekali tapi 2 kali tidak 3 kali, di lift waktu saya mau pulang kerja. Tuan ingatkan?" Ucap Dara dengan nafas naik turun.

Jiyong menghela nafasnya pelan lalu kembali menatap Dara.

"Seharusnya kau yang berterima kasih padaku, kalau aku tadi tidak cepat datang, mungkin kau sudah ditidurin oleh pria brengsek itu." Ucap Jiyong malas.

"Tapi kan tidak harus mencium saya Tuan? Apa Tuan lupa? Tuan pacar sahabat saya, Chaerin." Ucap Dara dengan lantang.

Jiyong terdiam mendengar nama Chaerin disebut. Ia kembali mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat ia mendatangi apartemen kekasihnya itu, emosinya kembali memuncak, ia teringat bagaimana Chaerin bercumbu mesra dengan pria lain. Entah apa yang membuat Chaerin berani mengkhianatinya.

"Tuan!!" Pekik Dara menyadarkan lamunan Jiyong, pria itu merubah ekspresi wajahnya dan kembali menatap Dara.

Jiyong tertegun melihat wajah yang ada dihadapannya saat ini.  Ia meneliti setiap inci wajah Dara dimulai dari mata, alis, hidung, pipi dan terakhir bibir Dara.  Bibir  manis yang ia rasakan beberapa jam yang lalu. Jiyong menyeringai,  tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalanya.

"Jika dilihat dari jarak sedekat ini, ternyata kau cantik juga Dara." Ucap Jiyong dengan suara seraknya didepan wajah Dara.

Lalu dengan sengaja ia menghembuskan nafasnya ke wajah Dara, membuat Dara memejamkan matanya dan beberapa saat lagi ia membuka matanya menatap Jiyong dengan kedua manik hazel yang indah miliknya. Entah kenapa tiba tiba tangan Jiyong terangkat untuk menyingkirkan anak-anak rambut diwajah Dara namun dengan cepat ditepis oleh Dara.

"Apa yang anda lakukan? Jangan sentuh saya Tuan!!! Minggir, saya harus pulang, kelihatannya anda juga sudah mabuk." Ujar Dara didepan wajah Jiyong membuat ia tertawa pelan mendengar ocehan Dara.

"Aku tidak mabuk Dara, aku berkata jujur, kau cantik sekali,  apalagi..."
Jiyong sengaja menggantungkan ucapannya dan melirik bibir Dara yang seakan memanggil untuk dicium dan dilumatnya.
Jiyong semakin mendekat wajahnya.

RIDE OR DIE  (DARAGON) COMPLETE✔Where stories live. Discover now