Chapter 41 - Card

77.7K 3.3K 69
                                    

Hello!

Triple update nih!
Minta votenya dulu ya.. Vote semua chapternya jangan di loncat..!

Happy reading!

____________________________________

Sudah dua minggu berlalu sejak wanita itu melepaskan hal yang paling berharga di hidupnya. Sejak itu pula Liana hanya berdiam diri di mansion bos brengseknya. Darel sama sekali tidak mengizinkan Liana untuk pergi bekerja meski ia sudah berusaha keras membujuknya. Padahal sudah tidak ada lagi acara tv yang membicarakan mereka ataupun wartawan yang mencari tahu mengenai hubungan keduanya.

Seharusnya itu menjadi kesempatan emas Liana untuk meninggalkan mansion pria itu dan memilih mencari tempat tinggal yang sederhana sesuai apa yang ia inginkan tapi nyatanya ia tidak melakukan itu. Karena Liana sudah terlanjur menyukai tempat ini.

Yang biasa dilakukan wanita itu dua minggu terakhir ini di pagi harinya yaitu menyelusuri seluruh isi mansion megah ini yang semakin membuat ia takjub dibuatnya. Ah, untungnya saja pria itu tidak memiliki ruang merah seperti yang ada di film fifty shades.

Di siang harinya sampai menjelang sore Liana menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan Lucas atau pun bertaruh dengan Erlan menggunakan 'kekasih cantik' pria itu. Ke dua pria itu selalu menyempatkan diri mereka untuk mampir ke mansion ini. Dan itu membuat Liana melupakan sejenak rasa bosannya.

Saat di malam hari saat di mana bos brengseknya itu pulang adalah hal yang membuat detak jantung Liana berdebar tidak karuan. Karena hampir tiap malam mereka selalu melakukannya. Sejak itu pula perasaan yang tidak ia duga muncul begitu saja di hatinya. Perasaan aneh yang mungkin akan ia sesali nanti.

Hari ini Liana berencana pergi ke mall untuk berbelanja beberapa keperluan yang dibutuhkan. Seperti beberapa pakaian dalam dan pakaian sehari-hari mengingat ia hanya membawa sedikit pakaiannya saat kemari.

Wanita itu menatap lama seorang pria yang berdiri di hadapannya. Liana mengernyitkan dahinya saat pria itu mengeluarkan sesuatu semacam kartu yang di sodorkan padanya.

"Gunakan kartu ini untuk membeli sesuatu yang kau sukai, Liana." Darel memberikan kartu debit miliknya ke wanita yang ada dihadapannya.

Pria itu tersenyum. "Mulai sekarang kartu ini menjadi milikmu."

Sementara itu Liana tidak langsung menerimanya. Wanita itu menatap tidak percaya. "Mengapa kau memberinya padaku? Oh.. Sekarang aku terlihat seperti jalangmu yang lain, Darel."

"Tidak." Pria itu menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Aku tidak pernah memberikan kartuku pada mereka," ucapnya jujur. Pria itu lebih suka memberi cek kosong atau mengirimi mereka uang dengan jumlah angka yang tidak sedikit.

Liana memutar bola matanya, kesal.

"Oh.. Benarkah? Bagus sekali. Haruskah aku merayakannya?"

Wanita itu menghela napasnya kasar. Ia sungguh tidak peduli dengan apa biasanya pria itu memberi atau membayar para jalangnya. Ia hanya tidak bisa menerima apapun lagi darinya setelah sebelumnya pria itu mengiriminya uang satu juta dollar di rekening banknya yang sampai sekarang belum Liana gunakan sepersen pun.

"Aku tidak bisa menerimanya, Darel. Lagi pula aku mempunyai uangku sendiri."

Wanita itu menggeleng kecil. "Oh tidak, maksudku uang darimu dan kurasa itu sudah lebih dari cukup." tolak Liana secara halus.

Darel menghela napasnya panjang. "Tidak bisakah kau menerima pemberianku tanpa ada penolakan di dalamnya, Liana?"

Wanita itu terdiam.

MY JERK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang