Prologue 1.2

274K 9.5K 170
                                    

Mata Liana terfokus pada layar kotak yang berada di depannya. Jari-jarinya mulai menari indah di bawahnya. Liana bermain dengan banyak angka disana. Sampai satu suara menghentikan aktivitasnya.

"Liana, Bos memanggilmu ke ruangannya," ujar Eca, Sekretaris Bosnya. Tapi dandanannya terlihat seperti wanita penghibur dari pada Sekretaris.

"Ada apa? Kenapa dia memanggilku?" tanya Liana. Alisnya mulai menaut gelisah.

Seingat Liana, bila Bosnya sudah memanggil dirinya pasti ada suatu kesalahan yang ia lakukan. Apalagi Bosnya sampai memerintahkan Sekretarisnya. Tapi kesalahan apa yang Liana lakukan sampai Bosnya memerintahkan Sekretarisnya untuk menemuinya. Akhir-akhir ini, Liana merasa sudah melakukan pekerjaan dengan baik, bahkan ia rela lembur meski tidak mendapat uang tambahan.

"Aku tidak tau," ucap Eca mengedikkan bahunya.

"Sebaiknya kau langsung ke sana. Jika tidak, dia akan marah nanti." lanjut Eca.

"Baiklah. Aku akan ke sana sekarang."

Karena tidak ada satu pun lift di kantornya, Liana dengan malas berjalan menuju anak tangga dan mulai menaikinya satu persatu. Cukup menguras banyak energi Liana, untuk sampai ke ruang bosnya yang berada di lantai lima. Di belakang Liana, ada Eca yang mengikutinya ia nampak lelah karenanya.

Setelah sampai. Eca membukakan pintu kaca, lalu mempersilahkan Liana masuk. Liana melangkahkan kakinya masuk, ia menghirup nafasnya dalam-dalam.

"Ada tujuan apa Bapak memanggil saya? Apa saya melakukan kesalahan?" tanya Liana gelisah. Tangannya mulai meremas ujung rok hitam yang dikenakannya. Ia berharap dengan melakukan itu bisa meredakan rasa gelisahnya.

 Ia berharap dengan melakukan itu bisa meredakan rasa gelisahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ohh.. Tidak, Liana. Justru kau melakukan sebaliknya," ujar Davit, Bosnya Liana.

Liana mengernyitkan dahinya, ia tidak mengerti dengan perkataan Bosnya barusan.

"Maksud Bapak?"

"Saya akan memindahkan kamu ke kantor pusat perusahaan, Liana," ucap Davit. Ia sungguh kagum dengan apa yang Liana kerjakan selama ini. Setiap tahun akan ada satu karyawan yang dipindah tugaskan ke kantor pusat perusahaan dan kali ini Davit memilih Liana.

"Apa Bapak serius? Bapak sedang bercanda bukan?"

"Saya tidak bercanda Liana, saya serius. Saya bahkan sudah menyiapkan surat pemindahanmu." Davit mengeluarkan amplop putih besar yang tersimpan di lacinya.

Liana mengambil amplopnya. Matanya terbelalak tidak percaya, dengan apa yang ada di dalamnya. Di sana terdapat satu lembar kertas yang menyatakan kalau ia memang benar telah dipindah tugaskan.

"Lusa, kau sudah harus berkerja disana. Jangan sia-siakan ini, Liana. Karena tidak ada kesempatan kedua."

Liana mengangguk paham, dengan apa yang di katakan bosnya barusan. Liana tidak tau harus dengan cara apa ia menggambarkan rasa gembiranya. Sungguh, ia sangat bahagia sekarang.

MY JERK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang