Chapter 7 - Blue Eyes

135K 6.3K 97
                                    

Untuk kedua kalinya Liana kembali memandangi gedung kantornya yang baru. Secara bersamaan ada rasa gelisah, gugup dan takut dalam dirinya. Gelisah karena ia belum menemukan alasan yang pas untuk atasannya jika nanti sang atasan menanyakan ke tidak hadirannya kemarin. Juga rasa gugup karena Liana belum paham benar cara kerja kantornya yang baru. Dan rasa takut jika nanti, ia bertemu lagi dengan pria yang mencuri ciuman pertamanya atau pria lain yang sejenisnya.

Liana menghembuskan nafasnya kasar. Ia mengeratkan lingkaran tangannya pada lengan Lisa. Perasaan yang bercampur aduk itu membuatnya tidak nyaman. Lisa mengangkat satu alisnya begitu mengetahui perubahan Liana.

"Hey! Kau kenapa, Liana?" Lisa memperhatikan wajah Liana lekat-lekat. Butiran keringat di pelipis Liana terlihat jelas di sana. Cuaca pagi ini, terbilang sangat jauh dari kata hangat, tapi kenapa Liana justru berkeringat?

"Ada apa denganmu hari ini? Kemarin kau tidak seperti ini, apa kau sakit?" Lisa sangat mengkhawatirkan wanita yang berada di sampingnya.

"Jika kau sakit, kita kembali saja."

"Tidak, Lisa. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin, Liana?"

"Ya. Aku sangat yakin dengan kondisiku saat ini. Aku sungguh baik-baik saja, Lisa."

"Baiklah, jika begitu. Ayo kita masuk saja." Liana dengan susah payah menelan salivanya. Ia dengan cepat menyamakan langkah kakinya dengan Lisa. Untuk ke dua kalinya Liana kembali memasuki gedung kantornya. Kali ini tidak ada sapaan selamat pagi dari kekasih Lisa. Dan itu menimbulkan tanda tanya besar di benak Liana.

"Kemana perginya lawan tempur desahmu yang semalam itu? Apa dia tidak berangkat kerja hari ini?" Liana tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.

"Apa yang kau maksud Chris, Liana?"

"Tentu saja dia! Oh astaga, Lisa! Apa kau juga bermain dengan pria lain selain si Keris itu?" Liana tidak percaya ini. Dalam semalam Lisa melakukannya dengan dua pria berbeda? Benarkah itu? Liana menggelengkan kepalannya pelan, ia berharap dugaannya kali ini salah.

"Tidak!" seru Lisa cepat, ia tidak ingin Liana berfikir yang tidak-tidak tentangnya. Meski Lisa akui, akhir-akhir ini ia jadi lebih sedikit nakal dari biasanya.

Liana menghembuskan nafasnya, lega. Ia bersyukur karena Lisa tidak seperti wanita di luar sana yang rela tubuhnya di cicipi dengan mudahnya oleh banyak pria.

"Dan Liana, ada apa denganmu? Sebelumnya aku sudah bilang bukan? Nama pacarku itu Chris! Kenapa kau selalu salah menyebutkan namanya!" gerutu Lisa. Ia menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang tidak di bolehkan orang tuanya membeli mainan baru.

"Ya..ya, Lisa. Maafkan aku, lidahku belum terbiasa menyebutkan namanya itu." Liana terkekeh. "Kenapa dia belum datang juga?" Mata Liana dengan jeli memperhatikan sekeliling kantor, mungkin saja kekasih Lisa itu sudah di sini. Berbeda dengan Liana, Lisa justru melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya.

"Kita datang lebih awal dari sebelumnya, Liana. Sepertinya Chris masih di apartemennya." Lisa sangat yakin akan ucapannya. Di sisi lain Liana kembali bersyukur. Jika memang benar seperti itu, setiap berangkat kerja nanti Liana akan meminta Lisa untuk berangkat kerja lebih awal. Agar kedua matanya tidak lagi melihat secara langsung adegan dalam film yang sangat Liana benci itu.

Karena obrolan singkatnya tadi, Liana tidak sadar jika ia sudah berada di depan lift kantornya. Liana bergidik ngeri saat melihat lift kemarin yang ia masuki. Di depan lift itu ada seorang pria dengan pakaian serba hitam, ia terlihat seperti bodyguard profesional. Pria itu pasti pandai sekali dalam bela diri. Liana yakin, ia pasti membawa senjata sejenis pisau lipat atau pistol di dalam sakunya.

MY JERK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang