Chapter 8 - That Women Is Mine

145K 6.2K 186
                                    

Liana melirik sekilas pria tinggi yang berada di depannya. Sejak tadi ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya ada keheningan yang mengisi lift yang dimasuki Liana. Apa mungkin pria di depannya ini, bisu? Liana dengan cepat menggelengkan kepalanya. Mana mungkin pria itu bisu. Perusahaan besar seperti Carlson group, tidak mungkin memperkerjakan orang seperti itu.

Liana ingin menghilangkan keheningan ini, tapi ia tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Liana tidak mungkin memperkenalkan dirinya dan nantinya hanya di jawab anggukan kepala olehnya. Liana yakin akan itu, terlihat sekali wajah pria di depannya ini terkesan sangat kaku dan dingin. Sepertinya ia tidak banyak bicara. Liana menghembuskan nafasnya panjang. Lebih baik ia mengunci mulutnya dan membuang kuncinya ke dasar laut yang paling dalam.

Akhirnya tidak berapa lama pintu lift terbuka. Liana sampai di lantai yang dituju. Liana langsung tahu kalau ia sekarang berada di lantai yang dikhususkan untuk petinggi perusahaan. Karena ada lambang besar perusahaan yang baru saja Liana lewati.

Tidak sampai sepuluh langkah Liana keluar dari lift. Ia sudah di sambut ramah oleh wanita cantik yang mengenakan atasan setipis kertas. Dan jangan lupakan bawahan yang dikenakan wanita itu. Rok berenda yang dipakainya panjangnya hanya sejengkal tangan pria dewasa.

Apa pekerjaan wanita yang ada di hadapan Liana ini sebenarnya? Biar Liana tebak, pemuas nafsu? Atau sekretaris bosnya? Yang benar saja! Dia tidak ada bedanya dengan wanita penari tanpa pakaian di kasino. Ya, Liana tau sedikit tentang dunia gemerlap, karena teman sekantornya dulu pernah menceritakannya. Bagaimana para wanita itu meliukkan semua anggota tubuhnya tanpa ada rasa malu sedikit pun dalam diri mereka.

Liana sepertinya harus membiasakan kedua matanya melihat wanita sejenis ini. Di Ibukota negara maju seperti ini, pasti banyak sekali wanita yang berpakaian sama sepertinya.

Wanita yang juga memiliki rambut hitam panjang yang di gerai itu, membukakan pintu berkaca bening. Ia membusungkan dadanya dan tersenyum ramah.

"Masuklah, sejak tadi Mr. Carlson menunggu anda," ucap wanita itu dengan tekanan suara yang menggoda. Wanita yang ada di hadapan Liana ini, tidak mungkin menggodanya bukan? Liana yakin, ia pasti wanita yang normal. Dan Liana tidak tahu maksud dari kata 'anda' di tunjukkan untuk siapa. Sepertinya ditunjukkan untuk pria tinggi berkacamata yang ada di sampingnya, tidak mungkin ditunjukkan untuknya, benar bukan? Dan jika itu benar, wanita itu seratus persen normal.

Pria berkacamata itu masuk lebih dulu. Sedangkan Liana, ia mengekorinya dari belakang. Punggung lebar pria itu menutup pandangan Liana, ia jadi tidak melihat wajah pria yang duduk di kursi yang mengendalikan perusahaan. Liana hanya melihat kedua kaki pria itu yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Liana tidak bisa melewatkan kesempatan ini, karyawan biasa sepertinya tidak mungkin bisa melihat pengendali perusahaan yang duduk di kursi singgasananya.

Liana dengan perlahan menggeser tubuhnya ke samping. Seketika mulut Liana terbuka lebar, ia terpaku. Mata coklat Liana bertemu pandang dengan iris mata yang sebiru lautan. Amarah dalam diri Liana tanpa sadar sudah berada pada level yang paling tinggi. Tidak ada lagi rasa takut dalam diri Liana, yang ada hanyalah amarah.

"Hey kau!" ucap Liana lantang. Ia menatap tajam pria yang ada di depannya.

"Aku?" Pria itu menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya. Ia dengan perlahan menurunkan kedua kakinya.

"Iya kau! Mengapa kau menduduki kursi itu? Kursi itu tidak pantas untukmu!" Pria itu mengangkat satu alisnya ke atas. Ada apa dengan wanita yang ada di hadapannya ini?

"Apa kau mengenalnya?" Pria tinggi di samping Liana yang sempat Liana anggap bisu, akhirnya mengatakan sesuatu.

"Ya. Aku kenal padanya! Dia hanyalah pria mesum yang tidak punya sopan santun, pemaksa, kasar dan berengsek!" ucap Liana dengan percaya diri dan keberanian yang penuh.

MY JERK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang