Chapter 48 - Black Car

48.9K 3.1K 436
                                    

Sinar sang mentari telah berani menembus tirai tanpa motif yang ada di kamar Liana. Wanita itu mengerjapkan ke dua matanya berulang kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. Rasa kantuk masih menguasai dirinya, ia baru bisa tidur di pukul 3 pagi karena semalaman ia terus menangis.

Setelah selesai membersihkan diri, Liana memandangi pantulannya di depan cermin. Tampilannya pagi ini tidak jauh berbeda dengan semalam. Kedua matanya bengkak, rambutnya terlihat sangat berantakan dan wajahnya muram tanpa cahaya. Wanita itu dengan lemah mengelus pelan perut ratanya, mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melewati ini dengan mudah.

"Apapun yang terjadi, aku akan tetap bersamamu," ucapnya sambil terus mengelus lembut perut ratanya yang nantinya akan membesar seiring berjalannya waktu.

Liana menghela napasnya panjang saat melihat barang-barang miliknya yang sudah ia kemas semalam. Hari ini ia berniat meninggalkan kota. Tidak banyak barang yang Liana bawa, karena sebagian barang miliknya masih berada di mansion Darel. Sangat tidak mungkin jika ia mengambil barangnya di sana. Liana sudah berjanji untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di sana. Ia tidak ingin bertemu dengan pria yang sudah menghancurkan hati sekaligus hidupnya.

"Kumohon pikirkan lah sekali lagi, Liana." Lisa muncul dari pintu dengan balutan baju tidur yang kusut. Tidurnya tidak nyenyak semalam karena terus memikirkan teman baiknya.

"Kau tahu? Kau tidak harus melakukan ini." Lisa menahan Liana yang ingin pergi.

Wanita itu menghela napasnya panjang. Entah sudah berapa kali Lisa mencegahnya untuk tidak pergi. "Aku sudah membuat keputusan, Lisa. Aku akan tetap meninggalkan kota ini." Ada banyak kenangan yang mungkin tidak akan bisa Liana lupakan jika ia terus berada di sini. Ia ingin memulai kehidupan barunya tanpa bayang-bayang pria itu.

"Kalau begitu tinggal lah lebih lama lagi. Aku sama sekali tidak keberatan."

Liana menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Lisa. Aku tidak bisa." tolak Liana halus. Ia tidak ingin lagi merepotkan temannya itu, menurutnya Lisa sudah banyak membantunya dan ia sungguh berterima kasih karenanya.

"Aku benar-benar mengkhawatirkan mu, Liana. Aku khawatir kalau kau nantinya tidak bisa melewati ini sendiri." Ada rasa khawatir yang besar di ke dua mata Lisa. Menjadi orang tua bukanlah perkara yang mudah. Apalagi jika harus memerankan sosok ayah dan ibu sekaligus, itu adalah hal yang sangat berat.

"Aku baik-baik saja, Lisa. Aku bisa melewati ini sendiri, kau tidak perlu khawatir." Liana memaksakan dirinya untuk tersenyum. Ia tahu ini tidak akan mudah tapi ia akan berusaha sekuat tenaga. Ia akan mencari pekerjaan yang layak di kota asalnya. Lalu membesarkannya dengan kasih sayang orang tua yang lengkap. Liana akan memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, ia tidak akan membiarkannya merasa kekurangan.

Lisa ikut tersenyum. Jika ia berada di posisi Liana, ia pasti tidak akan mampu melewati ini.

"Oh Liana.. Aku pasti akan sangat merindukan mu nanti." Lisa memeluk Liana erat. Tanpa sadar air matanya jatuh ke pipinya.

Liana ikut meneteskan air matanya. "Aku juga. Kau bisa pergi mengunjungiku kapan saja." Wanita itu melepaskan pelukan eratnya.

"Aku akan mengantarkanmu ke bandara."

Liana menggeleng pelan. "Ti--"

"Kau tidak bisa menolak untuk yang satu ini." Lisa dengan cepat mengambil alih barang yang ada di tangan wanita itu.

"Terima kasih, kau orang yang baik, Lisa. Aku beruntung memiliki teman sepertimu."

"Oh ayolah, Liana. Kau sudah aku anggap sebagai saudariku."

MY JERK BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang