DUA BELAS

83.7K 13K 939
                                    

Jangan lupa tekan bintang sebelum mulai membaca~

Tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak jadi mau pindah?"

Felix bertanya tanpa melihatku, dia tetap sibuk dengan sarapan yang ada di hadapannya. Aku hanya bisa berdiri di sebelah Felix dengan bingung. Lebih tepatnya, aku sedang menyusun kalimat yang baik untuk diucapkan kepada Felix.

"Paviliun lo, berapa sewa sebulannya?" tanyaku pelan. Malu juga, kemarin sudah emosional marah-marah dan dengan bangga menyombong akan angkat kaki. Sekarang, aku menjilat ludahku sendiri.

"Kita ganti kesepakatan. Gue nggak butuh uang, gue butuh sesuatu dari lo," tutur Felix menyelesaikan sarapannya.

Felix menatapku dengan wajahnya yang tampan dan menawan. Alisnya yang lebih bagus dari alisku naik beberapa milimeter. Bibirnya tersenyum, namun sedikit menyeramkan untukku. Seolah-olah apa yang Felix butuhkan akan merugikan diriku.

Zemira! Lo tinggal di sini sudah merugikan Felix. Dan sekarang? Lo nggak mau dirugikan oleh Felix? Egois sekali lo!

Hati kecilku berteriak. Sepertinya, malaikat di dalam diriku mulai geram dengan kelakuanku. Oke, aku memang manusia yang egois. Tapi, memang pada hakekatnya manusia itu segumpalan rasa egoisme bukan?

"Ayo, bareng gue ke kantor," ajak Felix membuyarkan lamunanku.

Aku yang masih sulit untuk mencerna sifat Felix mengikutinya dengan bingung. Terkadang, dia baik dan beberapa waktu kemudian dia akan menjadi sangat jahat dan tega. Sosok Felix yang benar-benar sulit untuk aku gapai.

Gue terlalu bodoh karena kembali jatuh pada pesona Felix.

"Felix ..." panggilku saat Felix akan membuka pintu mobilnya. "Gue janji, gue bakalan segera pergi dari sini dan berhenti mengganggu lo," tuturku pada Felix.

"Jangan membuat janji yang kemungkinan nggak akan bisa lo tepati," tutur Felix yang menatapku dengan tatapannya yang sulit sekali untuk aku artikan. "Lo nggak ada di sini pun sudah mengganggu pikiran gue. Lo pergi dan ada di sini sama saja buat gue," lanjutnya yang kemudian langsung masuk ke dalam mobil.

💌💌💌

"Jadi, kapan kamu mau nikahin aku?"

Aku langsung mendelik pada Sarah yang sejak tadi mengulang dialog sinetron kesukaannya. Aku kesal sendiri karena dialog tersebut sama dengan kalimat yang diucapkan Leta pada Felix, membuatku panas sendiri.

"Buat kopi untuk bos?" tanya Andi berdiri di sebelahku. Aku hanya bergumam sebagai jawabannya. "Nanti balik kerja nonton bioskop mau nggak Zem?" Andi bertanya dengan sangat cepat, membuatku harus mencerna kalimatnya sedikit lebih lama.

Rumah Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang