DUA PULUH LIMA

71.8K 10K 274
                                    

Sebelum mulai membaca jangan lupa tekan bintangnya ya!

Tinggalkan pula rasa cinta kalian buat Zemira dan Felix
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍♥️

Tinggalkan pula rasa cinta kalian buat Zemira dan Felix❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍♥️

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Felix berapa hari ini jarang sekali pulang tepat waktu. Dia lebih sering pulang larut malam, bahkan weekend saja dihabiskan Felix di kantor. Setiap aku tanya ada masalah apa, ada yang bisa aku bantu atau enggak, Felix selalu jawab bahwa dia hanya sedang sibuk saja.

Akhirnya, aku bertemu dengan Papa mertuaku. Aku kemarin menanyakan kabar beliau dan akhirnya janjian untuk makan siang bersama. Hanya saja, Papa melarangku untuk memberitahu Felix, katanya ada hal penting yang ingin Papa bicarakan denganku.

"Zemira." Papa memanggil namaku pelan, aku memperhatikan Papa yang wajahnya terlihat tidak begitu cerah. Seperti sedang memikirkan masalah yang sangat berat. "Papa ini sudah tua, Papa maunya Felix yang mengambil alih posisi Papa. Tapi, posisi Felix di mata pemegang saham tidak begitu bagus," cerita Papa.

Aku cukup kaget dengan fakta yang Papa ucapkan ini. Karena, seingatku Felix memiliki citra yang bagus. Apa dia pernah berbuat kesalahan?

"Bagaimana bisa Pa?" tanyaku pelan.

"Saat pernikahan kalian, Felix membatalkan janji penting. Kesalahannya tidak bisa diperbaiki, proyek besar yang sudah di depan mata gagal dicapai," kata Papa dengan senyumnya yang pahit.

Aku terdiam, mataku berkaca-kaca. Sedih tentu saja, belakangan ini aku merasa sangat cengeng. Sedikit-sedikit ingin menangis, apa lagi tahu kenyataan mengerikan seperti ini.

"Sebenarnya Papa dilarang Felix untuk cerita sama kamu. Tapi ... Papa nggak bisa kalau diam saja. Papa hanya mau ada yang mendampingi Felix saat dia susah sekarang ini. Besok, Rapat Umum Pemegang Saham akan berlangsung, Felix dan Leta calon kuat untuk menjabat sebagai Presiden Direktur," jelas Papa.

"Pa ... tenang saja, kita harus pecaya sama Felix. Apa pun hasilnya nanti, Felix pasti bisa menyikapinya. Sekarang, Felix dan Papa nggak hanya berdua. Masih ada Zemira yang akan selalu mendukung Felix dan Papa," ungkapku dengan senyum tipis.

Makan siangku dengan Papa tidak berlangsung menyenangkan. Aku dan Papa sama-sama dalam pikiran yang kalut. Aku tahu kenapa Felix tidak ingin aku merasa tertekan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Tapi, kami ini suami istri, seharusnya dia berbagi denganku.

Papa menghela napasnya pelan dan berat, beliau terlihat sekali sedang banyak pikiran. "Papa inginnya Felix yang meneruskan jabatan Papa. Tapi, sepertinya ini akan sulit, Papa juga tidak tahu bahwa semua akan menjadi seperti ini," gumam Papa.

Aku tidak bisa memberikan komentar apa pun, sejujurnya aku juga merasa bersalah. Jika tahu Felix akan kehilangan banyak hanya karenaku, sudah pasti aku memilih menjomlo saja. Aku tidak bisa memungkiri bahwa aku bahagia dengan pernikahan kami, tetapi aku juga merasa bersalah karena kenyataan ini.

Rumah Mantan (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora