SEBELAS

85.5K 12K 991
                                    

Tekan bintang sebelum mulai membaca~

Jangan lupa tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Jangan lupa tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, kapan kamu mau nikahin aku?"

Aku yang ingin ke dapur untuk minta makan siang langsung berhenti di dekat pintu samping. Mengintip dari pintu aku melihat Felix membelakangiku, di depannya berdiri Leta. Yang membuat aku kaget, bukan hanya sosok Leta, tapi juga pertanyaan Leta yang tidak sengaja aku dengar.

"Aku nggak pernah menjanjikan akan menikahi kamu, Ta." Suara Felix terdengar tegas.

Mata Leta menatap sinis Felix. "Tetap aja, seharusnya kamu tahu terima kasih sama aku. Kalau bukan karena aku, kamu masih dianggap anak sama keluarga kamu?" ujar Leta sinis.

Jiwa kepoku sudah mulai menggelora. Aku benar-benar penasaran dengan arah pembicaraan mereka. Sejak melihat Leta di ruangan Felix waktu itu, aku tahu bahwa ada yang lebih dari sekedar teman kerja di sana.

"Perasaan itu bukan mainan. Bukan bisa dipaksa-paksa dan dijadikan alat pembayaran karena sebuah pertolongan," tegas Felix. Aku melihat dari celah pintu raut wajah Leta sangat kesal. Dia tidak terima dengan penolakan Felix secara terang-terangan.

"Kamu memang pria bodoh Fel," gumam Leta yang meninggalkan Felix.

Aku langsung membuka pintu saat Felix dan Leta keluar rumah. Sepertinya Felix berusaha menjelaskan sesuatu pada Leta. Aku mengintip sedikit dan bergumam, "Gayanya nolak, tapi dikejar juga."

Takut ketahuan Felix bahwa aku menguping. Aku langsung menuju dapur, melihat ke dalam lemari penyimpanan lauk yang tidak ada isinya. Hari ini, Mbok Ani izin pergi ke rumah saudaranya yang ada hajatan.

Jadi, kapan kamu mau nikahin aku?

Nikahin aku?

Nikah?

Tiba-tiba aku menjadi teringat dengan ucapan Leta pada Felix tadi. Aku memejamkan mataku sejenak, mencoba merasa bagaimana perasakanku. Ternyata, memang sakit. Aku sudah jatuh ke dalam pesona Felix untuk yang ke sekian kalinya.

"Ngapain kamu?"

"Cari makan," sahutku sambil berbalik melihat Felix.

Aku menatap wajah Felix yang tetap datar saja. Sejak kembali dari luar kota dua hari yang lalu, baru ini aku dan Felix bertemu di rumah. Kemarin, kami hanya bertemu di kantor. Itu pun hanya kalimat singkat. Felix tidak pernah menyuruhku secara berlebihan setelah pulang dari luar kota.

Soal aku yang dipanggil Bu Mayang, aku hanya diberikan peringatan untuk lebih sopan. "Kamu tahu kan Zem kalau perasaan orang beda-beda. Mungkin menurut kamu nggak kasar, tapi belum tentu dengan orang lain. Jadi, kamu lebih berhati-hati saja." Begitulah kira-kira pesan Bu Mayang waktu itu.

Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now