DUA PULUH EMPAT

83.7K 9.9K 215
                                    

Sebelum mulai membaca jangan lupa tekan bintangnya

Yuk, tinggalkan jejak cinta buat Felix dan Zemira di kolom komentar
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Yuk, tinggalkan jejak cinta buat Felix dan Zemira di kolom komentar❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berjalan menuju ruangan Felix, beberapa mata memandang heran dan penasaran. Aku hanya tersenyum tipis, mengangkat sedikit kepalaku dan berjalan dengan percaya diri. Meja Chika kosong, tidak ada penghuninya. Aku meletakkan sebuah bingkisan berisi scarf yang aku belikan untuk Chika.

Mengetuk pelan pintu ruangan Felix, sebelum akhirnya aku mendorong pintu tersebut. Di dalam ruangan ada Felix dan Leta. Aku mengernyitkan dahi melihat wajah Leta yang tidak begitu senang kepada Felix.

"Pantas saja lo ngusir gue dan mengakhiri pembicaraan secepat mungkin," tutur Leta yang menatapku dengan tajam. "Ternyata si PHO datang," sambung Leta.

"Sorry, gue bukan PHO seperti yang lo bilang," balasku tidak terima.

"Leta ...." Felix menghentikan Leta yang sepertinya akan mengucapkan sesuatu. Tatapan Leta beralih ke arah Felix, dia benar-benar marah kepada Felix.

Tidak ada kata-kata lagi yang terucap dari Leta, dia hanya melewatiku dan keluar dari ruangan Felix. Aku menatap Felix yang raut wajahnya terlihat sedikit panik.

"Kamu kenapa? Leta ngancam apa?" tanyaku pada Felix. Aku mendekat pada Felix, meletakkan bekal yang aku bawa di atas coffee table.

Felix terduduk di sofa yang berada di belakangnya, dia memijat pelan pelipisnya. Aku menyentuh pundak Felix, dia terlihat lelah dan banyak tekanan. Melihat Felix seperti ini justru menambahku menjadi merasa bersalah.

"Zem, listen to me. Karena batalnya pernikahanku dengan Leta, aku harus kehilangan sebagian saham Caton Group. Pada surat wasiat Mama, beliau mengatakan Leta akan mendapatkan bagian saham miliknya jika pernikahan dibatalkan," jelas Felix yang menatapku sayu.

Aku menghela napasku, aku tidak masalah jika harus hidup sederhana. Tapi, aku tahu Felix tidak akan setuju, ini bukan soal harta semata. Tapi, soal perusahaan keluarga Caton.

"Aku nggak paham soal hal ini, tapi aku tahu bahwa kamu menikahiku dengan segudang permasalahan yang muncul. Bahkan kamu mengalami banyak ...." Ucapanku terhenti saat Felix menggelengkan kepalanya.

Aku mengambil duduk di lengan sofa yang diduduki Felix. Saat tangan Felix berpindah menggenggam tanganku, aku merasakan bahwa Felix akan berusaha sebaik mungkin memulihkan keadaan.

"Selama beberapa hari ke depan aku akan sibuk. Awal bulan depan RUPS akan dilaksanakan, agendanya adalah voting suara untuk posisi Papa. Kandidat selain diriku jelas Leta," ujar Felix dengan nada suara yang melemah di ujung.

Aku memeluk Felix dari arah samping, aku tahu bahwa Felix tidak rela jika Leta yang harus mengambil posisi Papa. Seharusnya Felix yang duduk di sana, dia yang pantas memimpin Caton Group. Tapi, semuanya kembali pada suara pemegang saham lainnya.

Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now