ENAM

87.1K 11.8K 468
                                    

Sampai jam delapan malam tidak ada terdengar suara mobil Felix

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jam delapan malam tidak ada terdengar suara mobil Felix. Saat aku mengintip dari jendela paviliun garasi mobil sepi saja. Akhirnya aku keluar dari paviluin dan menyebrang ke rumah utama.

"Felix udah balik Mbok?" tanyaku pada Mbok Ani yang sedang menata makanan di atas meja makan.

"Belum Non. Tadi Bapak telpon katanya masih di jalan. Non mau makan?" Mbok Ani menawarkan kesempatan yang tentunya tidak akan aku lewatkan.

"Mau!" seruku langsung semangat, namun sedetik kemudian aku lesu melihat lauk yang ada di atas meja makan. "Capcainya pakai udang juga Mbok?" tanyaku was-was tidak bisa makan malam gratisan.

"Pakai Non. Memangnya kenapa Non?" tanya Mbok Ani yang meletakkan piring kosong di depanku.

Aku menghela napasku pelan. Aku hanya bisa makan nasi dengan teman tempe dan tahu saja sepertinya. "Mau saos sambal dong Mbok. Soalnya aku alergi udang Mbok," ujarku sangat-sangat lesu.

"Ya ampun! Non nggak papa kan?" Mbok Ani langsung berubah panik. Beliau memeriksaku dengan baik-baik.

Aku mengernyitkan dahiku tidak paham. Aku kan belum mulai makan dan aku juga tidak berniat makan udang. Ya kali aku sebodoh itu untuk mengantar nyawa ke malaikat maut. Ya, aku mempunyai alergi super parah terhadap udang, salah-salah bisa menyebabkan gagal napas.

"Tadi pagi nasi gorengnya pakai udang rebon, Non."

Mendengar ucapan Mbok Ani aku langsung menoleh pada beliau. Aku langsung teringat dengan Felix yang dengan ngototnya ingin mengambil nasi goreng milikku. Jika sejak tadi aku menyumpahi Felix yang jahat, kini aku bersyukur Felix menukarnya dengan roti.

"Nasi gorengnya diambil Felix, Mbok," sahutku pelan.

"Lega Mbok dengarnya, Non." Mbok Ani menepuk pelan bahuku beberapa kali. "Tunggu sebentar Mbok buatkan telur dadar untuk Non Zemi," lanjut Mbok Ani yang meninggalkanku di meja makan.

Kini, sisa pemikiran di dalam otakku. Seperti teka-teki yang sulit sekali untuk dipecahkan.

Felix tahu nasi gorengnya pakai udang?

Felix masih ingat aku alergi udang?

Felix kenapa baik banget?

Felix

Felix

Felix

Dan Felix

Hanya nama itu yang terus-terusan menghantuiku. Bahkan kini aku seperti melihat sosoknya berdiri dengan mata tajam menatapku. Aku menghela napas pasrah, sepertinya aku memang sudah gila membayangkan dan memikirkan Felix seperti ini.

"Zem!"

"Mati gue!" pekikku saat seseorang menepuk dahiku.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, sosok Felix berdiri di hadapanku. Dia mengenakan pakaian yang sama dengan yang ada di bayanganku. Oke, sepertinya otakku sudah mulai tidak waras. Aku sudah tidak bisa membedakan mana yang hanya ilusi dan mana yang asli!

Rumah Mantan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang