PROLOG

123K 13K 552
                                    

"Terima kasih Pak," ujarku pada sopir taksi yang membantu menurunkan koperku. "Tunggu sebentar ya Pak," tuturku kemudian karena aku tidak memiliki uang.

Sebenarnya, aku baru sampai di Jakarta dan langsung kejambretan. Aku kehilangan tasku yang berisi dompet dan ponselku. Kini aku hanya mempunyai koper berisi pakaian. Tidak mempunyai tempat tujuan, aku masih ingat dengan alamat rumah Felix.

Meski ragu-ragu, aku melangkah melewati pagar rumah yang terbuka. Aku masuk menuju pelataran dan terus sampai di depan pintu rumah besar. Aku memejamkan mata sebelum mengangkat tangan dan memencet bel rumah.

"Lo nggak punya pilihan lain, Zem," gumamku pada diri sendiri. Malu rasanya, harus datang ke rumah mantan tunangan yang kita putuskan secara seperti ini. Benar kata orang, karma pasti akan datang dan kini aku merasakannya.

Sekali lagi, aku memencet bel rumah. Kemudian aku berbalik, melihat sopir taksi yang mengawasiku di depan pagar rumah. Astaga! Bagaimana jika Felix tidak ada di rumah?

Baru saja aku akan memencet kembali bel rumah, suara pintu terbuka terdengar. Aku langsung menatap pintu rumah tersebut dan menatap Felix yang kaget melihat sosokku. Sebisa mungkin, aku membuat ekspresi wajah memelas.

"Zemira?" Felix bertanya dengan wajah heran.

Aku menganggukkan kepalaku semangat, mungkin mirip anjing yang sedang meminta makan oleh majikannya. "Iya! Fel, bantuin gue bayarin taksi. Please," pintaku langsung.

Aku melepaskan pegangan pada koper, menangkup kedua tanganku di depan dada. Aku memasang wajah memelas dan mengucap kata please dengan panjang dan lama. Wajah Felix terlihat tidak begitu senang.

Siapa yang sedang didatangi mantan tunangan dan minta bayarin taksi pula!

Hati kecilku memaki kelakuanku, membuatku meringis pelan. Tapi, aku tidak akan menyerah. Aku tidak mungkin pulang kembali ke Jogja. Aku tidak ingin dinikahkan dengan Romi -teman masa kecilku.

"Sebentar, gue ambil uang dulu." Felix akhirnya membuka suara dan mau membayarkan ongkos taksiku.

"Jangan ditutup!" Aku mencegah pintu rumah yang akan kembali Felix tutup. Kakiku terasa sakit terbentur kayu pintu mahal ini. Bukannya apa, aku hanya takut Felix justru mengunci pintu rumahnya dan tidak keluar-keluar lagi.

Aku tersenyum pada Felix yang mendengus, dia kemudian membiarkan pintu rumahnya terbuka. Aku mengintip ke dalam rumah Felix yang besar dan rapi. Sebenarnya, aku belum pernah datang kemari. Aku tahu alamat rumah Felix dari hasil mengingat nama perumahannya, kemudian tadi aku bertanya pada satpam dimana rumah Felix Caton.

"Thank you Felix!" seruku saat Felix kembali.

Aku mengikuti Felix menuju pagar rumahnya, dia membuka dompet dan bertanya pada sopir taksi. "Berapa Pak?"

"Seratus lima puluh lima ribu, Pak."

Aku memasang senyum polos saat Felix melirikku. Maklum, lokasi rumah Felix sangat jauh dari stasiun.

💌💌💌

Setelah sopir taksi pergi, aku mengekor di belakang Felix. Saat di depan pintu, Felix langsung masuk dan hampir menutup pintu rumahnya, untung aku berhasil menahan pintu dengan mengorbankan tanganku.

"Sakit woy!"

"Mau apa lagi?" tanya Felix tajam sambil membuka lebar pintu rumahnya.

Aku mengusap pergelangan tanganku yang terjepit pintu. "Mau numpang nginap di rumah lo, boleh ya?" pintaku langsung.

Alis Felix terangkat sebelah. "Lo gila?" tanyanya dan aku refleks menganggukkan kepala. Aku memang sudah gila sampai bisa jadi gelandangan di Jakarta begini.

"Please, gue tadi kejambretan. Semua uang dan ponsel gue hilang. Lo tega ngelihat gue jadi gelandangan?" Aku memasang wajah menyedihkan sebaik mungkin.

"Ya sudah, gue beliin lo tiket ke Jogja."

Aku menggelengkan kepala panik. Aku bahkan menggenggam tangan Felix dan berkata, "Please, jangan kirim gue balik ke Jogja. Gue nggak mau dinikahin sama Romi."

Sepertinya Felix sudah muak mendengar kata 'please' yang terus-terusan keluar dari bibirku. Tapi, apa mau dikata lagi? Hanya ini yang dapat aku lakukan untuk bertahan hidup.

"Ya sudah masuk dulu," ajak Felix akhirnya. Sekarang aku bisa sedikit bernapas lega.

💌💌💌

Gimana menurut kalian guys? Lanjut?
Ramein dulu dong, 300 komentar deh. Dikit kan itu hihihi

 Dikit kan itu hihihi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now