DUA PULUH

84.6K 11K 710
                                    

Yuhuuu! Tekan dulu bintangnya sebelum baca yooo~

Jangan lupa tinggalkan jejak seramai mungkin gaes
🤍🖤🤎💜💙💚💛🧡❤️

Aku berdiri di ruang keluarga bersama dengan Felix, Mama, Papa dan Pak Charles

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Aku berdiri di ruang keluarga bersama dengan Felix, Mama, Papa dan Pak Charles. Sudah setengah jam yang lalu acara pernikahan tidak jelas ini selesai. Pikiranku masih menghitung berapa lama aku bertahan dalam mimpi ini?

Felix yang berdiri di depanku menggapai tanganku. Tapi, aku melepaskannya begitu saja dan dengan ringannya aku melayangkan tamparan ke pipi Felix.

"Zemira!" teriakan Mama membuatku melihat Felix yang meringis kesakitan.

"Ini bukan mimpi?" gumamku pelan saat melihat Felix yang benar-benar kesakitan, bahkan tanganku terasa panas dan perih.

Aku mengibas-ngibaskan tanganku yang terasa perih. Sementara Felix, dia tersenyum!

"Ini bukan mimpi," ujar Felix yang kini menggenggam tangan kananku. Tangan yang aku gunakan untuk menampar pipinya. Kini, pipi Felix mulai sedikit memerah dan aku mulai merasa bersalah.

Aku maju selangkah, melepaskan genggaman Felix dan beralih memeriksa pipi Felix. "Sakit banget?" tanyaku pelan.

Tapi, sesaat kemudian aku teringat bahwa seharusnya aku tidak memperhatikan Felix seperti ini. Aku mundur dua langkah, menjauh dari Felix. Aku masih belum mendapatkan kejelasan apa pun.

"Kalian selesaikan urusan kalian berdua. Kami orang tua tidak akan ikut campur," tutur Papa yang kemudian meninggalkan aku dan Felix berdua saja. Para orang tua duduk bersama keluarga lainnya di taman belakang, menikmati makanan yang masih ada.

Aku terduduk di sofa dengan wajah ling-lung. Felix berlutut di hadapanku, dia menggenggam kedua tanganku dengan lembut. Aku dan Felix saling menatap, aku tidak tahu apa yang sedang ada di dalam pikiran Felix saat ini.

"Kenapa lo?" tanyaku pelan, aku benar-benar tidak tahu harus bertanya darimana. Sekarang, ada perasaan senang menyusup di dalam diriku, juga perasaan heran yang luar biasa.

Jantungku berdetak kencang saat Felix mengusap pelan punggung tanganku. "Sudah jodohnya, Zem," sahut Felix pelan.

Aku menggelengkan kepalaku. "Romi mana?" Aku benar-benar tidak bisa menerima penjelasan Felix. Seharusnya Romi juga memberikan penjelasan mengenai kenapa bukan dia yang menjadi suamiku.

"Romi pergi ke luar negeri seminggu yang lalu. Dia membatalkan pernikahan kalian." Felix mulai menjelaskan dan aku bisa melihat tatapan mata Felix yang sangat-sangat serius. Aku tidak tahu harus sedih atau senang saat ini. Ditinggal pergi oleh calon suami dan berakhir menikah dengan mantan? Apakah ini normal?

"Lo bohong kan? Kenapa nggak ada yang kasih tahu gue? Kenapa semua orang diam saja dan membohongi gue?!" tanyaku dengan suara yang meninggi. Aku bahkan mulai menangis.

Rumah Mantan (Selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora