EMPAT BELAS

83.8K 12.2K 659
                                    

Sebelum mulai membaca, pastikan untuk tekan bintang terlebih dahulu.

Tinggalkan juga emoticon love sebanyak mungkin~
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Tinggalkan juga emoticon love sebanyak mungkin~❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kejadian pagi ini benar-benar membuatku malu. Aku langsung kabur mengunci pintu kamar saat ketahuan oleh Felix. Bahkan aku mengatakan dengan lantang dari balik pintu kamar, "Gue mau siap-siap kerja, lo balik sana!" teriakku.

Terakhir, yang aku dengar dari Felix adalah sebuah kalimat yang siap membuatku tenggelam ke dalam lumpur sungai Amazon. "Lo ngusir gue Zem? Setelah apa yang gue lakukan semalam?" tanya Felix dari luar kamar.

Otakku menjadi traveling kemana-mana, ini karena kalimat ambigu Felix. Dia mengatakan hal yang seolah-olah semalam telah terjadi sesuatu. Padahal, jelas-jelas pagi ini yang terjadi sesuatu akibat sikap ganjenku.

"Mau diletak di mana muka lo, Zem-Zem," gumamku pelan.

Aku keluar dari paviliun dengan meneteng tas dan sepatu, di garasi rumah masih ada mobil Felix yang terparkir. Mungkin Felix berangkat ke kantor lebih siang karena masih lelah. Sebenarnya, jika dipikir-pikir aku ini memang tidak tahu terima kasih.

Felix sudah berbaik hati menjaga dan mengurusku yang sakit, eh pagi-pagi malah aku usir. Tapi, ya namanya orang malu karena ketangkap basah mau gimana lagi. Jadi suka lupa diri begini.

"Masih pagi Zem," tuturku pelan menggelengkan kepalaku. Menghilangkan pikiranku yang selalu berputar dan berpusat pada Felix.

Seolah-olah pikiranku berubah menjadi kenyataan, Felix benar-benar muncul di garasi. Dia keluar dari pintu penghubung rumah utama dengan garasi. Wajah Felix terlihat segar, dia memakai kemeja hitam slim fit, tangannya memegang jas dan tas kerjanya.

"Bareng gue aja," ujarnya saat aku akan kabur dari garasi.

Aku menatap Felix bingung, jika ikut dengan Felix sudah pasti suasana akan semakin aneh dan canggung. Masalah kecupan tadi pagi saja belum bisa aku jelaskan, bagaimana caranya bisa satu mobil dengan Felix.

"Nggak perlu Pak, saya bisa berangkat sendiri," tolakku dengan bahasa yang formal.

Felix menaikkan sebelah alisnya, dia menatapku dengan heran. "Pak? Saya?" tanya Felix yang memastikan bahwa dia tidak salah dengar. Aku hanya diam saja dan kemudian justru terpesona karena Felix tertawa kecil. "Kalau salah tingkah begini, lo emang lucu Zem ... masuk ke mobil, nggak ada gunanya nolak-nolak segala," tutur Felix kemudian.

💌💌💌

Suasana di dalam mobil tidak begitu bagus, hanya ada keheningan dan dering ponsel Felix yang sering berbunyi. Sejak duduk di dalam mobil, mataku hanya berfokus pada boneka yang tergantung di spion tengah.

"Ini gue cuci ya, udah buluk banget soalnya," kataku pelan. Entah Felix mendengarnya atau tidak. Tanganku begerak melepaskan boneka tersebut dari spion.

Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now