SATU

109K 12.2K 471
                                    

Sudah satu minggu aku menumpang tinggal di paviliun milik Felix. Aku masih berusaha untuk mencari kerja, sampai sekarang belum juga berhasil. Jika saja aku tidak kehilangan tasku, aku pasti bisa menyewa tempat yang nyaman, tidak dengan tinggal di paviliun kecil milik Felix itu.

"Mbok," panggilku pada Mbok Ani yang sedang menyiapkan sarapan di atas meja.

Bukannya Felix sudah pergi? Ini sarapan buat siapa?

"Wah makasih Mbok! Tahu saja saya mau minta makan!" seruku langsung duduk di kursi meja makan.

Mbok Ani tersenyum ramah, hanya beliau yang menyambutku. Felix? Jangan ditanya, dia manusia menyebalkan yang memberikan waktu kepadaku selama sebulan. Jika saja aku tidak meninggalkan buku tabunganku di rumah, semua tidak akan seribet ini.

"Duh!" pekikku saat tiba-tiba merasakan ada yang menarik ujung cepolan rambutku.

"Mbok Ani sekarang punya peliharaan kucing jalanan ya?" Aku memutar sedikit kepalaku, melihat Felix sedang berdiri di sampingku.

Aku terdiam meringis pelan pelihat Felix, dia melepaskan tarikannya pada cepolan rambutku. "Bukannya lo udah berangkat?" tanyaku hati-hati saat Felix duduk di kursi yang ada di ujung meja makan.

Felix melirikku tajam, aku hanya mendengus saja. Memang susah sih ya menghadapi Felix. Sifatnya yang menyebalkan inilah yang menjadi salah satu dari banyak alasan aku minta putus.

Sadar Zem, lo sekarang ada dimana? Di rumah mantan yang lo putusin itu!

Hati kecilku berteriak, membuatku meringis diam-diam. Aku pun mengambil sepotong roti bakar yang ada di depanku, tiba-tiba saja tanganku ditepuk oleh Felix. Dia menatapku dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Gue bukan dermawan yang suka aja ngasih makan gratis anak orang," tuturnya.

Aku mendengus pelan. "Pelit banget lo! Gue ini lagi kesusahan!" balasku dengan wajah memelas.

"Kesusahan? Harusnya lo cari kerja, usaha!"

Ouch!

Ucapan Felix sangat menohokku. Bukannya aku diam-diam saja, meski tidak kemana-mana aku tetap berusaha. Mengumpulkan banyak info lowongan pekerjaan dan juga memasukkan banyak lamaran ke banyak perusahaan ternama.

Seketika, aku teringat dengan Felix. "Gue minta kerjaan di kantor lo dong!" seruku kemudian. Felix melotot padaku. Sepertinya dia tidak begitu suka mendengar seruanku. "Please! Seenggaknya gue nggak numpang gratis di sini, gue juga bisa cepat-cepat minggatkan?" lanjutku dengan memasang puppy eyes terbaikku yang mungkin saja bisa meluluhkan Felix.

"Oke, habis makan siang datang untuk wawancara," kata Felix yang membuatku tersenyum lebar.

Felix Caton, dia seorang Chief Executive Officer alias CEO di salah satu anak perusahaan milik keluarga Caton yang tajir melintir. Jangan tanya bagaimana pertemuan keberuntunganku dulu dengan Felix. Itu semua sudah jadi masa lalu!

"Sepertinya posisi office girl bisa ditambah," gumam Felix membuatku tersedak. Aku hampir saja menyemburkan susu yang sedang aku minum.

"Sumpah ya! Lo tuh bener-bener iblis, jahat banget sumpah!" pekikku tidak terima. "Ya Tuhan! Kenapa gue dulu pernah pacaran dan hampir nikah sama ni iblis?" ujarku mendelik pada Felix.

"Kalau mau datang, enggak ya sudah!" tutur Felix yang berdiri dari duduknya. Dia meninggalkanku yang terbengong-bengong di meja makan.

💌💌💌

Aku berdiri di depan gedung Caton yang luar biasa megah, banyak orang lalu lalang di dalam sana, keluar masuk gedung ini seperti hal biasa. Aku mengenakan baju terbaik yang aku bawa, blouse chiffon berwarna dusty pink dan celana jeans hitam. Agar tidak terlihat terlalu santai, aku mengenakan high heels hitam.

Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now