DELAPAN

83.6K 12.9K 1.1K
                                    

Tekan bintang sebelum mulai membaca~

Jangan lupa untuk tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar
❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Jangan lupa untuk tinggalkan emoticon love sebanyak mungkin di kolom komentar❤️🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Acara pertemuan sudah mulai dari tiga puluh menit yang lalu. Aku dan para OB serta OG membantu acara hingga selesai tentunya. Di sinilah aku, berdiri memperhatikan tempat yang kira-kira perlu dibersihkan. Seperti ada yang menumpahkan sesuau atau membuang sampah sembarangan, itu harus segera dibersihkan dengan tenang dan tanpa grasak-gerusuk.

Felix, dia duduk di depan sana. Di samping Felix ada Pak Charles, mereka sepertinya sibuk membicarakan pekerjaan. Karena kejadian tadi siang, aku jadi semakin sering memperhatikan Felix. Aku tahu, mata-mata yang menyaksikan interaksiku dengan Felix sedang membicarakanku di belakang.

"Eh kamu!" Seseorang melambaikan tangannya ke arahku, dia memanggilku. Aku langsung menghampiri salah satu tamu undangan tersebut. "Ini tolong diangkat, dibersihkan. Kamu kerja jangan berdiri-berdiri saja," omelnya.

Aku langsung mengambil beberapa gelas tinggi bekas minum tamu lain. Aku melirik pria yang memanggilku ini, dia masih muda dan bisa dibilang tampan. Pakaiannya setelan mahal, tapi entah kenapa aku tidak suka dengan ucapannya yang main tuduh saja.

"Maaf ya Mas atau Abang, saya nggak berdiri-berdiri doang. Saya baru selesai membereskan di sebelah sana. Tolong Mas, ganteng-ganteng jangan julid, nanti nggak ada yang mau sama situ," gerutuku yang langsung membawa pergi gelas-gelas kotor.

"Eh ...." Aku tidak mendengarkan lagi ucapan si pria sombong itu.

"Memangnya dia siapa? Nggak tau aja kalau gue ini kacung private-nya Felix," gerutu sambil berjalan.

💌💌💌

Acara selesai jam sebelas malam, selesai acara bukan berarti bisa langsung pulang. Tim kebersihan langsung membersihkan semua sampah, merapikan property. Sisanya akan dikerjakan keesokan harinya.

Hampir tengah malam dan aku mulai bingung bagaimana caranya pulang. Jujur saja, semenjak kejadian dijambret aku menjadi agak parnoan. Apa lagi jika malam hari seperti ini, bisa-bisa yang dijambret bukan hanya tasku, tapi juga nyawaku.

"Balik sama siapa, Zem?" tiba-tiba Andi datang menhampiriku yang sedang duduk selonjoran di dekat panggung.

Aku mendongak menatap Andi yang sudah siap untuk pulang, melihat ke sekitar yang lainnya juga akan pulang. "Mau cari taksi sih," gumamku tidak yakin.

"Ayok gue antar," tawar Andi yang mengulurkan tangannya ke arahku.

Aku menyambut tangan Andi yang membantu menarikku berdiri. "Beneran nggak ngerepotin?" tanyaku pada Andi yang agak tidak enak hati.

"Udah nggak papa kok, dari pada balik sendiri bahaya udah malam. Sekalian hemat ongkos," tutur Andi ramah.

Aku pun akhirnya menyetujui ajakan Andi. Di antar Andi lebih baik ketimbang pulang sendiri tengah malam begini. Lagi pula, nanti aku bisa minta diturunkan di gerbang komplek perumahan saja. Portal juga tidak dibuka untuk sembarang orang pada jam seperti ini.

Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now