54. USAHA BERSAMA?

5.4K 324 35
                                    

Met malam minggu gais❤

Jam berapa kalian baca cerita ini?

Setiap hubungan pasti akan selalu terbalut dengan berbagai masalah. Semuanya akan terasa mudah jika kedua pihak berusaha pulih dalam waktu yang sama. Percuma jika kedua pihak menginginkan pulih tapi waktunya berbeda.

Happy reading❤

***

Ucapan Adrianne atas Clia memang benar. Gadis itu menikmati hari itu bersama Alvaro, tertawa, bermain seakan lupa dengan kekasihnya sendiri. Clia sadar dirinya salah. Ia meminta kerenggangan waktu untuk menenangkan diri, tapi ia sendiri yang menciptakan masalah baru.

Tentang cincin itu. Clia tidak tahu apa motif Alvaro memberikannya. Sangat tiba-tiba dan tak ada penjelasan apapun. Dan kini Clia mencoba mengembalikannya.

Kakinya membawanya pada ruangan Alvaro, tapi sosoknya tak memunculkan wujudnya. Clia menyapu pandangannya, tetap nihil. Gadis itu keluar dari ruangan, menghela napas gusar. Kalau tidak sekarang dikembalikan, ia yakin Adrianne pasti akan semakin salah paham.

Laki-laki itu mengira Clia menjalin hubungan dengan Alvaro.

Clia bertanya pada orang-orang yang berlalu lalang, namun tak seorang pun yang melihat sosok itu. Clia menyugarkan rambutnya, mendesah pelan.

Ia memutuskan duduk di kursi besi yang tak jauh darinya. Menengadahkan kepalanya ke atas seraya memejamkan mata.

Ponsel di dalam tasnya berdering, meminta untuk diangkat. Masih memejamkan mata, Clia meraba dan merogoh isi tasnya. Menggeser tombol hijau, menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Halo."

"Siapa?" Clia bertanya, malas memeriksa siapa yang menelponnya.

"Arnold."

Kedua mata Clia membuka sempurna. Wah, tumben sekali Arnold menelponnya. Biasanya lelaki itu selalu sibuk. Clia mengirimkan pesan pagi tapi mendapat balasannya di malam hari.

"Tumben telpon."

"Iya, lagi ada waktu luang. Gimana sama Indonesia?"

"Tetep sama. Gak ada yang berubah. Cuma, sikap dan keadaan dengan orang terdekat aja yang berubah."

"Ada masalah? Kamu bisa cerita."

"Lain kali aja ya." Clia merasa tak enak hati jika bebannya diceritakan ke orang lain. Ia takut menambah beban Arnold juga.

"It's ok. Dua hari aku ke sana."

"Kemana?"

"Indo. Baru rencana sih."

"Jangan rencana aja."

"Iya diusahain. Sekalian mau aku kenalin ke seseorang."

"Pacar?"

"Nanti aku kasih tahu."

"Okey." Saat asik bertelepon dengan Arnold, netra Clia menangkap Adrianne yang meliriknya. Namun cowok itu kembali fokus pada teman-temannya.

"Kalau aku udah sampe di sana. Aku traktir es krim, kamu mau apa? Aku penuhin semua."

Seakan perkataan Arnold seperti angin yang berhembus pelan, tak terasa. Clia sibuk bergelut dengan pikirannya. Adrianne benar-benar marah. Clia menunduk, tatapannya sendu. Hatinya tergores, tapi bukan karena Adrianne, melainkan sikapnya sendiri yang membuat lelaki itu menjauh.

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora