49. KEPUTUSAN 1

6.3K 334 44
                                    

Siang semua☺

Happy reading yaa❤

***
Malam ini Serin bukan menjadi dirinya, hanya karena Agatha dan Clia. Sifat ketusnya itu ia lenyapkan.

"O-ke, cukup ha-ri ini a-ja," gumam Serin dengan napas yang terengah-engah. Dadanya naik turun, ia sangat lelah saat ini.

Sekarang Serin sedang berusaha membawa Agatha dan Clia memasuki mobilnya.

"Sum-pah. Lo berdua bener-bener kerasukan?!" kesal Serin. Ia terus menarik Agatha dan Clia untuk berjalan di sampingnya.

Dengan setengah mata tertutup Agatha melirik Serin. "Kita gak minta lo ngajak kita ke sini."

Serin menarik napas panjangnya. Kedua tangannya bertengger pada pinggangnya. Kalau situasinya tidak seperti ini, Serin akan mengatakan, "Bisa gak hargai usaha gue buat kalian seneng lagi?! Jangan cuma gara-gara cowok, kalian lemah gini!!"

Sayangnya, Serin harus menelan kata-kata itu.

"Oke, ayo pulang. Yang gak mau seterah deh kalian mau kemana, capek gue," ujar Serin menghela napasnya gusar. Kedua kakinya melangkah meninggalkan Agatha dan Clia.

Dengan langkah lunglai, Agatha menyusul Serin. "Ayo Cli."

"Lo duluan aja," ujar Clia lemas. Clia masih berdiri di tempatnya, ia menatap Agatha dan sekitarnya. Satu helaan napas keluar dari mulutnya. Kenapa dia sekacau ini?

Satu, dua langkah Clia mulai meninggalkan mall besar itu. Kakinya menyusuri jalanan dengan langit gelap di atasnya. Raut wajahnya tak bersemangat, datar.

Di detik berikutnya, ponsel yang digenggamnya bergetar. Clia menatap layar ponsel yang menyala itu.

Yan💞
||kamu pulang ke apart aja. Malam ini aku gak kesana. Jangan pergi kemana-mana.

Satu bulir air keluar dari pelupuk matanya. Matanya panas bersamaan dengan hatinya yang terbakar. Rasa sesaknya menggerogoti hatinya lagi.

Tubuh Clia merosot pada tembok besar tepat di pinggir jalan. Ia memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya di antara lututnya. Tangisnya pecah saat itu juga. Tangannya meremas lengan baju yang dipakainya, bahunya bergetar. Tidak peduli akan tatapan orang sekitar yang melewatinya. Clia ingin meluapkan semuanya, di bawah bulan purnama.

Tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh punggung tangannya. Sangat dingin. Perlahan namun ragu, Clia mendongak menatap seseorang yang berdiri di hadapannya.

Orang itu mengulurkan eskrim di tangannya. Dengan senyum tipis, cowok itu mensejajarkan tubuhnya dengan Clia.
Satu tangan Clia meraih eskrim itu ragu. Suara tangisnya perlahan mereda, kecuali di hatinya.

"Kaget ya?" tanya cowok itu diselingi kekehan kecil. Clia masih diam menatap cowok di depannya dengan mata dan hidung yang memerah.

"Makan," suruh cowok itu menunjuk eskrim dengan dagunya.

"Kenapa–"

"Tanyanya nanti aja," potong cowok itu tersenyum.

Cowok itu menatap sendu Clia. Ia tahu apa yang dirasakan Clia saat ini. Rasa yang ia benci tetapi rasa itu sudah pernah singgah di hatinya.

"Tenangin diri dulu, kalau udah tenang silahkan kamu ambil keputusan," saran cowok itu lalu pergi meninggalkan Clia yang termenung.

Jujur saja. Clia sedikit tenang mendengar ucapan cowok tadi. Tetapi bagaimana dia bisa tahu?

***
Di sini lah Adrianne. Ruangan gelap, sunyi, hanya ada dirinya. Tatanan rambutnya acak-acakkan, sama seperti suasana hatinya. Berkali-kali ia menatap ponselnya, pesannya tak kunjung dibalas oleh Clia.

My Boyfriend Is a Doctor and CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now