BAGIAN 04

26K 1.4K 53
                                    

"Lo bukan adik kandung Sargas?"

Audrey tidak menjawab. Gadis itu masih setia menundukkan kepalanya dan meremas ujung cardigan yang ia gunakan. Dia sedikit takut untuk menjawab. Bagaimana jika nanti laki-laki di depannya itu cerita ke Sargas. Pasti dia akan di hukum.

Membayangkannya saja sudah membuatnya ingin menangis rasanya. Lagipula ini juga salahnya. Kenapa juga dia berbicara seperti itu di makam Reyhan. Dan tidak memperhatikan sekitarnya.

"Drey, jawab gue." laki-laki itu mengangkat dagu Audrey agar menatapnya. Dilihatnya mata Audrey sudah berkaca-kaca sedikit lagi tumpahan air bening itu akan terjadi kalau tidak segera di tahan.

"Hiks... " satu isakan keluar dari mulut Audrey bersamaan dengan air matanya yang luruh begitu saja.

Laki-laki itu segera menarik Audrey ke dalam dekapannya. Lalu, mengusap rambut Audrey dengan lembut. Membiarkan Audrey terisak di sana sebelum dia menjelaskan semuanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Sory. Gue nggak bermaksud buat—"

"Kak Daf-a ayo pergi dari sini. A-aku udah janji nggak nangis di depan Rey," potong Audrey.

Dafa. Sahabat Sargas. Laki-laki itu awalnya memang berniat mengunjungi makam seseorang di sana. Tapi, niatnya terhenti ketika dia tidak sengaja melihat siluet gadis yang dia kenal tengah bersimpuh di depan makam Reyhan seperti beberapa hari yang lalu.

Maka dari itu, Dafa pun menghampiri Audrey yang tengah menangis kepada Reyhan. Tapi, setelah sampai sana dia tidak sengaja mendengar curhatan Audrey dan juga tentang hubungan gadis itu dengan Sargas yang ternyata bukan saudara kandung.

"Yaudah, kita pergi." ucap Dafa. Dia akhirnya menuntun Audrey untuk keluar dari pemakaman. Membawanya ke mobil.

Beruntung Dafa memakai mobil jadi, itu lebih memudahkannya. Mungkin, dia harus membawa Audrey ke suatu tempat yang bisa membuatnya menjadi sedikit tenang.

"Jangan nangis dong Drey. Ntar di kira orang gue apa-apain lo lagi." ucap Dafa menangkan.

Untuk membujuk seseorang yang sedang menangis, Dafa tidak cukup pintar sebenarnya. Meskipun dia dikenal dengan playboy cap kaleng sarden, tapi percayalah laki-laki itu belum pernah pacaran sampai sekarang.

Harusnya, dia mengajak Gilang tadi. Laki-laki itu kadang bisa mencairkan suasana yang awalnya canggung menjadi kembali kondusif.

Audrey mengelap sisa-sisa air mata di pipinya. Gadis itu juga mengelap ingus yang ada di hidungnya dengan cardigan miliknya tanpa ragu. Dia tidak perduli harus menjaga image seorang perempuan. Tapi, namanya juga Audrey jadi, sudahlah biarkan saja sesukanya.

Melihat itu, Dafa terkekeh. Dia kemudian mengambil tissu di dashbord dan menyerahkannya kepada Audrey.

"Bilang kalau mau minta tissu Drey." ucapnya.

Audrey mengambil tissu itu tanpa menjawab. Sebenarnya, dia lebih suka berinteraksi dengan Gilang ketimbang Dafa. Selain Gilang orangnya receh dan mudah diajak bicara. Dia juga lebih peka dan humble. Berbeda dengan Dafa.

Meskipun Dafa itu playboy dan berbakat dalam menggombali gadis-gadis di sekolahannya. Tetap saja lebih baik Gilang kalau soal berinteraksi seperti sekarang ini. Audrey tidak membanding-bandingkan keduanya sungguh. Tapi, itu kenyataannya.

"K-kita mau kemana?" tanya Audrey.

"Jalan-jalan, sekalian nenangin lo." jawab Dafa masih setia memandang jalanan.

"Tapi, nanti Sargas—"

"Biar gue yang tanganin dia." potong Dafa.

Entah mau pergi kemana mereka berdua. Yang jelas ini sangat jauh karena sedari tadi tidak juga sampai. Dan tidak ada yang berbicara selama perjalanan baik Dafa maupun Audrey. Mereka sama-sama diam.

Traped in Bad Guy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang