BAGIAN 23

15.3K 891 21
                                    

Sepulang sekolah, hari ini Audrey memutuskan untuk pergi ke pemakaman Gilang. Dia ingin melihat kakak kelas kesayangannya itu sebentar.

Tak terasa, 3 hari sudah berlalu semenjak Gilang meninggalkan semua orang.

Audrey terkadang juga ke rumah Meta untuk menghibur wanita muda itu karena dia sendirian di rumah. Setiap ke rumahnya, bayang-bayang Gilang selalu melekat hebat di kepala Audrey.

Hey, mereka kenal sudah lumayan lama. Jadi, wajah saja kalau Audrey sulit untuk melepaskan Gilang.

Belum lagi, dia akan teringat Reyhan. Ya, Tak terasa sudah 6 bulan Reyhan meninggalkan dirinya. Audrey sengaja jarang ke rumah Reyhan. Dia tidak mau teringat dengan temannya lagi.

Masih dengan setelah seragam sekolahnya dengan cardigan warna navy miliknya. Audrey kini sudah berada di depan pintu pemakaman umum. Gadis itu menarik napas panjang kemudian mulai memasuki pintu pemakaman tersebut.

Menuju ke tempat peristirahatan Gilang untuk terakhir kalinya.

Ohhh, Audrey juga kadang ke sini bersama dengan Sargas. Atau dengan Ranti. Tapi, untuk saat ini dia butuh waktu berdua saja dengan Gilang.

Sampailah di tempat Gilang. Masih terdapat bunga segar di atas tanahnya. Itu bunga kemarin yang Audrey taburkan. Audrey kemudian berjongkok. Memegang nisan berbentuk salib itu.

"Hallo kak, emm aku datang lagi. Kakak bosen ya lihat Audrey ke sini teruss?"

"Kakak tau nggak sih. Nggak ada kakak itu sepi. Audrey kesepian. Biasanya kan selalu bercanda bareng kakak."

Audrey menghela napas, dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah foto. Ada dua lembar foto di tangannya.

"Kak, tau nggak? 6 bulan yang lalu. Aku bawa foto kayak gini ke rumah terakhir Reyhan. Sekarang aku bawa foto lagi kayak gini ke rumah terakhir kakak. Sakit banget kak. Kenapa Kak Gilang jahat sama aku?"

Pertahanan Audrey mulai runtuh. Seberapa besar janjinya untuk tidak menangis di depan Gilang. Pada akhirnya gadis itu akan menangis juga.

"Kalau kakak marah sama aku, harusnya bilang aja. Nggak usah ninggalin kayak gini. Kenapa semua orang sama aja. Kenapa semua orang ninggalin Audrey kalau marah," Audrey terisak.

"Aku mau cerita kak. Aku udah nggak sering bolos lagi. Aku udah tidur tepat waktu. Aku nggak bakal di gigit kecoa," Audrey tertawa kecil. Namun, matanya masih mengeluarkan air mata.

"Kak pasti mau ledek aku kan? Ledek aja nggak papa. Aku juga kangen suara tawa Kak Gilang."

Gadis itu memandangi foto yang dia pegang di tangan kanan. Ada fotonya bersama Gilang yang tengah tersenyum riang sambil memegang boneka kelinci. Foto itu mereka ambil sudah lama, Audrey menemukan foto itu kemarin di album pribadinya.

Lalu dia memandangi foto yang ada di tangan kirinya. Foto dirinya bersama Reyhan yang tengah memakai kacamata bulat putih kesayangannya.

Audrey meletakkan kedua foto itu di dekat nisan Gilang.

"Aku cuma berbagi foto Reyhan sama kakak doang. Karena pasti kakak udah ketemu kan sama Reyhan?"

"Kayaknya itu aja kak aku harus pulang udah hampir magrib juga." Audrey menghapus sisa-sisa air matanya.

"Oh iya, Kak Gilang pengen ke Kali Biru kan? Nanti aku mau ke sana nggak tahu kapan. Kak Gilang jaga aku ya?"

Baru saja Audrey akan berdiri, bahunya sudah tepuk oleh seseorang dari belakang. Dia menoleh lalu terkejut.

"Loh? Kak Dafa?"

Dafa, dia juga masih mengenakan seragam sekolah. Hanya saja dibalut oleh hoodie abu-abunya.

"Gue mau ngomong sama lo Drey. Soal Gilang," ucapnya.

Audrey menaikkan sebelah alisnya, " Kak Gilang?"

"Tapi, gue nggak mau ngomong di sini. Kita ke taman aja. Lebih enak ke sana ayo," Dafa menarik tangan Audrey untuk membawanya ke taman.

"Kak Gilang aku pergi ya! Besok aku janji ke sini lagi dadaaahhhhh,"

****

Di sinilah mereka berdua. Di taman seperti ucapan Dafa tadi. Tidak tahu apa yang akan Dafa bicarakan. Tapi, cowok itu terlihat murung.

"Kak Dafa mau bicara apa?" tanya Audrey. Dia sedikit menggeser duduknya lebih dekat dengan Dafa.

"Dreyy, Gilang nggak ada gara-gara gue," ucap Dafa tiba-tiba.

Audrey tertawa kecil. "Kak jangan bercanda deh,"

"Gue tahu Drey. Tapi Gilang nggak ada emang gara-gara gue." Dafa menghembuskan napasnya.

"Kak?"

"Harusnya malem itu gue nggak isengin Gilang. Gilang nggak akan keluar rumah." lirihnya.

Audrey mengernyit, "maksud kakak?"

"Waktu itu, gue cuma iseng nelpon Gilang berulang kali. Karena panggilan sibuk gue telpon aja terus. Akhirnya panggilan tersambung. Tapi pas dia angkat gue matiin,"

Audrey mendengarkannya dengan seksama. Dia yakin sewaktu Dafa menelpon lalu panggilan sibuk. Itu disaat Gilang sedang telponan dengan dirinya.

"Gilang chat gue, dia tanya gue kenapa. Gue jawab nggak papa. Tapi Gilang nggak percaya Drey. Dia nelpon gue. Akhirnya gue matiin," lanjut Dafa.

"Terus Kak Gilang langsung menuju ke rumah Kak Dafa?" tanya Audrey.

Dafa membuang napas, "dia bilang dia mau nyamperin gue. Lo tau Drey? Gilang ternyata emang seperduli itu sama gue. Dia takut gue kenapa-napa."

"Kak," Audrey mengusap bahu Dafa.

"Gue udah larang Gilang buat nggak ke rumah gue karena emang udah malem. Tapi itu anak keras kepala. Dia tetep mau ke rumah gue." ucap Dafa, ada sedikit kekesalan di nadanya karena Gilang ngeyel.

"Coba aja gue nggak iseng telponin dia kayak waktu itu. Pasti sekarang Gilang masih sama kita Drey. Ini semua emang salah gue."

Audrey menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kak ini bukan salah kakak. Mungkin Tuhan mau Kak Gilang bahagia di sana."

"Kak Dafa tahu nggak? Aku juga mikir gitu. Harusnya aku telponan sama Kak Gilang sampai pagi biar dia nggak pergi keluar rumah. Tapi dari cerita kakak aku sadar kalau takdir emang nggak ada yang tahu,"

"Gue merasa bersalah Drey,"

Audrey memeluk Dafa. Dia mengusap punggung Dafa. Tanpa sadar setetes cairan bening keluar dari matanya.

Semua merasa bersalah atas kematian Gilang. Baik dirinya maupun Dafa. Tapi pengecualian untuk Sargas.

"Kak, Kak Gilang bakalan sedih kalau lihat kakak menyalahkan diri sendiri terus," ucapnya.

"Makasih ya Drey, lo nggak marah sama gue," Dafa membenamkan wajahnya di leher Audrey.

"Aku sayang Kak Dafa,"

Dafa tersenyum tipis mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Audrey yang terkesan sangat teduh itu.

******

Part selanjutnya tamat. Tidak menerima komplain karena part nya sedikit. Karena dari awal aku udah bilang😌😡

Awas aja nanti pada komplain ku marah nanti huh sama kalian😤

see you cantik & ganteng💘

VOTE nya jangan di lupain dong biar cepet update agy 💘😣

Traped in Bad Guy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang