4. [Tak] Selalu Terwujud

4.5K 429 19
                                    

Celotehan Putri Arianna mengiringi setiap langkahnya bersama Pangeran Arjuna. Sesekali ia akan tersenyum puas saat lelaki itu tampak sangat menikmati dan menanggapi ucapannya. Meski dalam hati ia masih kesal karena Pangeran Arjuna bersikukuh ingin keluar istana. Kini mereka menyusuri jalan setapak di sebuah pasar tradisional Kerajaan Borealis.

Di belakang mereka terdapat beberapa pelayan yang siap menemani ke manapun junjungannya pergi. Telah menjadi tradisi turun temurun jika pangeran atau putri bangsawan hendak bepergian, pelayan dan pengawal wajib menemani untuk menunjukkan kasta mereka di masyarakat.

Menurut Dewi Harnum tak ada yang lucu dari ocehan Putri Arianna. Ia agak heran mengapa Pangeran Arjuna tampak sangat menikmatinya. Namun untuk menghormati sang putri, ia tersenyum tipis. Tanpa menyadari jika seseorang sesekali mencuri tatap ke arahnya.

“Aduh! Ibu …!”

Pangeran Arjuna bergerak cepat membantu seorang anak perempuan yang terjatuh di hadapannya karena berlarian. “Tak apa. Adik baik-baik saja. Tenanglah ….”

“Putriku ….” Ibu sang anak menghampiri dengan riak cemas sebelum berterima kasih pada Pangeran Arjuna yang telah membantu putrinya tersebut. “Terima kasih, Yang Mulia.”

“Bukan apa, Bibi. Tetapi lain kali letakkan perhatian penuh pada anak, jangan dibiarkan begitu saja terlebih di keramaian seperti sekarang.”

“Anda sangat bijak, Yang Mulia. Maafkan kelalaian saya. Sekali lagi terima kasih. Salam~”

Pangeran Arjuna mengangguk dengan senyuman yang memikat. Terbukti para perempuan tampak mencuri-curi pandang ke arahnya. Melihat kebaikan dan keramahannya, Putri Arianna semakin terpesona. Ia mendekati Dewi Harnum dan berbisik di telinganya. “Pangeran Arjuna sangat bersahaja dan baik, ya.”

Dewi Harnum mengangguk. Bersahaja dan baik, ya? Jika tak melihat perangai buruknya di halaman istana tadi, ia pun pasti akan jatuh dalam pesonanya.

Pangeran Arjuna memutar tubuh dan menaikkan satu alis saat Putri Arianna seperti tengah berbincang dengan pelayannya. Ia penasaran, namun melihat anggukkan dan senyum kecil di bibir pelayan tersebut, mungkinkah Putri Arianna baru saja memujinya dan pelayan itu percaya? Memikirkannya, Pangeran Arjuna tersenyum tipis penuh kelegaan. Agaknya citranya di mata pelayan itu telah membaik, pikirnya.

“Mari lanjutkan perjalanan, Yang Mulia,” ujar Putri Arianna kembali berdiri di sisi Pangeran Arjuna.

“Bagaimana jika kita masuk ke dalam pasar, Tuan Putri? Mendadak saya ingin melihat pasar ini lebih dekat.”

“Masuk ke dalam pasar, ya? Padahal saya ingin mengajak Anda ke taman bunga,” gumam Putri Arianna melirik Dewi Harnum penuh arti.

Mengerti kode tersembunyi dari ucapan sang putri, Dewi Harnum membuka suara, “Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia.”

“Saya tak bicara pada Anda, Pelayan.”

“Memang. Namun bila junjungan saya belum berkenan, harap Anda jangan memaksanya, Yang Mulia. Tak semua yang Anda inginkan selama berada di sini harus kami penuhi.”

“Wah. Kelancangan yang sangat patut dipuji, Namun tak untuk ditiru.”

Dewi Harnum tersenyum samar, menahan kesal karena ucapan Pangeran Arjuna yang terdengar sangat menyebalkan.

“Maafkan atas kelancangan pelayan saya, Yang Mulia. Mari bila Anda ingin masuk ke dalam pasar.”

Ternyata Dewi Harnum salah. Faktanya Putri Arianna lebih-lebih menyebalkan. Padahal ia sendiri yang menjebaknya dalam situasi menyebalkan tersebut. Bodohnya ia yang terlalu penurut.

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now