29. 'Pengaman'

2.8K 252 27
                                    

Didedikasikan untuk AceBlueCharlotte

***

Sang rembulan bersinar terang menerangi kamar utama Putra Mahkota yang gelap melalui celah jendela. Bulu mata lentik sang pangeran bergetar pelan sebelum mata indah beriris biru terang itu terbuka sempurna. Sambil memegang kepalanya, ia mencoba bangkit dan ringisan kecil terdengar dari bibir pucat saat merasakan kepalanya berat luar biasa.

Pangeran Leonard menjentikkan jari hingga dalam sekejap kamarnya diterangi oleh lentera lilin. Ia duduk bersandar di kepala ranjang dengan berselonjor kaki. Wajah pucat dan mata sembab -karena kebanyakan menangis dalam tidur- adalah hal yang sangat mustahil terjadi padanya. Hanya permaisuri yang bisa melawan kemustahilan tersebut.

“Minggir!”

“Maaf, Tuan Putri. Putra Mahkota melarang siapapun untuk masuk.”

“Saya bilang; minggir!”

....

Samar-samar, Pangeran Leonard mendengar keributan di luar kamarnya dan merutuk pelan karena merasa terganggu. Tak lama bantingan pintu yang keras disusul dengan kehadiran Putri Carrissa di hadapannya yang berlinang air mata.

“Maafkan kami, Yang Mulia. Kami-“

“Kita harus bicara, Leon!” teriak Putri Carrissa parau. Tak menyadari keadaan suaminya yang kacau.

Pangeran Leonard menggerakan tangan untuk mengusir pengawal. Kini hanya ada mereka berdua. Sebelum sempat bertanya, sebuah telapak tangan mendarat di sebelah pipi kuat hingga menimbulkan suara keras yang khas.

Ia memejamkan mata secara naluriah saat merasakan panas di pipi kirinya, membuatnya tersadar sepenuhnya dari sisa-sisa kantuk. Ia menatap Putri Carrissa murka. “Beraninya kau menamparku!”

“Rasa sakit di pipimu tak sebanding dengan rasa sakit di hatiku, Leon!”

Pangeran Leonard bangkit, menghampiri Putri Carrissa dan membalas apa yang dilakukannya dengan murka untuk memberi keadilan pada pipinya yang berkedut nyeri.

Putri Carrissa menangis pilu saat tubuhnya terhempas ke lantai yang dingin dan panas di pipinya serta darah di sudut bibirnya yang sobek karena ulah suaminya sendiri.

“Pergi. Jangan tunjukkan wajah burukmu itu padaku sebelum aku memanggil.”

Putri Carrissa berdiri, menahan pening di kepalanya untuk membalas tatapan dingin Pangeran Leonard dengan kecewa. “Kau memaksaku meminum ramuan sialan itu tetapi di sisi lain kau menghamili Selir Sita! Kau sangat jahat, Leon!”

Pangeran Leonard mengernyit bingung.

Sampai kepergian Putri Carrissa usai berteriak puas mencaci makinya, Pangeran Leonard sama sekali tak sakit hati dan peduli. Ia malah merasa keheranan. Bagaimana bisa salah satu dari selirnya ada yang mengandung jika ia tak merasa melakukannya?

Begitu banyak spekulasi di benaknya, tatapannya menjadi bengis dan mengepalkan tangan kuat. Dirinya telah difitnah dan ia tak bisa menerimanya.

Selir Kemuliaan Anye yang sejak tadi berdiri di dekat kamar utama Putra Mahkota melihat kepergian Putri Carrissa sambil menyentuh pipinya sendiri dengan perasaan ngeri. Niat awalnya pun sama dengan Putri Carrissa; menghampiri suaminya untuk protes.

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now