44. Manipulatif [1]

2.2K 256 53
                                    

Didedikasikan untuk aingra03

♥♥

Pangeran Leonard menarik diri dari Dewi Harnum yang tampak terengah tanpa perubahan riak yang berarti. Ia meminta Putri Carrissa agar mengantarkan Dewi Harnum ke kamar yang telah disiapkan, menyatakan pesta pernikahan telah usai sebelum berlalu untuk menghampiri Selir Ofamur dan membawanya pergi entah kemana.

Para tamu pun turut pergi di kamar tamu yang telah disiapkan. Dewi Harnum meremas sisi gaunnya pengantinnya kuat, merasa kesal sekaligus gemas dengan sikap Pangeran Leonard yang berubah-ubah. Ia menurut saat Putri Carrissa mengajaknya pergi ke istana harem Putra Mahkota dan menunjukkan kamarnya yang ternyata berada di paling ujung.

"Ini adalah kamarmu, Kaalillya. Namanya paviliun mawar. Letaknya memang paling jauh dari kamar Putra Mahkota. Tetapi kamar inilah yang paling luas dan indah usai kamar Putra Mahkota. Bagaimana? Apakah kau menyukainya?"

"Ini sangat layak, Tuan Putri. Terima kasih." Dewi Harnum memasuki kamar barunya yang telah dihias begitu indah bak kamar pengantin sungguhan dan tersenyum kecil. Tangannya tak sengaja menyentuh sebuah vas berisi bunga mawar saat menginvasi penjuru kamar.

Lantas menjauh saat merasakan energi lain dalam vas tersebut. Bukan energi buruk tetapi mampu membuat napasnya sedikit terengah. Matanya berkilat syok saat melihat bayangan seorang wanita cantik melintas dan duduk dengan anggun di sebuah kursi panjang. "Apakah sebelumnya kamar ini pernah ditempati, Tuan Putri?"

Sosok itu mengerjap lambat sebelum melempar senyuman ramah ke arahnya. Sayangnya senyuman itu membuat tubuhnya meremang. Ia mengerjap saat sosok itu menghilang begitu saja.

"Apakah kau merasa tak nyaman di sini?" tanya Putri Carrissa sambil mengusap tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding.

"Ya. Sedikit."

Aku juga. "Maaf, Kaalillya. Sebenarnya tiada lagi paviliun di istana harem yang bisa kau tempati. Hanya paviliun ini saja yang kosong. Jadi ya ... begitulah."

"Siapakah yang sempat tinggal di sini sebelumnya, Tuan Putri?"

"Mendiang Selir Laila. Paviliun ini adalah miliknya. Sekarang menjadi milikmu."

"Siapa?" Dewi Harnum menoleh pada Putri Carrissa.

"Selir kesayangannya Leonard yang terdahulu; Selir Kemuliaan Siti Laila Hameera al-Quraisy II."

"Siti? Islam?"

"Ya. Kau bisa menemui Selir Kemuliaan Marya untuk mengetahui lebih detailnya. Mengingat ialah sahabat sekaligus kerabat dekat dari mendiang Selir Laila."

"Apakah yang menyebabkan Selir Laila meninggal, Tuan Putri?"

"Batuk kronis."

Dewi Harnum mengerjap. Batuk kronis adalah batuk tak berdahak yang tiada hentinya. Namun lama kelamaan akan disertai darah yang menyembur dari mulut dan kejang-kejang. Setahunya, belum ada penawar untuk penyakit langka tersebut.

"Meski Leonard lebih memilih malam pertama bersama Selir Ofamur, namun kau jangan berkecil hati, Kaalillya. Cepat atau lambat, kaupun pasti 'kan mendapatkan hakmu. Aku 'kan menitahkan beberapa pelayan untuk membantumu merias diri."

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now