41. Ujung Penantian

2.3K 280 104
                                    

Didedikasikan untuk TekaTekiRasa

♥♥

"Hal terbaik dari menunggu adalah orang yang ditunggu kebetulan sedang menunggumu juga."

---StarSea25---

♥♥

Dulu.

Begitu sampai di kuil, Iblis Leozard segera menurunkan Dewi Hanum dan mengembuskan napas besar penuh kelegaan. Mengingat ia harus mengulangnya sebanyak dua kali, tangan dan kakinya menjadi pegal luar biasa. Ia tersenyum tipis, lelahnya tak lagi berarti saat sang dewi memuji keberhasilannya sambil tersenyum manis. Dewi Hanum menatap sekitar kuil penuh minat sebelum tatapannya terpusat pada seorang begawan yang bangun dari pertapaannya dan kini berjalan ke arah mereka.

"Akhirnya kau berhasil, Dewa Iblis."

"Bisakah segera dimulai, Begawan?"

"Bagaimana dengan konsekuensinya, Tuanku Yang Agung?"

"Itu urusanku."

Dewi Hanum melihat interaksi keduanya bingung.

Begawan Paradewa mengangguk patuh. "Baiklah. Mari kita mulai ritual pernikahannya. Silakan kedua calon mempelai saling berhadapan."

Iblis Leozard dan Dewi Hanum menurut. Tatapan keduanya penuh cinta. Begawan Paradewa merapalkan doa-doa sambil menyipratkan sedikit air suci dengan setangkai bunga mawar ungu. Seketika suara gemuruh di langit terdengar seperti melodi yang menenangkan. Langit terbagi menjadi dua warna. Gelap dan terang. Alam semesta adalah saksi dan tamu undangan dalam pernikahan pasangan serasi tersebut.

"Mengapa bunga mawar ungu dijadikan sebagai alat untuk ritual penting dalam pernikahan kita, Kiraz? Bukankah bunga mawar ungu adalah lambang dari kutukan dan segala keburukan lainnya?" tanya Dewi Hanum berbisik.

"Jika kelopak bunga mawar merah adalah kemuliaanmu, maka bunga mawar ungu adalah keagunganku, Wahai Dewi. Hanya karena bunga mawar ungu adalah kutukan, bukan berarti makna sebenarnya pun demikian," terang Iblis Leozard dengan nada yang sama. Melihat riak bingungnya, ia tersenyum kecil. "Jangan terlalu memikirkan. Fokus saja pada ritual pernikahan kita, Cantik."

Dewi Hanum menunduk, menyembunyikan pipi yang merona sambil menahan senyum. Calon suaminya ... manis sekali.

"Kedua mempelai dipersilakan untuk saling mengalungkan karangan bunga." Kedua mempelai menurut. "Sekarang mempelai pria memberikan kalung pernikahan pada mempelai wanita."

Iblis Leozard menutup mata sambil mengepalkan tangan. Seberkas sinar yang berasal dari tangannya mendatangkan sebuah kalung berbandul bunga mawar merah. Ia membuka mata dan memasangkan kalung pernikahan tersebut di leher jenjang Dewi Hanum. "Aku mencintaimu, Permaisuriku~"

"Aku pun." Dewi Hanum tersipu malu.

"Terakhir, mempelai pria memberikan pewarna merah pada dahi mempelai wanita."

"Kiraz!" pekik Dewi Hanum panik saat melihat Iblis Leozard menggores ibu jarinya sendiri dengan kuku iblisnya. Meski tiada riak kesakitan di wajah lelaki itu, tetap saja ia cemas.

"Tak apa, Wahai Dewi," ujar Begawan Paradewa menenangkan. "Darah lebih pekat dari apa pun. Dengan ini, Dewa Iblis bisa mendapatkan kemurnian darimu. Kesucian 'kan Dewa Iblis dapatkan dengan meminum darahmu. Sedangkan keabadian akan Dewa Iblis dapatkan usai memilikimu dalam artian yang sebenarnya."

Dewi Hanum menghela napas lega.

"Silakan lakukan ritual terakhir, Tuanku Yang Agung."

Iblis Leozard memberikan darahnya pada belahan rambut Dewi Hanum dan mengecup keningnya dalam seolah ingin menyampaikan rasa syukurnya karena telah memilikinya sebelum saling menatap penuh cinta.

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now