43. Ratu [Pancakanta]

2.4K 274 94
                                    

Didedikasikan untuk uliaintan

♥♥

"Sebaiknya kita berhenti di sini untuk beristirahat."

Mengingat rombongan dari Kerajaan Lahore baru menempuh perjalanan sesaat, mereka kebingungan namun menurut atas titah Pangeran Arjuna selaku Putra Mahkota dan mulai mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk peristirahatan. Selir Arianna merasa tak seharusnya mereka beristirahat sekarang, mengingat perjalanan menuju Kerajaan Lahore masih sangat jauh. Mertuanya pun sependapat. Terlebih tempat peristirahatan mereka berada tepat di dekat hutan Alaska.

"Karena perjalanan kita masih sangat jauhlah kita harus beristirahat lebih awal, karena aku yang 'kan memimpin langsung jalan tercepat menuju India, yang mana jarang ditemukan tempat peristirahatan yang tepat dan aman di sepanjang jalannya."

"Mengapa tak melalui jalan biasa saja, Nak?"

"Karena aku ingin segera sampai di kamar pengantinku, Ayah."

Mengerti maksud tersirat dalam ucapannya, Selir Arianna menunduk malu dengan wajah merona. Sesaat ia melupakan keresahannya akan ucapan Dewi Harnum yang memungkinkan menjadi kenyataan di masa depan.

Pada akhirnya, mereka mengikuti keinginan Pangeran Arjuna. Usai semuanya siap, Pangeran Arjuna menghentikan beberapa prajuritnya yang hendak masuk ke dalam hutan Alaska. "Ke manakah kalian 'kan pergi?"

"Kami 'kan mengumpulkan kayu bakar di hutan, Yang Mulia."

Mata Pangeran Arjuna tampak berbinar. "Jika demikian saya 'kan turut serta membantu."

Enam prajurit tersebut saling melirik satu sama lain seakan heran dengan sikap tak biasa junjungan mereka. Alih-alih menghabiskan waktu bersama istri barunya, sang pangeran justru tampak antusias ingin membantu. Menolak pun mereka tak kuasa jadi mereka biarkan Pangeran Arjuna bersikap sesukanya.

"Tuanku, kau 'kan pergi?"

Pangeran Arjuna menitahkan para prajurit lebih dulu pergi ke hutan Alaska. Ia memutar tubuh dan menemukan istri barunya tengah menatapnya lekat. "Ya. Dengan kemampuanku, aku bisa mengumpulkan kayu bakar lebih cepat dan banyak dibanding mereka. Agar kita bisa menghemat waktu."

"Biarkan saja mereka yang melakukan, Tuanku. Tetaplah di sini bersamaku."

Pangeran Arjuna menarik lengannya halus dari cengkeraman sang istri, menatapnya lembut. "Kita masih memiliki banyak waktu bersama, Sayang ..." Ia mengecup kening Selir Arianna singkat. "Kembali ke tenda kita dan beristirahatlah. Aku 'kan segera kembali."

Selir Arianna menatap kepergian suaminya kesal, namun tetap menuruti ucapannya.

Sampai di dalam hutan Alaska, Pangeran Arjuna memisahkan diri dari para prajuritnya mengingat ia harus menuntaskan misinya usai menghentikan rombongannya terlalu dini secara sengaja. Ia bergegas cepat ke jurang kematian di mana pelayan berselendang itu dikabarkan terjatuh di sana.

Dengan kemampuannya, ia menyusuri sepanjang lereng jurang yang curam tanpa takut akan terjatuh. Ia terbatuk saat dadanya terasa sesak menghirup uap panas dari kawah air panas beracun yang terdapat di dasar jurang dan segera naik perlahan ke permukaan agar tak terkena semburan kawah tersebut. Pantas saja dinamakan jurang kematian, pikirnya.

Logikanya menyakini jika pelayan berselendang itu mustahil selamat dari jurang tersebut. Namun hatinya malah menyakini hal sebaliknya sampai matanya mengerjap saat menemukan potongan kain bernoda sebuah goresan darah yang bercampur dengan tanah. Ia mengambilnya dan mengingat dengan baik jika sobekan kain itu pernah ia lihat pada pakaian sederhana yang pernah dikenakan oleh pelayan Selir Arianna.

Permaisuriku~ (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora